Kelima praja madya putri Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor Sumedang mengaku sudah pulih dari sakit mata akibat disiram cairan yang diduga mengandung zat kimia oleh senior mereka. Mereka pun membantah telah dianiaya dan disiram air keras oleh praja putri senior di kampus Jatinangor. Kelima praja madya adalah Pungki Sandi M, Tiara Kusumadewi, Episcia “Cia” Puspita, Aginta K. Ginting, dan Izza Zata Yumni. Duduk berjejer di sebuah aula di kampusnya, mereka tampak segar. Mata mereka tak tampak merah ataupun berair. Wajah kelimanya juga tampak mulus tanpa bekas luka.
“Kami sudah enggak apa-apa. Jadi, enggak seperti disebut-sebut, ada air keras. Kalau kena air keras pasti (wajah dan mata) kami pasti sudah parah. Enggak ada baku hantam (perkelahian dengan sesama praja),” kata Cia yang didapuk jadi juru bicara rekan-rekannya di kampus IPDN, Rabu, 30 April 2014. Keempat rekannya mengamini. “Iya, kami sempat dibawa ke rumah sakit. Tapi sekarang sudah pulih, aktivitas lagi kayak biasa. Kami juga enggak diminta kontrol (kesehatan mata) ke rumah sakit,” ujar Pungky.
Cia menuturkan yang mengenai kedua mata mereka hingga terasa pedih dan gatal adalah cipratan air yang disiramkan para praja senior saat mereka bersama rombongan praja madya lain tiba di kampus sepulang berkegiatan di Gunung Manglayang, Ahad, 27 April 2014. “Jadi, kami semua datang disambut siraman air yang seperti bercampur tanah, kena mata. Kami enggak tahu siapa saja yang menyiram,” ujarnya.
Cia mengaku tak mengetahui apakah air yang disiramkan berbau seperti pembersih lantai atau air bekas membersihkan lantai. “Cairannya kami kurang tahu persis karena sudah bercampur. Enggak ada air keras,” kata dia. Cia dan kawan-kawan sempat dilarikan ke dua rumah sakit lantaran gangguan mata setelah disiram cairan atau larutan tertentu oleh senior mereka. Setelah dibawa ke RS AMC, Cileunyi, Kabupaten Bandung, pengobatan dilanjutkan RS Mata Cicendo, Kota Bandung.
Direktur Utama RS Cicendo, dr Hikmat Wangsaatmadja, membenarkan intansinya sempat memeriksa Cia dan kawan-kawan. Pemeriksaan dilakukan Senin, 28 April 2014, tak lama sejak kedatangan kelima praja berseragam sekitar tengah hari. “Mereka mengeluh ada gangguan pada mata, di antaranya rasa perih, tidak enak, mata berair. Di antara mereka bahkan ada yang susah membuka mata,” ujar dia di kantornya. Dari hasil pemeriksaan obyektif, tiga dari mereka menderita iritasi pada selaput lendir mata dan dua pada selaput bening atau kornea mata sehingga mata merah dan berair.
“Hasil pemeriksaan subyektif yang bersangkutan terkena zat kimia di area mata. Diduga cairan zat asam lemah seperti yang ada di cairan pembersih lantai, bukan air keras,” kata Hikmat. Ia tak melihat ada luka lain di sekitar mata dan wajah kelima praja. “Enggak ada memar akibat pukulan,” katanya.
Kepala Kepolisian Sektor Jatinangor Kabupaten Sumedang Komisaris Rudy De Vries mengatakan para pelaku penyiram larutan kimia ke mata lima praja madya perempuan IPDN adalah empat praja nindya perempuan. Ia menduga aksi senior yang berbuntut dilarikannya kelima junior ke rumah sakit itu dilatari rasa tersinggung dan emosi. “Inisial pelakunya MP, IA, NN, dan DP. Keempatnya praja nindya perempuan, senior dari kelima korban,” ujar Rudy di kantornya, Rabu, 30 April 2014. Aksi dilakukan di kawasan mess praja di kampus IPDN pada Ahad malam, 27 April 2014, sepulang kegiatan rutin praja di Gunung Manglayang.
“Satu orang dipanggil di dekat mess praja nindya, empat orang di mess praja madya. Mereka disiram air mengandung zat kimia ke muka dan mengenai mata,” kata Rudy. Polisi, kata dia, sejauh ini tidak mengetahui pasti zat kimia apa saja yang terkandung dalam air yang disiramkan ke wajah para korban. “Cuma dari hasil penyelidikan kami, ditemukan cairan pengharum lantai dan ruangan, yang mengandung karbol dan zat kimia non-porstek,” kata Rudy. “Tapi tidak ada air keras ataupun perkelahian antara praja perempuan seperti disangkakan orang,” ujarnya.
Rudy juga mengaku sejauh ini polisi baru bisa menyelidiki kasus kekerasan di kampus calon aparat pemerintah tersebut. Pengusutan belum meningkat ke penyidikan kasus. Alasannya, para korban maupun keluarganya tak juga membuat laporan resmi ke Kepolisian. “Kalau tidak ada LP (laporan polisi dari korban) kami tidak bisa menindaklanjuti (ke penyidikan). Lagipula para orang tua kelima korban sudah datang ke kampus IPDN dan menganggap tak ada masalah. Para pelaku juga sudah dikenai sanksi oleh IPDN,” kata dia.
Penjelasan pejabat Biro Kemahasiswaan IPDN, Bernhard, berbeda dengan penjelasan Rudy. Menurut dia, mata kelima praja terkena cipratan air bercampur tanah yang disiramkan sebagai sambutan senior kepada rombongan praja junior yang baru tiba di kampus sepulang kegiatan bersama di Gunung Manglayang, Ahad malam. “Yang menyiramnya tidak satu orang. Enggak ketahuan jelas siapa saja,” kata Bernhard, ketika ditemui di kampus IPDN, Rabu, 30 April 2014. Ia juga menyangkal kampusnya telah memberikan sanksi kepada para pelaku. “Kan, karena itu tadi, pelakunya yang menyiramkan air itu siapa saja enggak jelas.”