Jakarta Waspada Banjir Rob Pekan Depan


Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta mengimbau masyarakat mewaspadai potensi banjir pesisir (rob) di wilayah pesisir ibu kota pada 11-17 Juni 2022.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan bumi akan memasuki fase bulan purnama yang bersamaan dengan perigee (jarak terdekat bulan ke bumi). Hal tersebut berpotensi menyebabkan peningkatan ketinggian pasar air laut maksimum.

“Masyarakat di wilayah pesisir DKI Jakarta diimbau untuk waspada terhadap peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum yang berpotensi menyebabkan terjadinya banjir pesisir,” ucap Isnawa dalam laman resmi ppid.jakarta.go.id, dikutip Sabtu (6/11).

Ia meminta masyarakat untuk selalu memantau informasi terkini terkait gelombang air laut di laman bpbd.jakarta.go.id/gelombanglaut. Jika menemukan kondisi darurat yang membutuhkan pertolongan, masyarakat bisa menghubungi call center Jakarta Siaga 112. “Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut dan memperhatikan peringatan serta informasi cuaca maritim dari BMKG,” jelas Isnawa.

Ia menambahkan masyarakat bisa memantau informasi BMKG melalui call center di nomor 0812-1676-0711, Facebook dengan nama Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok, Instagram @bmkgpriok, Twitter dengan nama @bmkgpriok dan @infobmkg, serta website bernama maritim.bmkg.go.id.

Buruknya Kinerja Anies Baswedan Terbukti Di PTUN


Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta memerintahkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mengeruk total Kali Mampang. Penggugat mengaku bersyukur atas putusan itu dan menyebut Kali Mampang terakhir kali dikeruk tahun 2017. “Pendangkalan Kali Mampang di Pondok Jaya, area tinggal kami, terlihat dari ketinggian air sungai yang hanya sekitar 15 cm. Pengerukan terakhir dilakukan sekitar tahun 2017. Akibatnya, jalan depan rumah saya terendam banjir setinggi 2 meter di tanggal 19-21 Februari 2021,” kata salah satu penggugat, Tri Andarsanti Pursita atau Sita Sutopo, dalam keterangan tertulis, Kamis (17/2/2022).

Sita mengucapkan terima kasih atas putusan PTUN Jakarta itu. Sita berharap pengendalian banjir di Jakarta jadi lebih baik setelah putusan itu. “Terima kasih dan apresiasi kami pada Tim Advokasi Solidaritas untuk Korban Banjir atas dedikasinya mendampingi kami sejak Maret 2021. Kami sadar proses gugatan yang dilakukan akan berliku, namun yang kami yakinkan bahwa ini harus dilakukan untuk pengendalian banjir Kota Jakarta yang lebih baik,” ujarnya.

Selain itu, Sita berharap pengerukan tidak hanya dilakukan di Kali Mampang. Dia berharap Pemprov DKI bisa memprioritaskan program pengendalian banjir.

“Dengan dikabulkannya sebagian gugatan kami oleh PTUN DKI Jakarta, kami berharap pengendalian banjir tidak hanya segera direalisasikan dengan melakukan pengerukan berkala dan penurapan di wilayah Kali Mampang sesuai keputusan majelis hakim PTUN DKI Jakarta, namun juga di kali-kali dan saluran air di wilayah-wilayah rawan banjir di Kali Krukut, Kali Cipinang, maupun saluran air di wilayah Tebet mendapatkan perhatian yang sama,” ucapnya.

“Semoga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat lebih memprioritaskan program pengendalian banjir dalam agenda kerja tahunan. Kami meyakini program tersebut sangat mendesak dan perlu mendapat perhatian khusus, agar banjir yang kami rasakan di tahun 2021 tidak terulang kembali,” imbuhnya.


Tim Advokasi Solidaritas untuk Korban Banjir, Francine Widjojo, menilai putusan tersebut menjadi bukti Anies tidak serius menangani banjir. “Putusan ini membuktikan bahwa Gubernur Anies Baswedan tidak serius dalam soal banjir,” kata Francine.

Francine mengatakan Pemprov DKI harus lebih serius dalam menangani banjir. Salah satunya dengan melakukan normalisasi sungai. “Ke depan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus lebih serius menangani masalah banjir di DKI Jakarta dan melakukan normalisasi sungai, yang merupakan program prioritas nasional dan program prioritas daerah sesuai RPJMN 2015-2019 dan 2020-2024 serta RPJMD DKI Jakarta 2017-2022,” ujarnya. Sebelumnya, PTUN Jakarta mengabulkan gugatan sejumlah warga. Anies pun dihukum untuk mengeruk Kali Mampang secara total.

“Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian. Menyatakan batal tindakan tergugat berupa pengerjaan pengerukan Kali Mampang yang tidak tuntas sampai ke wilayah Pondok Jaya; dan tidak dibangunnya turap sungai di kelurahan Pela Mampang. Mewajibkan Tergugat untuk mengerjakan pengerukan Kali Mampang secara tuntas sampai ke wilayah Pondok Jaya. Memproses pembangunan turap sungai di kelurahan Pela Mampang,” ucap majelis.

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) menghukum Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mengeruk total Kali Mampang. Ketua Komisi D F-PDIP DPRD DKI Jakarta Ida Mahmuda mengatakan Pemprov DKI wajib memenuhi putusan tersebut. “Menurut saya, permintaan warga tidak muluk-muluk karena memang untuk mengurangi banjir, ada peninggian turap dan sebagainya. Wajib lah, pemda DKI untuk memenuhi keinginan warga, apalagi dari putusan PTUN kan mereka menang,” kata Ida kepada wartawan, Kamis (17/2/2022).

Menurut Ida, putusan tersebut tidak sulit dilakukan. Sebab, anggaran untuk melakukan pengerukan ada. “Saya pikir ini permintaan yang tidak sulit menurut saya. Anggarannya toh juga ada,” ujarnya.

Ida berharap Pemprov DKI segera merealisasi keinginan masyarakat melalui putusan tersebut. Dia mengatakan banjir merupakan bagian dari konses DPRD Jakarta. “Sesegera mungkin Pemda DKI merealisasikan keinginan masyarakat. Karena banjir ini memang salah satu hal yang harus menjadi konsen kita. Saya berharap SDA segera merealisasikan keinginan masyarakat,” imbuhnya.

Sebelumnya, PTUN Jakarta menghukum Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeruk Kali Mampang. Putusan itu atas permohonan sejumlah warga Jakarta. Berdasarkan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PTUN Jakarta, Kamis (17/2/2022), penggugat adalah:

  1. Tri Andarsanti Pursita
  2. Jeanny Lamtiur Simanjuntak
  3. Gunawan Wibisono
  4. Yusnelly Suryadi D
  5. Hj. ShantyWidhiyanti SE
  6. Virza Syafaat Sasmitawidjaja
  7. Indra

Penggugat menggugat Gubernur Anies untuk mengeruk kali di sejumlah titik di Jakarta. Apa kata majelis PTUN Jakarta?

“Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian. Menyatakan batal tindakan tergugat berupa pengerjaan pengerukan Kali Mampang yang tidak tuntas sampai ke wilayah Pondok Jaya; dan tidak dibangunnya turap sungai di kelurahan Pela Mampang. Mewajibkan Tergugat untuk mengerjakan pengerukan Kali Mampang secara tuntas sampai ke wilayah Pondok Jaya. Memproses pembangunan turap sungai di kelurahan Pela Mampang,” ucap majelis.

Putusan itu diketok oleh ketua majelis Sahibur Rasid dengan anggota Pengki Nurpanji dan Sudarsono. “Menolak gugatan Penggugat yang selebihnya,” pungkas majelis dalam sidang online pada 15 Februari 2022.

Taman Impian Jaya Ancol Terkena Banjir Rob


royeksi sebagian wilayah pesisir Jakarta tenggelam sering mengemuka beberapa waktu terakhir. Selama ini wilayah pesisir di Jakarta bertahan dengan tanggul laut untuk menahan tingginya air laut masuk ke daratan. Namun, baru-baru ini muncul fenomena langganan yaitu banjir rob di berbagai pesisir Jakarta. Bahkan kali ini menghantam kawasan ‘elite’ pesisir Jakarta yaitu Taman Impian Jaya Ancol.

Menurut Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol Eko Nugroho menyebut banjir rob ini baru pertama kali terjadi di Ancol.

“Hal ini terjadi sekitar jam 11, dan jam 12 sudah tertanggulangi. Rob hari ini cukup tinggi,” ujar Eko. Dijelaskan oleh Eko, Rob yang terjadi pagi ini terjadi di sekitar pantai wisata Ancol. Akibatnya, sejumlah jalur pejalan kaki di tepi pantai jadi tergenang air.

Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Ariyadi Eko Nugroho, mengatakan peristiwa itu terjadi pada Selasa (7/12/2021), sekitar pukul 11.00 WIB. Rusaknya dinding pembatas pantai karena tak bisa menahan air laut pasang. Menurut Eko, hal itu baru pertama kali terjadi sepanjang sejarah Ancol. “Baru kali ini. Alhamdulillah saat ini sudah kondusif kembali,” jelas Eko.

Pantauan dilokasi rembesan air laut juga terlihat di tanggul yang lainnya dan belum ada penindakan lebih lanjut dari pihak pengelola. Penanganan tanggul yang jebol dibuat tanggul darurat seperti karung dan terpal. Hingga kemarin Rabu, para pengunjung terlihat tetap berdatangan untuk berwisata di lokasi kawasan Pantai Ancol.

Sebelumnya, Kawasan Pantai Indah Ancol dilanda banjir rob setinggi 20 cm. Banjir disebabkan jebolnya dinding pembatas pantai di kawasan itu. Peristiwa ini sempat viral melalui media sosial (medsos). Dari video viral itu, tampak air meluber dan merendam trotoar hingga area pedestrian Pantai Indah Ancol. Air mengalir deras dari celah dinding dan mengalir ke daratan.

Lantas hal itu kian menguatkan isu lama terkait Jakarta tenggelam. Pasalnya, tak sedikit kawasan di Jakarta yang terendam akibat banjir rob. Di hari Rabu kemarin misalnya di Jalan Lodan Raya, Pademangan, Jakarta Utara. Berdasarkan data kepolisian, ketinggian banjir mencapai 40 cm.

“Pintu utama Jalan Lodan Raya (ketinggian air) 40 cm,” kata Kapolsek Kawasan Sunda Kelapa AKP Seto Handoko Putra kepada wartawan, Rabu (8/12) Banjir rob juga menggenangi pos utama Pelabuhan Sunda Kelapa. Banjir rob yang menggenangi kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa ini membuat aktivitas bongkar-muat terhambat.

Tak jauh dari Jakarta Utara, Desa Pantai Bahagia di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi yang hanya berjarak satu jam juga kerap diterpa isu rob. Dalam kunjungan ke lokasi itu beberapa waktu lalu, warga kerap berdampingan dengan banjir rob setiap waktu.

“Ya nama desanya memang pantai Bahagia, mungkin sekarang kebanyakan menderita. Kebanjiran melulu, bang,” ujar warga Desa Pantai Bahagia Muara Gembong, Ali .

Foto udara banjir rob yang menggenangi rumah dan tambak warga di Desa Pantai Mekar, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (6/12/2021). Banjir rob telah menggenangi wilayah tersebut selama empat hari akibat kenaikan permukaan air laut. Terletak di Kecamatan Muara Gembong, Desa Pantai Bahagia memanjang di tepian Sungai Citarum hingga menuju area muara. Lokasinya dapat dijumpai tak jauh setelah traveler melewati Jembatan Muara Gembong.

“Ini baru setengah bulan yang lalu tenggelam, tadi abang lihat pohon pisang pohon mangga ini rata semua pohon kita di sini. Kalau kena air asin sudah mati semua,” ujar Ali. Banjir rob di daerahnya terjadi minimal setahun 2 kali. “Pokoknya yang kita rasa nggak nyaman, kita nggak enak mulai tahun 2000. Sebelum tahun 2000 nggak pernah air laut sampai ke darat. (Sekarang) sampai ke dalam rumah kita,” ujarnya.

Banjir ROB itu juga tak hanya terjadi di sepanjang kawasan pantai Ancol saja. Hal serupa juga terjadi di daerah Pademangan yang tak jauh dari Ancol. “Di wilayah sekitar Ancol juga cukup tinggi limpasannya,” terang Eko.

Baca juga: Masyarakat Sadar Wisata Ikut Dukung Pemulihan Pariwisata Indonesia
Lebih lanjut, pihak Ancol juga telah memiliki sejumlah antisipasi untuk menanggulangi hal serupa terjadi. “Kami maksimalkan sistem drainase serta pompa air yang ada untuk antisipasi terjadi hal serupa. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi sih,” pungkasnya.

Pembangunan Bendungan Kering Anti Banjir Jakarta Sedang Dikebut


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane sedang menyelesaikan pembangunan dua bendungan kering (dry dam) untuk menangkal banjir Jakarta. Keduanya adalah Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi di Kabupaten Bogor
Mengutip keterangan tertulis di situs Kementerian PUPR, pembangunan kedua bendungan merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir (flood control) Jakarta, yang sesuai kontrak kerja akan rampung tahun 2021. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat mengecek proyek Bendungan Ciawi Rabu (5/5/2021) pun optimistis konstruksi Bendungan Ciawi rampung Juli 2021.

“Untuk pembebasan lahan saat ini sudah selesai sehingga konstruksinya bisa selesai dalam waktu dekat,” kata Basuki dikutip dari keterangan tertulis di situs Kementerian PUPR, Sabtu (15/5/2021). Basuki membeberkan tantangan lainnya dalam proyek Bendungan Ciawi selain pembebasan lahan adalah hujan yang kerap terjadi. “Untuk mengatasinya kami selimuti lahan yang masih dikerjakan saat hujan. Saat tidak hujan baru dipadatkan lagi lapis demi lapis,” tutur Basuki.

Dia juga berpesan, setelah Bendungan Ciawi nanti rampung kondisi sekitar bendungan kembali dihijaukan dengan ditanami pohon. Hal ini sebagai konservasi alam pada area sabuk hijau. Sementara itu Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko menambahkan pembangunan Bendungan Ciawi merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir Jakarta.

“Bendungan Ciawi dan Sukamahi sebagai bendungan kering akan mengatur mengalirnya debit air di hulu Sungai Ciliwung sebelum ke Bendung Katulampa dan terus ke Jakarta. Dari titik ini diharapkan dapat mengurangi debit banjir hingga 24%,” tuturnya.

Progres konstruksi Bendungan Ciawi saat ini 71% dan pembebasan lahan 96%. Kontrak pekerjaan Bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 dengan kontraktor pelaksana PT. Brantas Abipraya dan PT. Sacna. Pembangunannya telah mulai pada 2 Desember 2016. Pengadaan lahan kedua bendungan dilakukan dengan skema dana talangan dimana kontraktor membiayai terlebih dahulu dan nantinya akan dibayarkan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

Bendungan Ciawi direncanakan memiliki volume tampung 6.05 juta m3 dan luas genangan 39.40 hektar dengan biaya pembangunan sebesar Rp 798,7 miliar. Bendungan ini didesain untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung. Rampungnya pembangunan Bendungan Ciawi akan mereduksi banjir sebesar 111,75 m3 per detik.

Ramalan DKI Jakarta sebagai kota yang akan tenggelam di tahun 2050 muncul lagi. Kini berasal dari laporan Konsultan risiko Verisk Maplecroft, seperti dikutip dari Time, Jumat (14/5/2021). Verisk Maplecroft melaporkan DKI Jakarta sebagai kota yang paling cepat tenggelam. Masih dari laporan tersebut, mencatat dari 100 kota terdapat 99 kota di antaranya berada di Asia, sementara Eropa menjadi rumah bagi 14 dari 20 kota teraman.

Pengamat Tata Kota, Yayat Supriyatna mengatakan ramalan DKI Jakarta sebagai kota yang akan tenggelam bukan pertama kali dilakukan. Menurut dia, sudah banyak para peneliti bahkan dari tanah air pun pernah merilisnya. “Sebetulnya ini sudah lama diramalkan, bahkan kajian peneliti Indonesia pun sudah memperkirakan itu, ada yang bilang 2045, ada yang bilang 2050 potensi kenaikan airnya itu sampai Monas dan sekitarnya,” kata Yayat saat dihubungi.

Dia menyebut rata-rata kajian menyebut, DKI Jakarta sebagai kota yang berisiko cepat tenggelam karena naiknya permukaan laut dan menurunnya permukaan tanah akibat penggunaan air tanah yang sampai saat ini masih dilakukan. Dia menyebut, penggunaan air tanah di wilayah ibu kota masih dilakukan oleh masyarakat hingga gedung-gedung pencakar langit, seperti kantor hingga pusat perbelanjaan.

“Sebetulnya penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut, pengambilan air tanah mempercepat (Jakarta tenggelam),” ujarnya. Oleh karena itu, dirinya meminta pemerintah pusat dan pemerintah provinsi segera mengambil upaya seperti membangun moratorium pengambilan air tanah dan segera merealisasikan proyek pembangunan tanggul pengaman pantau atau giant sea wall di wilayah Jakarta Utara.

Dia menjelaskan, pemerintah juga harus memiliki skenario untuk pengendalian air tanah di wilayah utara Jakarta. Wilayah tersebut menjadi yang paling rawan tenggelam akibat penggunaan air tanah. “Jadi artinya jangan ada pengambilan air tanah di zona yang sudah kritis, khususnya Jakarta Utara, Jakarta Pusat itu wilayah yang terus menerus mengalami penurunan signifikan,” ungkapnya.

5 Hektare Lahan Pertanian Di Pekalongan Hilang Ditelan Bumi


Usai diguyur hujan selama beberapa hari, lahan pertanian di Desa Bodas, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan, lenyap. Lahan pertanian di Blok Brandal kini bak sebuah sungai besar dengan kedalaman 10-15 meter yang memanjang.

Detik-detik penurunan tanah ini diketahui warga sejak Minggu (13/12) sore. Sebelumnya daerah itu diguyur hujan sejak Jumat (11/12). Warga yang panik langsung menyelamatkan hewan-hewan ternak yang berada di kandang sekitar lokasi kejadian.

Tidak sampai di situ, keretakan tanah terus berjalan merambat ke areal permukiman warga yang berjarak sekitar kurang dari 2 km dari lokasi areal pertanian di Blok Brandal.

Awalnya pergerakan tanah itu hanya membuat retakan di halaman rumah. Namun seperti terus menjalar, retakan itu juga terjadi hingga ke jalan-jalan di perkampungan Bodas 1, hingga masuk ke rumah-rumah warga.

Warga yang cemas terpaksa berjaga semalaman. Hingga akhirnya warga mengetahui lahan pertanian di Blok Brandal lenyap pada Senin (13/12). Lahan seluas sekitar 5 hektare itu amblas seolah hilang dan kini menyiasakan cekungan besar bak jurang memanjang sedalam 10-15 meter.

Selanjutnya, puluhan rumah warga di lokasi itu dilaporkan rusak mulai pada sekitar pukul 10.00 WIB. Kerusakan ini diakibatkan akibat penurunan tanah. Kerusakannya rata-rata berupa lantai yang retak.

Selain itu rumah-rumah warga yang semi permanen nampak miring. Lantai tanah terangkat dan retak. Pihak Pemerintah Desa Bodas mencatat hingga Senin kemarin ada sekitar 95 rumah terdampak akibat tanah bergerak. Sore harinya, jumlah rumah terdampak bertambah lima akibat masih tingginya itensitas hujan di desa setempat. Kini ada 100 rumah rusak akibat bencana tanah gerak di desa tersebut.

Sedangkan total luas tanah yang terdampak bencana tanah bergerak di Desa Bodas ini mencapai 29,5 hektare. Dari luas tersebut, 27 hektare di antaranya merupakan lahan pertanian dan 2,5 hektare sisanya merupakan permukiman warga.

Bencana tanah gerak di Desa Bodas ini bukan yang pertama kalinya. Kepala Desa Bodas, Wasgito, mengatakan peristiwa yang sama pernah terjadi pada tahun 2005. Saat itu, bencana tanah bergerak membuat keluarga yang menghuni 18 rumah direlokasi ke daerah yang lebih aman.

“Bencana tanah gerak, sudah tiga kali ini. Tahun 2005, 2012 dan tahun ini 2020. Tahun 2005, sebanyak 18 rumah direlokasi. Dari lokasi bawah sampai ke atas, yang saat ini terjadi tanah gerak,” jelasnya.

Saat ini pihaknya terus mengantisipasi adanya tanah bergerak susulan dengan menyiapkan tiga titik tempat pengungsian, yakni Balai Desa Bodas, Masjid Bodas dan sebuah gedung sekolah dasar setempat.

Ahok Marah Besar Ketika Ditantang Untuk Bongkar Rumahnya Yang Berada Di Daerah Resapan Air


Gubernur Jakarta Basuki Tjahjana Purnama alias Ahok sewot bukan kepalang terhadap JJ Rizal, sejarawan jebolan Universitas Indonesia. Maklum, JJ Rizal menuding kebijakan Ahok tidak humanis ketika menggusur warga Kampung Pulo pada Kamis, 20 Agustus 2015. Dalam cuitannya, JJ Rizal mengatakan, “Kalo Ahok konsisten menggusur (warga) Kampung Pulo karena dianggap tinggal di lahan hijau/resapan, maka dia harus menggusur juga dong lingkungan rumahnya di Pantai Mutiara.”

Pantai Mutiara merupakan lahan hasil reklamasi yang letaknnya di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. “Sejarawan gak ngerti ilmu aja, sok ngerti ilmu banjir,” katanya, Minggu, 23 Agustus 2015. Ahok menyarankan agar JJ Rizal datang ke Kementerian Pekerjaan Umum dan berdiskusi soal proyek antisipasi banjir Ibu Kota dengan para ahli di sana. “Datang saja ke sana, supaya pinter,” katanya.

Namun dia menolak ajakan JJ Rizal untuk berdebat soal sejarah wilayah Pluit, Pantai Mutiara, dan Pantai Indah Kapuk, kawasan hutan mangrove yang kini sudah menjadi permukiman mewah di Jakarta Utara. “Apa yang mau diperdebatkan lagi?

Nah, siapa yang benar? Ahok atau JJ Rizal? Restu Gunawan, sejarawan yang pernah meneliti akar masalah banjir di Jakarta, punya pendapat. Penulis buku Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa ini membenarkan sinyalemen JJ Rizal bahwa daerah Teluk Gong, Pluit, Krendang, dan sekitarnya memang dulu merupakan kawasan resapan air.

Ketika dihubungi pada Minggu, 23 Agustus 2015, Restu menjelaskan, pada 1911, pemerintah kolonial Belanda pernah melakukan penelitian di sungai-sungai di Jakarta. Berdasarkan hasil riset itu, penjajah Belanda membuat rencana induk tata kota Batavia pada 1913. Pada cetak biru penanganan banjir Jakarta seratus tahun yang lalu itulah pertama kalinya pintu air Manggarai-Karet menuju utara digagas. Namun, zaman berubah, keinginan penguasa pun turut berubah. Restu bercerita bagaimana pemerintah Orde Baru bertindak sembrono dengan mengabaikan rencana tata ruang Jakarta.

Pada era Presiden Soeharto, keinginan para pengusaha untuk mengembangkan kawasan permukiman mewah di bibir Teluk Jakarta tak terbendung. Pembangunan masif dan reklamasi di pantai yang sebelumnya menjadi area hutan bakau pun dimulai. “Itu semua mulai terjadi pada 1990-an,” kata Restu

Kalau didaerah kampung pulo sudah dimulai pada tahun 1970 atau 20 tahun lebih awal.

Sejak saat itulah, kata Restu, problem banjir Jakarta makin runyam. “Sebenarnya, selama pembangunan di Pluit menyesuaikan dengan masterplan semula, tidak masalah. Artinya, harus tetap memperhatikan wilayah resapan,” tuturnya. Sebagai sejarawan, Restu rupanya punya pemahaman sendiri soal prinsip dasar penanganan banjir. “Kalau rumah manusia menggusur rumah air, ya, airnya akan ngamuk. Jadi, kalau mau bangun rumah manusia, airnya dibuatkan rumah dulu.”

Daerah Di Bandung Yang Dikepung Banjir Karena Luapan Sungai Cironggeng


Hujan cukup besar disertai petir dan hujan es di beberapa wilayah menyebabkan Sungai Cironggeng kembali jebol. Kota Bandung dikepung banjir sepanjang hari Sabtu (7/2/2015). Hampir di semua kecamatan memiliki titik banjir. Kepala Dinas Penanggulangan dan Pencengahan Kebakaran (DPPK) Kota Bandung Ferdy Ligaswara mengatakan jajaran siaga satu penanganan banjir.

“Tanggul Cironggeng yang jebol kemudian diperbaiki oleh TNI, Polri bahkan Pak Wali Kota Bandung Ridwan Kamil perbaiki tetapi jebol kembali” ujar Ferdy. Menurut Ferdy, tanggul yang semula jebol 20 meter kini melebar jadi 60 meter akibat luapan banjir yang bertambah besar seiring hujan cukup lebat. Ketinggian banjir di RW 06 setinggi dada orang dewasa.

Untuk pengamanan sebagian listrik dimatikan dan penerangan menggunakan light hidrolic milik DPPK. “Kami dari DPPK bersamaTNI Polri dan Barsanas mengevakuasi warga khususnya lansia dan anak-anak sedangkan lelaki dewasa jaga rumah masing-masing tidak ikut mngungsi,” ujar Ferdy.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Binamarga Pengairan Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan berdasarkan pantauan lokasi banjir ada di Cingised, Cisaranten, Antapani, Widyatama, Cicaheum, Cikadut, Margahayu, Pindad, Mercuri, Arcamanik Ciwastra, Manjahlega, Karang Pamulang, Sukamiskin, Cipagalo, Setra Dago, Sukapada,, Simpang Sari, Kiaraircon, Pasir Impun, Cigiringsing, Perempatan Gedebage, Rancabolang. Kawaluyaan, Jalan Jakarta, Jalan Sukabumi, Aswi, dan Margacinta.

Gresik Di Landa Banjir …. 3 Orang Tewas dan Ribuan Rumah Terendam


Banjir akibat hujan deras dan meluapnya Kali Lamong di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, merendam sedikitnya 1.245 rumah di 29 desa Kecamatan Benjeng, Cerme dan Menganti. Berdasarkan data yang diterima Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sabtu sore, banjir hingga kini masih merendam sejumlah desa dengan ketinggian air 30 cm hingga 60 cm.

Sementara itu, ribuan rumah yang tergenang tercatat milik 1.520 kepala keluarga (KK) atau 4.432 jiwa dan sawah yang terendam seluas 378 hektare. Sebelumnya diberitakan, banjir juga menewaskan tiga warga Desa Gadingwatu, Kecamatan Menganti, yakni Heni Pratama Putra (15), Sutris (17) dan M Martoni (21).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik Abu Hasan mengatakan tewasnya tiga warga akibat terseret arus deras usai mencari ikan di kawasan Menganti. “Mereka pulang melalui jalan pintas pematang sawah yang terendam banjir. Saat di pematang sawah ada seorang terpeleset, yang lain akan menolong tapi ikut tercebur, dan saat bersamaan debit banjir naik dengan cepat yang akhirnya menyeret 8 orang,” katanya.

Lima orang berhasil menyelamatkan diri, sementara tiga lainnya tenggelam terseret banjir dan ditemukan tewas.

Lima korban selamat dilarikan ke Rumah Sakit Islam Cahaya Giri, Kringkang, Menganti, untuk mendapat perawatan, masing-masing Jainuri Eri Erianto (17), Rama (16), Angga (20), Andy Romadhani (18), serta Eko Tri Cahyono (29).

Provinsi Bangka Belitung Ternyata Belum Bebas Banjir


Mobil dinas Wakil Bupati Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, Patrianusa Sjahrun terseret arus saat meninjau sejumlah titik banjir di Kecamatan Koba dan Lubuk Besar. Aun, teknisi mobil dinas Patrianusa merk Avanza Veloz BN 2803 CZ mengabarkan, Sabtu (7/2/2015), bahwa mobil dinas orang nomor dua di Bangka Tengah itu terseret arus banjir di ruas jalan menuju Lubuk Lingkuk.

“Air cukup tinggi meluap hingga ke badan jalan, mobil bapak memaksa untuk menerobos sehingga akhirnya terseret beberapa meter,” ujarnya. Namun, kata dia, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu karena mobil cepat diselamatkan dari dorongan air.

“Mobil tenggelam hingga membenamkan hampir seluruh mesin, akibatnya mesin mati total dan tidak bisa dihidupkan lagi,” ujarnya. Patrianusa Sjahrun bersama tim penanggulangan bencana berupaya menuju titik banjir di Kecamatan Lubuk Besar. Puluhan rumah warga dan fasilitas umum, di antaranya sekolah, tempat ibadah dan fasilitas lainnya terendam banjir. Ruas jalan raya menuju Lubuk Besar juga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai satu meter.

Informasi sementara yang diperoleh di lapangan, dua kecamatan yaitu Koba dan Lubuk Besar dilanda banjir akibat tingginya curah hujan sepanjang Jumat (6/2/2015) dan Sabtu.

Terendam
Puluhan desa dan ratusan rumah di dua kecamatan itu dilaporkan terendam banjir. Ketinggian air dilaporkan mencapai leher orang dewasa, Sabtu siang. Kemarin, banjir menyebabkan aktivitas warga lumpuh total. “Pagi tadi daerah jembatan Lubuk Lingkuk sangat parah, ketinggian air mencapai satu meter. Ada beberapa kendaraan yang sempat hanyut akibat derasnya air banjir,” ujar Aris, seorang warga yang melintas di ruas jalan terkena banjir.

Ia mengatakan, banjir cukup parah terjadi di Desa Lubuk Lingkuk akibat hujan terus mengguyur dalam dua hari ini. “Selain itu, banjir juga dipicu meluapnya air dari kolong bekas penambangan bijih timah di desa ini, kendati hujan sudah berhenti namun ketinggian air malah bertambah karena luapan dari kolong,” ujarnya.

Sementara itu, sejumlah warga di desa tersebut terus berupaya mengamankan barang berharga dan perabotan rumah tangga dari ancaman banjir.

Sebagian warga sudah dievakuasi ke rumah penduduk terdekat yang tidak terkena hantaman banjir bandang tersebut.

Terpantau, titik yang terendam banjir khusus di Koba yakni Jalan By Pass Koba, Kantor Kelurahan Padang Mulya, Jalan Tanjung Langka, Jalan raya Desa Nibung.

Sedangkan di Lubuk Besar, banjir melanda jalan raya Desa Kulur tepatnya daerah jembatan, ujung Desa Perlang, daerah jembatan Rangau Dusun Nadi, depan SMA 1 Lubuk Besar. Selain itu, di daerah jembatan Lubuk Lingkuk yang sampai saat ini airnya masih meluap.

Tim penanggulangan bencana kabupaten dan provinsi sudah mendirikan tenda darurat untuk membantu korban bencana banjir itu.

Kali Lamong Meluap … Jalan Raya Gendong Lumpuh


Jalan Raya Gendong yang menghubungkan Romo Kalisari-Tandes ‘lumpuh’. Luapan Kali Lamong yang menyebabkan tingginya genangan air menjadi penyebabnya. Akibatnya ratusan motor mogok dan memaksa pengendaramya harus berjalan sambil menuntun kendaraannya dengan menerjang genangan air 50 cm dengan jarak sekitar 5 Km.

Hal ini langsung direspon cepat ratusan anggota Satpol PP Surabaya. Para polisi pamong praja itu hujan-hujanan membantu pengendara motor. “Tolong gajah barang (truk barang) digeser ke Gentong untuk mengangkut sepeda motor yang mogok agar dibawa ke Tandes,” ujar Kepala Satpol PP Kota Surabaya, Irvan Widyanto melalui handy talkie di lokasi, Jumat (6/1/2015).

Mantan Camat ini memimpin langsung pertolongan ke pengendara motor. Tanpa menggunakan mantel, Irvan bersama anggota Satpol PP lainnya harus basah kuyup untuk meninjau kawasan yang tergenang akibat luapan Kali Lamong. “Kami kerahkan 100 anggota, 5 truk barang dan 5 truk penumpang untuk mengangkut pengendara dan sepeda motornya. Kami juga siagakan 2 perahu karet,” ungkapnya.

Camat Pakal, Agus Setioko mengaku jika genangan yang terjadi di kawasan Gendong yang menghubungkan Romo Kalisari-Tandes terjadi sejak Jumat pagi akibat meluapnya Kali Lamong. Agus mengungkapkan, pihaknya sudah mengantisipasi dengan menahan beberapa kawasan yang rendah dengan karung pasir, namun upaya itu kurang ampuh.

“Disini selalu banjir kalau Kali Lamong meluap,” ujarnya. Menurut Agus, luapan Kali Lamong saat ini dianggapnya tidak terlalu parah jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang ketinggian airnya mencapai 50 cm.‎