Pesawat Akrobatik Bravo 202 Jatuh Di Bandung Air Show 2012


Pesawat akrobatik Bravo 202 yang jatuh saat sedang bermanuver di ajang “Bandung Air Show” (BAS) 2012, Sabtu, dipastikan bukan lagi milik TNI Angkatan Udara.

“Sudah dihibahkan ke FASI (Federasi Aerosport Indonesia),” kata Direktur Bandung Pilot Academic M Nasrun N, di Ruang Forensik RSUP Hasan Sadikin, Bandung. Dia mengatakan, pesawat tersebut sejak 2001 dihibahkan ke FASI.

Menurut dia, pesawat akrobatik Bravo 202 tersebut dikemudikan oleh pilot Marsekal (Purn) Noorman Lubis dengan co-pilot Tony. Ia mengatakan, pilot Noorman Lubis juga sempat menerbangkan pesawat yang sama pada Jumat (28/9).

“Kemarin juga dia terbang sama Dody (dari FASI) dengan pesawat yang sama,” kata dia. Pada kesempatan tersebut, pihaknya menyampaikan rasa duka dan kehilangan yang sedalam-dalamnya atas kepergian Marsekal (Purn) Noorman Lubis dan Letkol Penerbang Tony Nugroho. Pilot dan co-pilot pesawat Bravo 202 yang jatuh saat bermanuver dalam ajang Bandung Air Show (BAS) 2012, di Bandung, Sabtu, dikabarkan telah meninggal dunia.

“Menurut laporan dari pihak Bandara Husein Sastranegara, pilot atas nama Norman Tagor Lubis dinyatakan meninggal dunia,” kata Bambang Ervan, juru bicara Kementerian Perhubungan, dalam wawancara yang ditayangkan TV One.

Informasi ini diperkuat dengan pernyataan pers Danlanud Husein Sastranegara Kol PNB Umar Sugeng Hariyono, tak lama setelah kecelakaan terjadi.

Ia merinci bahwa pesawat lepas landas pada pukul 11.37WIB dan jatuh pada pukul 11.42 WIB. Pesawat menimpa gedung Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Dislitbang AU).

“Pesawat jatuh sedang akan melakukan manuver, total loss, dan dua penerbang dinyatakan meninggal dunia,” kata Kol PNB Umar Sugeng Hariyono.

Pilot, atas nama Mayor Purn Dr Norman T Lubis adalah seorang dokter mata dan co-pilot atas nama Letkol Purn Toni Hartono merupakan salah satu instruktur terbang di sekolah penerbangan di Bandung.

“Keduanya adalah mantan anggota AU yang bergabung di klub PASI Bandung,” kata Umar.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa “Untuk demo udara dihentikan karena sedang berkabung. Selanjutnya Bandung Air Show 2012 akan pameran saja, dan kegiatan-kegiatan lain akan disesuaikan,” ujarnya sambil menutup dengan berkata, “Akan ada tim penyelidikan kecelakaan.”

Bandung Air Show 2012 bertajuk Berjaya Dirgantara ini merupakan gelaran ajang kedirgantaraan nasional terbesar Indonesia. Kegiatan ini juga merupakan salah satu bagian dari peringatan HUT ke-202 Kota Bandung.

Diselenggarakan pada 27 hingga 30 September 2012, ajang ini dimeriahkan atraksi dari 28 pesawat asal Malaysia, Singapura, Filipina, Amerika. dan Australia. Kecelakaan pesawat Bravo AS-202 pada Sabtu merupakan kecelakaan pesawat kedua yang terjadi pada ajang Bandung Air Show (BAS) di Bandung, Jawa Barat.

Sebuah pesawat akrobatik jenis Cessna yang dikendalikan pilot Alexander Supeli juga jatuh saat bermanuver dalam ajang Bandung Air Show pada 24 September 2010.

Ketika itu, pesawat sedang melakukan manuver terbang rendah namun tergelincir ketika sayapnya menyentuh tanah.

Alex Supeli, pilot profesional dengan pengalaman 2.000 jam terbang, mengalami luka berat dan akhirnya meninggal dunia akibat kecelakaan itu.

Insiden yang terjadi pada pesawat akrobatik Bravo AS-202 pada Sabtu siang lebih dramatis. Setelah mendapat tepuk tangan saat melakukan aksi terbang rendah, pesawat itu melambung ke udara dan melakukan putaran namun kemudian jatuh di kantor Litbang TNI-AU, sekitar 500 meter dari ajang BAS 2012.

Kecelakaan itu menyebabkan kematian pilot Norman T Lubis dan co-pilot Tony Hartono, menodai mulusnya gelaran Bandung Air Show 2012 yang rencananya ditutup pada Minggu (30/9) dengan pemecahan rekor pembuatan replika pesawat terbang terbanyak.

Suasana meriah dan optimistis di arena BAS 2012 berubah menjadi duka, meski pameran tetap bergulir.

“Setelah insiden itu, semua jadwal aktraksi akrobatik udara dihentikan sebagai tanda berkabung,” kata Komandan Lanud Husein Satranegara Bandung, Kolonel (Pnb) Umar Sugeng.

Kapal Perang Siluman KRI Klewang-625 Terbakar Di Banyuwangi


Pemerintah tidak bertanggung jawab atas terbakarnya kapal perang pesanan TNI Angkatan Laut, KRI Klewang-625, di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jatim, Jumat (28/9/2012) sore, lantaran statusnya masih milik PT Lundin, produsen kapal tersebut.

“Kami tidak bertanggung jawab terhadap kebakaran KRI Klewang karena kapal tersebut statusnya belum milik TNI Angkatan Laut, tetapi masih milik PT Lundin. Waktu itu baru peluncuran saja, belum ada serah terima,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, di Jakarta, Jumat, menanggapi terbakarnya kapal yang didambakan sebagai kapal perang modern antiradar itu.

Untung mengaku belum mengetahui seperti apa perjanjian ke depan pascakebakaran KRI Klewang tersebut karena tanggung jawab sepenuhnya masih berada pada PT Lundin.

“Kami belum tahu soal itu (mendapat ganti kapal baru). Lebih baik ditanyakan langsung kepada pihak PT Lundin karena KRI Klewang itu statusnya masih milik PT Lundin,” ujarnya.

Untung menambahkan, pihaknya belum mengetahui penyebab terbakarnya kapal yang dikenal dengan sebutan Trimaran tersebut karena pihaknya masih menunggu penyelidikannya.

Staf Ahli Menteri Pertahanan yang sementara merangkap Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal TNI Hartind Asrin menjelaskan, TNI Angkatan Laut telah memesan empat unit kapal tersebut, namun baru tahapan uji coba berlayar untuk dilihat apa saja yang kurang guna disempurnakan.

“Kapal ini belum diserahterimakan secara resmi. Setiap pengadaan alat utama sstem senjata (alutsista) selalu ada proses serah terima secara resmi dari pihak pembuat kepada kementerian pertahanan untuk kemudian diteruskan kepada matra pengguna. Serah terima itu dilakukan oleh Menhan,” kata Hartind.

Oleh karena itu, tambah dia, bila terjadi sesuatu, termasuk kebakaran seperti yang terjadi pada Trimaran, pihak produsen yang bertanggung jawab sepenuhnya. “Harus ganti ’full’. Itu ada dalam kontrak pengadaannya. Kalau sudah serah terima resmi, baru kami yang bertanggung jawab,” tuturnya.

KRI Klewang-625 dengan panjang 63 meter ini merupakan kapal tipe trimaran (tiga lunas) yang dibangun Lundin Industries, di Banyuwangi. Kapal perang ini sangat pas untuk keperluan operasional di perairan lithoral (bukan laut dalam), mengingat Indonesia banyak dikelilingi laut-laut semacam ini.

KRI Klewang-625 dibangun berbahan baku sejenis serat gelas yang diklaim kekuatannya menandingi baja namun tidak memantulkan gelombang radar. Teknologi “stealth” ini juga dimiliki pesawat terbang intai F-117 Night Hawk milik Angkatan Udara Amerika Serikat.

FPI Segel Seven Eleven Di Pejaten


Tindakan penyegelan mini market Seven Eleven di Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, oleh Front Pembela Islam Jati Padang dilakukan tanpa sepengetahuan pengurus pusat FPI.

“Kami tidak tahu adanya penyegelan ini,” kata Sekretaris Jenderal FPI, Shobri Lubis, ketika dihubungi Tempo, Ahad, 23 September 2012.

Menurut Shobri, penyegelan ini kemungkinan besar dilakukan atas inisiasi FPI Jatipadang. Shobri menegaskan tindakan tersebut belum dilaporkan kepada pengurus pusat FPI.

Pengakuan senada juga disampaikan juru bicara FPI, Muchsin Alatas. Menurut dia, pengurus pusat FPI tidak pernah diberitahu adanya penyegelan terhadap minimarket di Pasar Minggu.

“Langsung hubungi FPI yang menyegel saja,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, 20 orang massa FPI Jati Padang mendatangi mini market Seven Eleven di Jalan Pejaten Raya, Jatipadang, Pasar Minggu, untuk kemudian disegel pada pukul 22.15, Sabtu malam.

Kepala Kepolisian Sektor Pasar Minggu Komisaris Polisi Adri Desas Furianto mengatakan usai menyegel Seven Eleven di Jalan Pejaten Raya, Jatipadang, Pasar Minggu, massa FPI bergerak ke arah Jalan Raya Tanjung Barat. Menurutnya, FPI berhenti di salah satu tempat hiburan yang tutup.

“Massa FPI ingin masuk ke dalam, tapi kami hadang,” kata Adri kepada Tempo, Ahad 23 September 2012.

Adri akhirnya mengumpulkan massa FPI untuk diberi peringatan keras. Adri mengimbau akan melakukan tindakan tegas kepada Ustad H dan anggotanya jika masih melakukan aksinya. “Diberi peringatan, mereka berjanji tidak akan melakukan aksinya kembali,” ujarnya.

Kemudian, lanjut Adri, massa FPI pergi ke wilayah Kelurahan Kebagusan untuk melaksanakan pengajian rutin dan halalbihalal di kediaman ustad R di Jalan Kebagusan Raya. “Selama acara itu kami lakukan patroli dengan skala sedang dan acara berakhir hingga pukul 01.00 dengan situasi aman terkendali.”

Sebelumnya, sekitar 20 orang massa FPI Jati Padang mendatangi minimarket Seven Eleven di Jalan Pejaten Raya, Jati Padang, Pasar Minggu, untuk kemudian disegel pada pukul 22.15 tadi malam.

Menurut Adri, massa FPI itu dipimpin oleh Ustad H, yang langsung masuk ke dalam Sevel dan menyuruh karyawan untuk segera tutup. Kemudian, H menempelkan kertas yang bertuliskan “Bangunan ini disegel oleh warga Pejaten Barat atau Jatipadang, karena tidak memiliki IMB, Izin Usaha dan Izin dari warga setempat. “Alasannya hanya tidak ada izin,” ujarnya.

Sidak Wakil Menteri Hukum dan HAM Deny Indrayana Ke Lapas Banjarmasin Ricuh dan Mendapat Perlawanan Dari Narapidana


Inspeksi mendadak (Sidak) yang dilakukan Wakil Menteri Hukum dan HAM Deny Indrayana di Lembaga Pemasyarakatan Teluk Dalam Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan, ricuh, Sabtu 22 September 2012. Denny diketahui datang berserta Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalsel ke Lapas Kelas IIA Banjarmasin.

Kronologi kejadiannya diawali pada saat Denny beserta rombongan, BNNP Kalsel memasuki Lapas yang didampingi Kakanwil Hukum dan HAM Kalsel, Budi Santoso, saat itu keadaan masih kondusif.

Beberapa saat setelah rombongan masuk, dan melakukan penggeledahan ke beberapa blok tahanan, tiba-tiba terjadi keributan dan suasana pun menjadi tidak terkendali lagi. Tidak diketahui secara pasti penyebab kericuhan.

Pada saat dilakukan penggeledahan tiba-tiba ada yang berteriak kemudian terjadi kericuhan, yang mengakibatkan beberapa narapidana mengamuk dan mengejar aparat yang melakukan penggeledahan.

Tidak ingin terjadi hal-hal yang buruk, seluruh aparat beserta wartawan lari menyelamatkan diri dari kejaran para narapidana. Begitu juga rombongan Wamenkumham serta dari BNNP, juga lari meninggalkan blok-blok yang mereka geledah.

Situasi semakin tidak terkendali, sehingga bunyi sirine dan lonceng tanda bahaya dan peringatan untuk para narapidana agar segera tenang, dibunyikan. Beruntung, aksi para narapidana tersebut bisa dihentikan oleh petugas Lapas dan mereka bisa kembali tenang, sementara, karena kondisi tidak memungkinan Sidak malam itu dihentikan.

Diduga kericuhan terjadi, karena beberapa narapidana melihat beberapa aparat kepolisian yang ikut melakukan penggeledahan tersebut, adalah petugas yang menangkap dan memenjarakan mereka.

Dari hasil inspeksi mendadak tersebut, ditemukan beberapa barang bukti di antaranya, tiga HP, satu buah tablet Samsung serta 1 paket shabu-shabu besarta alat hisap, dadu, dan brankas.Selain itu, juga ditemukana kartu remi yang didapat dari Blok C di Lapas Teluk Dalam Banjarmasin.

Inspeksi mendadak Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana di Lembaga Pemasyarakatan Banjarmasin ricuh. Kehadiran Denny ditentang narapidana di sana. “Pada saat ditemukan barang bukti sebagian narapidana berteriak-teriak,” kata Denny ketika dihubungi oleh Tempo, Sabtu 22 September 2012.

Akibatnya, dua anggota Badan Narkotika Nasional Kota Banjarmasin terjatuh dan terluka. Namun Denny enggan mengatakan rombongan inspeksi mendadak yang dipimpinnya itu diserang. “Itu semua akibat dinamika yang terjadi di lapangan saja,” kata dia. Dua orang petugas tersebut terluka akibat insiden itu. “Cuma luka lecet karena jatuh saja,” kata Denny.

Dalam kunjungan mendadaknya, Denny menyita paket shabu, brankas, tiga buah telepon genggam termasuk sebuah Blackberry dan satu buah Galaxy Tab. “Para penghuni lapas melawan ketika sidak dilaksanakan,” kata Denny.

Namun Denny menegaskan, inspeksi mendadak pemberantasan narkotika itu tak lantas kendur. “Kami harus lebih keras lagi melakukan tindakan semacam ini,” kata dia.

Kemacetan Di Bali Kian Parah dan Mulai Ganggu Pariwisata


Tingkat kemacetan yang makin parah di Bali, khususnya di kawasan wisata menjadi ancaman bagi kualitas pariwisata daerah ini. Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mendesak agar masalah itu segera diselesaikan.

“Jangan sampai seperti di Jakarta. Pada ruas jalan tertentu, pergerakan hanya 9-15 kilometer per jam,” ujarnya dalam Diskusi Rutin Pariwisata Bali, Selasa 18 September 2012 di Bali Tourism Board.

Danang menceritakan pengalamannya yang kurang menyenangkan saat berada di Kuta. Ketika itu, kemacetan di sentra wisata di Bali itu lebih parah ketimbang macet di Jakarta. “Sampai orang-orang memilih berjalan daripada naik mobil,” ujarnya.

Data yang diungkap Sekretaris DPD Organda Bali Yus Suhartawan menyebut, kemacetan terjadi karena pertumbuhan angkutan pribadi yang tidak terkendali dan minimnya angkutan umum. Di Bali tercatat jumlah sepeda motor mencapai 2,2 juta dan mobil berjumlah 350 ribu. Sejak tahun 2000-an memang terdapat kecenderungan.

Sebelum tahun 2.000, angkutan didominasi oleh angkutan umun dengan perbandingan dengan angkutan umum 80 : 20.Tapi setelah itu perbandingannya terbalik, justru angkutan pribadi yang mendominasi. Dilihat dari jenisnya, sepeda motor mendominasi hingga 71,81 persen, disusul mobil 19 persen dan sisanya jenis kendaraan yang lain.

Menurut Danang diperlukan tindakan yang integrative untuk mengatasi masalah itu. Yakni dengan memadukan rencana tata ruang, system komunikasi dan transportasi. “Jadi tidak bisa kalau hanya dengan pendekatan konvensional dengan menambah jalan dan menekan pertumbuhan kendaraan,” ujarnya. Sistem transportasi sendiri harus menggabungkan fasilitas bagi pejalan kaki, sepeda gayung, sepeda motor, dan angkutan umum.

Grand Livina B-889-CEQ Tabrak 6 Orang dan 3 Motor Berhasil Ditangkap Karena Dibuntuti Taksi Blue Bird


Polisi menahan Ronald Utomo, 30 tahun, pengemudi Grand Livina B-889-CEQ. Dinihari tadi, Ronald ditangkap karena menabrak enam pengguna jalan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. “Korban menderita luka-luka, termasuk anggota Bareskrim bernama Wahyu,” kata juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, Rabu, 19 September 2012.

Rikwanto menjelaskan, keenam korban ditabrak di lokasi berbeda. Mobil yang dikendarai Ronald melaju dari Duta Merlin dengan kecepatan tinggi 100 km/jam. Ia menggunakan jalur bus Transjakarta. Ketika masuk di Jalan Gajah Mada, mobilnya menabrak sepeda motor Mio B-6967-UH. Dua orang menjadi korban. “Korban mengalami kaki patah, tapi pengemudi mobil malah kabur,” kata Rikwanto.

Seorang sopir taksi yang melihat kejadian itu, membuntuti mobil Ronald. Di perempatan stasiun kota, mobil itu kembali menabrak pengendara motor. Lagi-lagi, Ronald kabur. Di depan Mangga Besar, mobil menghantam sepeda motor yang dikendarai angota Bareskrim bernama Wahyu. Saat itu, Wahyu tengah memboncengkan teman wanita. “Mereka belum diketahui kondisinya,” ujar Rikwanto.

Ronald justru semakin memacu laju kendaraannya ke arah Ancol. Mobilnya kembali menabrak pengendara motor yang berboncengan. “Di sini sopir taksi Blue Bird (Jaan Ali) menolong korban,” kata Rikwanto.

Namun, seorang sopir taksi Blue Bird lainnya, bernama Rasta, mengikuti pelaku. Sadar diikuti, Ronald justru marah. Dia tiga kali menabrak taksi yang membuntuti. Sopir taksi tidak menyerah. Sampai di Perum PIL Long Beat Blok A Nomor 23, Jakarta Utara, polisi mengepung dan menangkap Ronald. Lelaki itu ternyata tidak sendirian. Dia bersama temannya bernama Qi Hui, 28 tahun.

Menurut Rikwanto, Ronald dan Qi Hui masih menjalankan pemeriksaan tes urine di Puslabfor. Sebab, saat ditangkap, keduanya diduga dalam keadaan mabuk. “Pelaku terancam Pasal 310 Undang-Undang Lalu Lintas.”

Gunung Soputan Di Sulawesi Utara Meletus Lagi September 2012


Gunung api Soputan yang terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, meletus, Selasa (18/9). Gunung ini pernah meletus pada 26 Agustus 2012, statusnya siaga. “Gunung Soputan erupsi pada pukul 17.30 WITA,” kata Kepala Pusat Informasi dan Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwonugroho, Selasa (18/9).

Dia menambahkan, suara gemuruh terdengar sejak pukul 15.15 WITA. Hingga 18.85 WITA, erupsi Soputan masih terjadi. Sesekali diiringi suara gemuruh. “Ketinggian asap sekitar 1.500 meter dari kawah,” tutur Sutopo. Menurutnya, data seismograf menunjukkan tremor letusan dengan magnitud maksimum. Sedangkan, pantauan ke arah puncak terhalang oleh kabut. Dia menambahkan, permukiman warga masih berada di luar zona bahaya, yaitu sekitar 6,5 kilometer dari puncak. “Jadi masyarakat tidak perlu mengungsi,” ucapnya.

Masyarakat, tambah dia, saat ini tetap melakukan aktivitas dengan normal. Namun diimbau agar tidak beraktivitas di dekat puncak Soputan. “Pendakian dan aktivitas berkemah di puncak gunung Soputan dihindari,” katanya. Gunung api Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara meletus pada Selasa (18/9/2012) tepat pukul 17.30 Wita. Informasi itu disampaikan Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran pers yang diterima Kompas.com.

“Sesekali terdengar suara gemuruh dari Pos Gunung Soputan. Gunung Soputan terjadi erupsi pada pukul 17:30 WITA, dengan ketinggian asap sekitar 1.500 meter dari kawah,” tulis Sutopo. Sutopo melaporkan hingga pukul 18.15 WIB masih terus terjadi erupsi Gunung Soputan dengan sesekali diiringi suara gemuruh. Seismograf mencatat tremor letusan dengan magnitud maksimum, namun pemantauan visual ke arah puncak terhalang kabut.

“Permukiman warga masih berada di luar zona bahaya, yaitu sekitar 6,5 km dari puncak gunung. Jadi masyarakat tidak perlu mengungsi. Masyarakat tetap melakukan aktivitasnya dengan normal,” tandas Sutopo. BNPB juga mengimbau masyarakat agar tidak beraktivitas di dekat puncak gunung. Pendakian dan aktivitas berkemah di puncak gunung Soputan dihindari. Dan saat ini status masih siaga.

Gunung Soputan di Sulawesi Utara pernah meletus pada Minggu, 26, Agustus 2012 sekitar pukul 21.50 Wita. Ketinggian asap dilaporkan mencapai 5.000 meter dari puncak.Masyarakat Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan sudah mengenal karakter Gunung Soputan. Gunung berapi itu selalu meletus pada pertengahan tahun. Kelaziman itu membuat masyarakat di sekitar Gunung Soputan selalu waspada, dan tidak begitu terkejut manakala gunung setinggi 1.784 meter (5.853 kaki) di atas permukaan laut itu memuntahkan debu, lava, dan awan panas.

“Tak usah heran, setiap pertengahan tahun memang selalu meletus. Soputan biasa meletus antara Mei sampai September,” ujar Camat Silian Raya, Kabupaten Minahasa Tenggara, Alexander Tumigolung, kepada Tribun belum lama ini.

Pernyataan senada disampaikan Boyke Akay. Menurutnya, periode letusan setiap pertengahan tahun, tak ubahnya seperti perayaan HUT Gunung Soputan. “Seperti perayaan hari jadi saja, tiap pertengahan tahun Soputan selalu meletus,” kata Akay, yang juga Camat Tombatu.

Akay masih ingat, letusan Gunung Soputan yang paling hebat terjadi 30 tahun silam, di mana ketebalan abu vulkanis mencapai puluhan sentimeter. “Kami tak lupa tahun 1982, Soputan memang meletus kuat. Debunya sampai 30 sentimeter, memang itu yang paling kuat,” ungkap Akay.

Letusan Soputan pada Minggu (26/8/2012) hingga Senin (27/8/2012) lalu, menurut Akay, tak perlu dirisaukan berlebihan karena dampaknya tidak signifikan bagi masyarakat di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra). “Angin mengarah ke Minsel (Minahasa Selatan). Jadi, Mitra sementara aman, walaupun tetap harus waspada,” tutur Akay.

Soputan yang terletak di wilayah Minahasa Selatan merupakan gunung berapi jenis stratovolcano. Tipe erupsinya berupa ledakan kubah lava, aliran piroklastik, dan aktivitas strombolian. Letusan Soputan pertama kali tercatat pada 1785. Sejak itu, sudah ratusan kali gunung tersebut meletus. Dalam sepuluh tahun terakhir, intensitas letusannya berlangsung hampir saban tahun. Hingga Selasa (28/8/2012), kondisi Gunung Soputan semakin tenang, bahkan jauh lebih tenang dari keadaan sehari sebelumnya.

Menurut catatan pos pemantau Soputan, sejak pukul 06.00-12.00 Wita kemarin, sudah tidak terjadi lagi letusan dan lontaran pijar atau awan panas. “Tadi hanya terjadi satu kali embusan, satu kali tektonik, dan tujuh kali gempa guguran, bahkan tremor tidak ada lagi,” jelas Fandy, pemantau Soputan di Maliku, Selasa. Kondisi puncak gunung, lanjutnya, tidak terpantau karena dihalangi kabut tebal. Meski begitu, masyarakat di sekitar kaki Gunung Soputan belum diperkenankan melakukan aktivitas karena masih berbahaya. “Radius 6,5 kilometer belum diizinkan,” jelasnya.

Meski Soputan sudah berangsur normal, status gunung belum diturunkan dari siaga. “Status belum diturunkan, karena yang memutuskan dari pusat, kami hanya berikan laporan perkembangan setiap enam jam,” papar Fandy.

Banyuwangi Kembali Diguncang Gempa Berkekuatan 5.1 Ritcher


Gempa sekuat 5,1 skala Richter kembali mengguncang Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu malam. BMKG melaporkan, sebelumnya juga terjadi beberapa kali di daerah ini.

Kepala Stasiun Geofisika Kotabumi Lampung, Chrismanto, menyebutkan episentrum gempa itu berada pada koordinat 10.80 derajat Lintang Selatan dan 113.75 derajat Bujur Timur (BT), dengan kedalaman pusat gempa (episentrum) 10 km.

Gempa itu terjadi di selatan Pulau Jawa; 273 km barat daya Banyuwangi; 287 km tenggara Jember, Jatim; 289 km barat daya Denpasar, Bali; dan 929 km tenggara Jakarta.

Namun BMKG menegaskan gempa ini tidak berpotensi menimbulkan ancaman tsunami.

Sebelumnya, BMKG juga telah menyampaikan terjadi beberapa kali gempa di kawasan sekitar Banyuwangi, Jatim, dalam sepekan terakhir, selain beberapa kali di sejumlah daerah lain di Indonesia.

Gempa bumi berkekuatan 5,8 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu sekitar pukul 23.32 WIB.

Berdasarkan laman dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa yang tidak berpotensi Tsunami itu berada pada koordinat 10.84 Lintang Selatan (LS) – 113.82 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 32 kilometer.

Pusat gempa terjadi pada 276 Km barat daya Banyuwangi-Jawa Timur, 288 Km barat daya Denpasar-Bali, 292 Km tenggara Jember, 271 Km barat daya Denpasar- Bali dan 938 Km tenggara Jakarta.

Gempa berkekuatan 5,1 skala Richter mengguncang wilayah perairan barat daya Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu malam.

Menurut informasi dari laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika gempa berkekuatan sedang tersebut terjadi pada pukul 22.32 WIB dengan lokasi di 273 kilometer barat daya Banyuwangi.

Gempa berkedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut itu tepatnya berlokasi di kordinat 10,80 Lintang Selatan dan 113,75 Bujur Timur.

Sebelumnya gempa berkekuatan sama juga sempat mengguncang wilayah Banyuwangi pada Minggu dinihari sekitar pukul 00.35 WIB dan sebuah gempa 5,8 skala Richter pada Sabtu pukul 23.22 WIB.

Dua Gunung Yaitu Gunung Lokon Di Sulawesi Utara dan Gamalama Di Ternate Meletus Bersama Sama


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menginformasikan Gunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara, kembali meletus.

Kepala Pusat Data, informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Sabtu, menyatakan, PVMBG Badan Geologi telah menyampaikan informasi kepada Posko BNPB bahwa Gunung Lokon telah meletus pada 15 Sept 2012 pukul 18:53 WITA.

“Letusan diawali letusan eksplosif, dengan ketinggian asap 1.500 m dari Kawah Tompaluan,” ujarnya.

Letusan ini, ujarnya lagi, menggetarkan kaca-kaca Pos Gunung Lokon yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Kawah Tompaluan, disusul dengan letusan strombolian (lontaran material pijar), dengan ketinggian sekitar 600 meter dari kawah Tompaluan.

Sebelumnya, PVMBG Badan Geologi juga sudah menyampaikan peringatan dini bahwa sejak Minggu pagi (15/9) pukul 08.30 WITA, telah terjadi peningkatan kegempaan.

Sampai pukul 12.00 WITA tercatat 56 kali gempa Vulkanik dalam, 91 kali gempa Vulkanik dangkal, dan 11 kali gempa hembusan asap. “Jika peningkatan kegempaan kegempaan Gunung Lokon terus berlangsung dengan ritme yang sama, maka dapat diikuti letusan,” katanya.

Terkait letusan itu, BNPB merekomendasi agar tidak ada aktivitas masyarakat dalam radius 1.5 kilometer dari Kawah Tompaluan.

Selain itu, meskipun Gunung Lokon meletus, status tetap Siaga (level 3) serta belum perlu ada pengungsian. “Masyarakat diminta tetap tenang dan waspada,” ujarnya.

Sejak ditetapkan status Siaga sejak 24 Juli 2011 oleh PVMBG, gunung api Lokon beberapa kali meletus dan tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan yang besar. Memang tipikal Lokon adalah terjadi peningkatan aktivitas yang cepat dan diikuti meletus, kemudian aktivitasnya menurun hingga periode tertentu. Masyarakat setempat juga sudah mengenali perilaku Gunung Lokon.

“BNPB telah meminta BPBD Sulawesi Utara dan BPBD Kota Tomohon untuk mengambil langkah-langkah antisipasinya,” kata Sutopo. Gunung api Lokon di Tomohon yang sedang berstatus siaga kembali mengeluarkan letusan pada Sabtu (15/09/2012) pukul 18.56 Wita.

“Dibanding dengan letusan beberapa waktu lalu, letusan kali ini cukup keras. Rumah kami bergetar, jendela-jendela bergoyang dan warga keluar rumah,” ujar Fredy B, warga Kakaskasen III yang berada dekat dengan Lokon.

Danramil Tomohon, Ahmad Nurdin yang berada di pos pemantau ketika dikonfirmasi membenarkan adanya letusan yang lumayan keras tersebut. “Belum ada evakuasi warga, tetapi letusannya kali ini cukup keras. Api terlihat keluar dari kawah dan awan letusan mengarah ke arah utara,” ujarnya.

“Letusan Lokon kali ini cukup terasa keras. Desa Kinilow mulai dihujani debu letusan,” tambah Fredy. Dan hingga kini aktivitas letusan masih terjadi walau dalam intensitas yang lebih kecil.

Gunung Api Lokon merupakan salah satu gunung api aktif di Sulawesi Utara selain, GA Soputan yang beberapa minggu lalu juga meletus. Di samping itu ada GA Karangetang di pulau Siau yang juga sementara beraktivitas mengeluarkan lahar, serta GA Awu di Sangihe dan GA Mahagetang yang merupakan gunung api bawah laut di Sangihe.

Dua hari berturut-turut, gunung di kawasan timur Indonesia meletus. Setelah Sabtu (15/9) Gunung Lokon di Kecamatan Tomohon Utara, Tomohon, Sulawesi Utara, kemarin giliran Gunung Gamalama yang meletus. Tercatat, gunung di Maluku Utara itu tiga kali bereaksi dan menyemburkan abu yang menyelimuti selatan kota Ternate.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho merinci letusan itu. Pertama, terjadi pada Sabtu (15/9) malam. Sekitar pukul 20.27 WIT gunung api tersebut meletus untuk kali pertama. “Saat itu, hujan abu terjadi semalaman di bagian timur-selatan Kota Ternate,” ujarnya.

Ternyata, letusan itu membawa reaksi lainnya. Tepatnya pukul 13.22 WIT, gunung setinggi 1.715 meter itu kembali meletus. Tidak lama kemudian, pukul 14.15 WIT erupsi lagi dan disertai dengan suara gemuruh sedang. Saat itu, tinggi asap letusan lebih kurang 1.000 m ke arah tenggara-selatan gunung.

Abu bergerak cepat, hanya lima menit setelah letusan terakhir abu sudah sampai di pos pengamatan. Lantas, debu bergerak ke arah selatan Kota Ternate. Pekatnya debu membuat jarak pandang di Kota Ternate terganggu. “Saat itu, jarak pandang hanya sekitar 50 meter,” tandas Sutopo.

Terus meningkatnya aktivitas Gunung Api yang sudah meletus sedikitnya 60 kali sejak 1538 itu membuat BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bergerak cepat. Terhitung sejak pukul 14.30 WIT kemarin, Gunung Gamalama langsung dinaikkan statusnya dari Waspada (Level II) ke status Siaga (Level III).

Kepala BPBD Maluku Utara, Arief Armaiyn kepada Jawa Pos mengatakan kalau pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Itu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Sebab, aktivitas gunung terus naik dan belum ada tanda menurun. “Kita tidak tahu apa yang terjadi nanti, lebih baik siap-siap,” tuturnya.

Selain itu, BPBD Maluku Utara juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk penyediaan masker. BPBD menghimbau agar masyarakat tak keluar rumah terlebih dahulu. Terutama, saat debu masih beterbangan di atas Kota Ternate.

Gunung Gamalama di Maluku Utara kembali meletus, Minggu (16/9/2012), siang ini pukul 13.22 WIT. Selanjutnya, pada pukul 14.15 WIT gunung tersebut meletus lagi disertai suara gemuruh sedang.

Demikian informasi yang disampaikan Kepala Pusat Data, informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho kepada Kompas.com melalu pesan singkat, Minggu. Menurut Sutopo, asap letusan membumbung lebih kurang 1.000 m ke arah tenggara-selatan.

“Hujan abu jatuh di pos pengamatan pukul 14.20 WIT. Debu sudah turun di Selatan Kota ternate. Jarak pandang 50 meter. Tim BPBD Provinsi Maluku Utara saat ini sudah di lokasi kejadian,” tulisnya.

Belum ada pengungsian. BPBD Provinsi Maluku Utara telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk penyediaan masker. Masyarakat diimbau untuk tidak keluar rumah karena debu sudah menutup seluruh Kota Ternate.

“Terhitung sejak pukul 14.30 WIT, Gunung Gamalama dinaikan statusnya dari Waspada (level II) ke status Siaga (level III).

Sebelumnya, Sabtu (15/9/2012) malam Gunung Gamalama juga tiga kali meletus. Hujan abu terjadi semalam di bagian timur-selatan Kota Ternate.

Festival Kopi Indonesia


Menyadari beragam manfaat dari kopi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kembali menyelenggarakan Festival Kopi Indonesia atau Indonesian Coffee Festival. Acara kali ini mengambil tempat di Museum Puri Lukisan, Ubud, Gianyar, Bali, 15-17 September 2012.

Dalam penyelenggarakan ini, Kemenparekraf bekerja sama dengan beberapa pihak seperti Pemerintah Kabupaten Gianyar, Puri Ubud, Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, Komunitas Kopi, dan Blogger Kopi.

Ketua Panitia Festival Kopi Indonesia Ellyanthi Tambunan menyatakan kesempatan kali ini adalah saat yang tepat untuk seluruh pihak yang berkecimpung dalam kopi bertemu. “Dari hulu sampai hilir, mulai dari petani kopi sampai investor, akan bertemu di sini untuk saling bertukar informasi,” kata dia.

ICF kedua ini juga dimaksudkan untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat kopi dunia. Agrowisata kopi juga diyakini sebagai destinasi pariwisata dunia.

Puluhan pengusaha kopi dari seluruh Indonesia berkumpul di sini. Mereka juga memiliki kesempatan untuk memasarkannya kepada pengunjung. Karena, satu merek kopi mendapat satu gerai dari panitia.

Pengunjung bisa merasakan langsung rasa kopi melalui tester yang diberikan. Mereka pun bisa langsung membeli untuk dibawa pulang.

“Dari data yang kami kumpulkan, kebutuhan kopi di Indonesia mencapai 121.107 ton per tahun. Sementara, masyarakat dunia mengkonsumsi kopi 165,9 ton tiap harinya,” ujar Ellyantti.

Berdasarkan data itu pula, luas perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektare. Tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTT, Selawesi Selatan, hingga Papua.

Sebagian perkebunan kopi ini telah dikembangkan sebagai kawasan agrowisata kopi yang banyak diminati wisatawan mancanegara dan domestik.

Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Kopi dan Kokain Indonesia di Jember, Surip Mawardi, mengungkapkan bahwa produksi kopi Indonesia secara keseluruhan saat ini berada sejajar dengan Kolombia.

“Dulu Indonesia posisi kedua setelah Brasil (sekarang Vietnam). Sekarang di urutan 3 atau 4, saling salip dengan Kolombia,” kata dia. Posisi ini dilihat dari jumlah produksi dan kualitasnya.

Setelah melalui musim panen terakhir tahun ini, Surip memperkirakan Indonesia akan menghasilkan 700 ribu ton biji kopi. Hal ini, dinyatakan jauh lebih baik daripada tahun 2010-2011, yang hanya menghasilkan 400 hingga 500 ribu ton.

“Hasil ini sangat terbantu dengan cuaca sepanjang tahun, dimana curah hujannya cukup dan tidak berlebih seperti tahun-tahun lalu,” kata spesialis cita rasa kopi ini. Sayangnya, Indonesia masih tergolong memprihatinkan dari teknologinya.

Lantas bagaimana dengan hasil kopi lokal Bali? “Kualitas kopi Bali bagus,” kata Surip. Kualitas kopi, bagi dia, tentu tidak lepas dari cita rasanya yang seimbang.

Bahkan, dia sempat mendengar cerita, bahwa ada kopi yang terjual dengan harga US$ 5,3 per kilonya di tingkat petani. “Di New York saja, harga kopi premium US$ 3.8,” kisahnya.

Sedangkan untuk kuantitas, pun tidak begitu memprihatinkan. Bali menghasilkan kopi arabika sekitar 4.000 ton per tahunnya dengan 800 kilogram tiap satu hektare. Sedangkan robusta 7.000-8.000 ton.