Indira Astarisa Mantan Model Yang Jual Rumah Plus Dapat Bonus Istri


085158_indira

Indira Astarisa (37) kebanjiran telepon. Banyak pria yang menanyakan soal rumah yang dijual di Permata Jingga Blok Pinus, Malang, Jatim dan juga soal sosok Indira. Termasuk pria dari luar negeri. “Ada yang dari Singapura,” terang Lia pemilik Safira Salon teman Indira saat berbincang, Jumat (29/5/2015).

Lia adalah teman Indira yang memasang iklan. Nomor telepon dia yang terpasang di iklan di koran. Rumah 3 kamar yang ditinggali Indira bersama anaknya itu hendak dijual Rp 1,7 miliar. Indira juga mencari calon suami, sudah lebih dari 10 tahun menjadi single parents. Menurut Lia, dia memasang iklan hanya untuk membantu. Indira tengah membutuhkan uang untuk biaya kuliah anaknya serta mengembangkan usaha. Selama ini Indira berbisnis baju dan kue.

“Semua konfirmasi lewat saya ya. Indira lagi pulang kampung ke Jombang. Kami hanya ingin yang serius,” tutur Lia. Indira Astarisa (37), perempuan cantik eks model ini menawarkan rumahnya di kawasan Perumahan Elite Permata Jingga Blok Pinus, Kota Malang. Rumah itu hendak dia jual Rp 1,7 miliar. Yang menarik perhatian, Indira juga mencari calon suami, asalkan cocok.

Di mata tetangga tidak ada yang spesial terhadap sosok Indira. Hanya saja perempuan itu diketahui tinggal hanya bersama putranya. “Iya itu rumahnya, sama anaknya disitu,” kata Wito (40) tetangga Indira berbincang Jumat (29/5/2015). Wito pun tahu Indira berstatus janda, dan dirinya kaget kala mendengar perempuan cantik itu akan menjual rumah dan mencari suami. “Masak gitu mas, lah kayak di Jawa Tengah atau mana itu ya,” ucap Wito kaget.

Wito dan keluarga tidak mengenal dekat Indira. Meski bertetangga dekat mereka hanya bertegur sapa jika saling bertemu. “Iya warga disini kan gitu mas, karena masing-masing sibuk mungkin,” ujarnya. “Mungkin lagi butuh, saya dan dia (Indira) juga sudah lama tinggal,” tuturnya. Saat mencoba lagi menyambangi rumah Indira, muncul seorang pemuda yang mengaku putra Indira. “Benar rumah ini dijual, tapi saya tidak mau diwawancarai. Maaf ya mas,” ucapnya seraya buru-buru masuk kedalam rumah. Indira sudah bercerai sekitar 15 tahun. Selama ini dia single parents, Indira sehari-hari menjual baju dan roti.‎

Indira (37) menjual rumah di Kompleks Permata Jingga di Blok Pinus No 30, Malang Jatim. Rumah itu dijualnya seharga Rp 1,7 miliar. Selain menjual rumah, dia juga mencari suami.“Kalau ada yang cocok ya mas. Utamanya saya mau menjual rumah saya, buat membantu mengembangkan usaha dagang saya dan kuliah anak,” jelas Indira saat berbincang, Kamis (28/5/2015). Indira memiliki usaha menjual baju dan roti.

Indira mengaku sudah 15 tahun dia seorang diri, sejak berpisah dari suaminya. Selama ini dia hidup sebagai single parents mengasuh seorang anak, yang kini usianya 19 tahun dan sudah berkuliah. Anaknya juga berjualan roti. “Rumahnya itu harganya nego, rumahnya terawat,” jelas Indira yang tinggal bersama anaknya di rumah itu. Menurut dia, selain menjual rumah dia juga berniat mencari suami, tentu bila ada yang cocok. “Yang duda kalau bisa. Yang setia dan tanggung jawab. Ingin menghabiskan hidup bersama,” tutur dia.

“Yang penting saya nggak mau dipoligami atau jadi istri kedua,” tutup dia. Anda berminat beli rumah atau jadi suami Indira? Indira Astarisa (37), perempuan cantik eks model ini menawarkan rumahnya di kawasan Perumahan Elite Permata Jingga Blok Pinus Nomor 30, Kota Malang. Rumah itu hendak dia jual Rp 1,7 miliar. Tapi memang, yang menarik perhatian, Indira juga mencari calon suami.

Menyambangi rumah milik janda yang memiliki seorang anak laki-laki yang sudah berkuliah. Satpam kompleks bernama Suyono memastikan kalau rumah itu milik Indira. Sayangnya pemilik rumah tak berhasil ditemui. Rumah Indira tampak sepi, dia sebelumnya menyebut memang tengah berada di Jombang menengok orangtuanya. Ada sepeda motor dan sepatu terlihat, tapi diketuk-ketuk tak ada yang keluar. Di pagar rumah itu tampak terpasang gembok. Indira tinggal bersama anaknya di rumah itu.

Anehnya, meski mengiklankan diri di surat kabar, namun di rumah bercat coklat cream tidak terpasang informasi jika rumah tersebut dijual. “Ini memang rumah Bu Indira, tapi kami nggak pernah tahu persis wajahnya. Karena warga di sini lalu lalang pakai mobil,” ucap Suyono. Dia pun menyarankan besok kembali ke lokasi, agar bisa bertemu dengan Indira. Kompleks rumah Indira memang dikenal elite di Malang. Tak sedikit pejabat dan tokoh masyarakat yang memiliki rumah di kompleks itu. “Mungkin istirahat atau sedang keluar,” tuturnya.‎ Rumah itu memiliki kamar 3. Indira dibantu temannya Ria yang memiliki salon Safira mengiklankan rumah itu.

Indira sudah bercerai sekitar 15 tahun. Selama ini dia single parents, Indira sehari-hari menjual baju dan roti. Indira Astarisa (37) mengaku tak meniru Wina di Yogyakarta yang menjual rumah dan mencari suami. Dia bahkan tak tahu menahu soal apa yang dilakukan Wina itu. “Nggak saya nggak tahu Wina, ini ide dari Mbak Ria, saya ikut saja,” jelas Indira saat berbincang, Kamis (28/5/2015). Indira saat kuliah kerap menjadi model untuk foto atau produk. Kini juga dia kerap dipakai menjadi model baju muslimah.

Indira lewat temannya memasang iklan di koran Surya terbitan Jawa Timur hari ini. Indira menjual rumahnya di Kompleks Permata Jingga di Blok Pinus No 30. Tanah di rumah itu seluas 135 meter, sedang rumah sendiri ada tiga kamar. Dia menjualnya dengan memasang harga Rp 1,7 miliar. “Itu masih bisa nego. Saya menjual rumah uangnya untuk mengembangkan usaha baju dan roti saya. Juga untuk kuliah anak,” urai Indira yang sudah 15 tahun sendiri setelah cerai dari suaminya. Indira tinggal bersama anaknya laki-laki yang sudah berusia 19 tahun dan kini sudah kuliah.

Indira mengaku yang utama buat dia menjual rumah, namun kalau menemukan suami yang cocok dia siap menjadi dipersunting. “Saya mencari duda, usia kalau boleh di atas saya. Yang bertanggung jawab dan setia untuk menghabiskan hidup,” tutur dia. Lalu soal mencari suami ini, apakah anaknya sudah setuju? “Ya dia mendukung saja,” tutup dia.

Nikmatnya Tinggal Dipulau Yang Hanya Dihuni Oleh 4 Keluarga


Kota Batam, Kepulauan Riau, punya beberapa pulau terluar. Salah satunya, Pulau Pelampong. Pulau itu masuk di wilayah Kecamatan Belakang Padang. Pulau itu berbatasan langsung dengan Singapura. Meski namanya pulau dan berbatasan dengan negara asing, tidak berarti wilayah tersebut sesak penduduk. Pulau Pelampong hanya dihuni empat kepala keluarga.

Untuk mencapai pulau itu, dibutuhkan beberapa jam dari pelabuhan penyeberangan di Sekupang, Batam. Namun, tidak ada angkutan laut reguler menuju dua pulau tersebut. Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam Yusfa Hendri menyatakan, Pulau Pelampong cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata. Alasannya, pulau tersebut memiliki terumbu karang yang indah. ”Turis pasti suka ke sana,” ujarnya.

Di pulau itu juga ada mercusuar setinggi 30 meter. Namun, tidak ada TNI yang ditempatkan di pulau tersebut sehingga rawan terjadi pencurian ikan oleh nelayan asing. Jika ingin datang ke Pulau Pelampong, pengunjung bisa mencarter boat atau pancung bermesin di Sekupang atau Belakang Padang. Harganya bergantung hasil negosiasi dan kondisi cuaca. Jika musim utara atau angin kencang hingga ombak besar, biaya sewa lebih mahal.

Di Pulau Pelampong, ada beberapa nelayan yang memiliki pompong yang memang didesain untuk mencari ikan. Tangkapannya kadang dijual ke Belakang Padang atau Kota Batam, tetapi lebih banyak dijual ke Singapura. Hanya sesekali mereka pergi ke Kota Batam atau Belakang Padang untuk membeli logistik.

Pulau Pelampong berada di koordinat 01 07’44” LU-103 41’58” BT. Pulau tersebut berada di titik dasar nomor TD 191 dan titik referensi nomor TR 191 sebagai acuan batas yang telah diakui hukum internasional. Pulau Pelampong cukup landai. Tumbuhan yang dominan adalah kelapa, khususnya di bibir pantai di antara bebatuan cadas. Ada juga beberapa tumbuhan seperti cemara dan ketapang.

Karena berbatasan dengan Singapura, persoalan utama pulau itu adalah abrasi. Apalagi, tidak ada satu pun pohon bakau di sekeliling pulau tersebut. Hingga saat ini belum ada pemasangan beton pemecah ombak. Karena itu, wilayah tersebut semakin lama terancam mengecil tergerus abrasi, meski belum terlalu parah.

Sayangnya, saat ini terumbu karang di pulau tersebut juga mulai rusak. Jika dipersentasekan, kondisi yang hancur sekitar 35 persen. Penyebabnya sama, yaitu empasan ombak kapal-kapal yang berlalu-lalang dan kiriman limbah minyak yang dibuang kapal.

Tabrakan Kereta Bangunkarta Di Stasiun Waruduwur Cirebon Sebabkan Gangguan Seluruh Jadwal Kereta Ke Jawa


Tabrakan Kereta Bangunkarta dan kereta barang di dekat Stasiun Waruduwur, Cirebon berakibat fatal. Seluruh perjalanan kereta ke Jawa dan sebaliknya terganggu. “Kami mohon maaf, ini kami sedang kerahkan lokomotif untuk menarik kereta yang kecelakaan,” jelas Humas KAI Pusat Agus Komarudin, Sabtu (23/5/2015) Kecelakaan ini terjadi pukul 18.40 WIB. Ada dua orang menjadi korban dan dibawa ke RS Ciremai. Ada bagian lokomotif yang melintang di jalan “Kami upayakan secepatnya agar bisa normal perjalanan kereta,” tutup Agus.

Seorang penumpang Kereta eksekutif Bangunkarta merasa kereta yang ditumpangi berhenti di Stasiun Cirebon terlalu lama. Begitu melanjutkan perjalanan, kereta tersebut kemudian menabrak kereta barang. “Kita waktu di Cirebon itu berhentinya lama, di sana bilang ada pergantian apa, saya nggak paham. Biasanya 5 menit habis rokok itu jalan,” kata penumpang bernama Febry tersebut . Febry menambahkan, ketika kereta ke arah Surabaya dari Jakarta itu melewati Stasiun Waruduwur, tiba-tiba saja bunyi keras memekakan telinga penumpang. Lalu, Febry yang menumpang di gerbong satu itu bersama penumpang lainnya mencium bau solar setelah suara keras terdengar sebanyak 3 kali.

“Ketika mau sampai di Stasiun Waruduwur itu tahu-tahu ada suara keras. Saya pikir kereta mengerem tapi ini 3 kali suara keras, lalu lampu gerbong mati,” ujar Febry. “Di depan gerbong satu itu lokomotif dan gerbong genset, itu sudah terjungkal dari rel. Bau solar menyengat, kita panik dan penumpang lain mulai pecahin kaca untuk evakuasi,” tambahnya. Para penumpang, khususnya di gerbong satu, dua dan tiga yang miring, langsung keluar dari pintu dan kaca yang berhasil dipecahkan. Walau begitu, Febry mengaku tak melihat sosok masinis kereta yang ia tumpangi.

“Dari tadi itu masinisnya saya tidak lihat. Tidak ada yang mengaku melihat, saya sudah cari tapi tidak ada. Yang saya tahu ada korban dibawa,” ucap Febry. Kini Febry dan penumpang lainnya menunggu kepastian dari PT KAI terkait kelanjutan perjalanan mereka. Pihak kepolisian dan petugas PT KAI dari Stasiun Cirebon telah berada di lokasi kejadian. “Kita cuma didata saja tiketnya,” imbuh Febry.

Tabrakan Kereta Bangunkarta dan kereta barang di dekat Stasiun Waruduwur, Cirebon berakibat fatal. Seluruh perjalanan kereta ke Jawa dan sebaliknya terganggu. “Kami mohon maaf, ini kami sedang kerahkan lokomotif untuk menarik kereta yang kecelakaan,” jelas Humas KAI Pusat Agus Komarudin, Sabtu (23/5/2015) Kecelakaan ini terjadi pukul 18.40 WIB. Ada dua orang menjadi korban dan dibawa ke RS Ciremai. Ada bagian lokomotif yang melintang di jalan “Kami upayakan secepatnya agar bisa normal perjalanan kereta,” tutup Agus.

Kereta eksekutif Bangunkarta menabrak kereta barang di Cirebon. Belum diketahui mengapa insiden ini terjadi. pihak Kereta Api Indonesia (KAI) meminta maaf. “Kami meminta maaf kepada para penumpang,” jelas Humas KAI Pusat Agus Komarudin, Sabtu (23/5/2015). Kecelakaan terjadi pukul 18.40 WIB. Agus yang sudah berada di Cirebon juga menyampaikan yang utama melakukan evakuasi penumpang. “Prioritas kami melakukan evakuasi penumpang. Ini kan mereka ingin ke Surabaya dalam perjalanan,” tegas Agus.

Mobil Mewah Hummer B 26 RSA Bergaya Bagaikan Raja Lawan Arus Lalu Lintas Sebabkan Kemacetan Yang Rugikan Pemakai Jalan Lain


Pemilik mobil jenis jip Hummer B 26 RSA akhirnya buka suara, Raja Sapta Aji mengakui mobil Hummer yang melawan arah dan ramai diperbincangkan di media sosial adalah miliknya. Meski begitu, ia membantah ketika itu ia yang mengendarai mobil berbadan bongsor tersebut. “Pengen klarifikasi aja.. Soal mobil Hammer B 26 RSA itu memang mobil saya, tetapi pada saat itu bukan saya yang mengendarai mobil tersebut melainkan supir lagi antar tamu,” kata Raja dalam laman Facebook pribadinya, Sabtu (23/5/2015).

Meski mengakui kendaraan itu adalah miliknya, ia membantah mobil tersebut dikendarai olehnya sehingga melawan arah. Ia beralasan, ketika itu sopirnya yang sedang mengendarai. “Pada saat itu bukan saya yang mengendarai mobil tersebut melainkan supir lagi antar tamu. Itu supir juga sudah saya tegur habis-habisan tapi gak dipecat, kasian kan masalah gitu aja sampe dipecat,” tulisnya.

Dalam laman Facebook-nya itu, Raja juga memohon maaf atas kejadian yang membuat ramai di media sosial tersebut. Ia mengaku heran kenapa hal itu bisa terjadi. “Posisi saya jadi disalahkan cuma karena pemilik mobil harus bertanggung jawab atas kelalaian pekerjannya. Saya Raja Sapta Aji mohon maaf atas ketidaknyamanan yang diperbuat oleh supir saya,” ketiknya.

Lebih jauh, Raja memaparkan bahwa dirinya saat kejadian sedang tidak berada di Jakarta. Ia pun menyesalkan adanya keramaian di medsos lantaran mobilnya yang melawan arah disebarluaskan tanpa berbicara langsung dengan sopir mobil saat kejadian. “Lain kali diajak ngobrol juga.. jangan cuma diphoto baru ngomong yang aneh-aneh,” kata Raja. Lain kali jangan melanggar lalu lintas … itu wajib.

Belum dapat dipastikan apakah laman Facebook tersebut adalah benar milik Raja Sapta Aji selaku pemilik jip Hummer. Pernah mendatangi kediaman Raja di Kuningan untuk klarifikasi pemberitaan, tetapi yang bersangkutan sedang tidak berada di lokasi.

Sebelumnya, sebuah jip Hummer ramai dibicarakan di media sosial. Mobil mewah bercat hitam itu disebut-sebut dikendarai melawan arus lalu lintas dan tidak kembali ke jalurnya meski menyebabkan macet.
lhasil, ulah pengemudi mobil itu membuat pengguna jalan lainnya kesal. Seorang pengguna jalan pun mengambil foto mobil tersebut dan mengunggahnya ke media sosial.

Dari foto tersebut, Hummer itu diketahui bernomor polisi B 26 RSA. Seorang sumber di Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengatakan, nomor polisi mobil tersebut terdaftar di kepolisian. “Setelah dicek di website, ada kok (terdaftar),” ucapnya. Pemilik mobil itu adalah seseorang berinisial RSA. Menurut penelusuran sumber tersebut, RSA merupakan warga Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Belum dapat memastikan apakah penumpang yang berada di mobil saat kejadian itu adalah pemilik mobil tersebut atau bukan. Melawan arus lalu lintas diketahui merupakan perbuatan yang melanggar aturan lalu lintas. Menurut Pasal 287 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009, perbuatan melawan arus dapat dikenakan denda maksimal Rp 1 juta untuk kendaraan roda empat dan Rp 500.000 untuk kendaraan roda dua.

ebuah jip Hummer ramai dibicarakan di media sosial. Mobil mewah bercat hitam itu disebut-sebut dikendarai melawan arus lalu lintas dan tidak kembali ke jalurnya meski sebabkan macet. Alhasil, ulah pengemudi mobil itu membuat pengguna jalan lainnya kesal. Seorang pengguna jalan pun mengambil foto mobil tersebut, dan mengunggahnya ke media sosial.

Dari foto tersebut, Hummer itu diketahui bernomor polisi B 26 RSA. Seorang sumber di Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengatakan, nomor polisi mobil tersebut terdaftar di kepolisian. “Setelah dicek di website, ada kok (terdaftar),” ucapnya. Pemilik mobil itu adalah seseorang berinisial RSA. Menurut penelusuran sumber tersebut, RSA merupakan warga Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Belum dapat memastikan apakah penumpang yang berada di mobil saat kejadian itu adalah pemilik mobil tersebut atau bukan. Melawan arus lalu lintas diketahui merupakan perbuatan yang melanggar aturan lalu lintas. Menurut Pasal 287 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009, perbuatan melawan arus dapat dikenakan denda maksimal Rp 1 juta untuk kendaraan roda empat dan Rp 500.000 untuk kendaraan roda dua.

Salah satu penjaga rumah nomor 17 di kawasan Karangasem, Kuningan, Jakarta Selatan, mengaku tak tahu bahwa majikannya yang memiliki mobil Hummer warna hitam sedang ramai dibicarakan di media sosial sejak Kamis (21/5/2015). Mobil mewah itu diduga melawan arus saat menghindari kemacetan lalu lintas di salah satu jalan di Ibu Kota. Namun, penjaga rumah itu membenarkan bahwa mobil dengan nomor polisi B 26 RSA itu merupakan milik majikannya bernama RSA.

“Betul, mobil itu memang milik Pak R,” kata dia saat sore.Dia juga mengungkapkan, RSA beserta keluarga memang tinggal di perumahan elite yang terletak di kawasan Kuningan tersebut. Namun, majikannya tidak dapat ditemui karena sedang tidak berada di Jakarta. [Baca: Kabar Jip Hummer Lawan Arus Ini Sedang Ramai di Medsos]

“Pak R sedang ke luar negeri, baru bisa ditemui hari Rabu. Keluarganya juga enggak ada. Sekarang rumah lagi kosong, cuma ada saya dan satu teman saya,” katanya. Dari pantauan, keluarga RSA juga memiliki satu mobil mewah lain jenis Alphard dan sedikitnya empat sepeda motor. Rumah dua lantai yang ditinggali pemilik jip Hummer itu juga memiliki sebuah taman kecil dengan satu set ayunan bermotif klasik. Lingkungan sekitar rumah tersebut tergolong sepi. Tidak tampak ada aktivitas masyarakat di jalanan kompleks. Hanya sesekali mobil-mobil mewah berbadan besar melintas di depan rumah tersebut.

6 Cara Langkah Mudah Membedakan Beras Asli Dengan Beras Plastik


Heboh beras plastik membuat masyarakat harus waspada sebelum membeli. Namun Anda tidak perlu khawatir karena ada beberapa ciri yang dapat dikenali agar tak salah memilih beras palsu ini.

1. Tak Ada Mata
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menyebutkan ciri utama beras asli adalah adanya mata beras. “Kalau beras asli pasti ada matanya, sedangkan yang palsu putih mulus,” kata Ngadiran saat dihubungi, Kamis, 21 Mei 2015. Mata beras yang dimaksud Ngadiran adalah bercak putih pada bagian tengah bulir beras. Pada beras asli, bercak ini dapat terlihat dengan jelas. Beras asli juga memiliki warna yang lebih keruh.

2. Bentuknya Mulus
Selain itu, menurut Ngadiran, kemulusan beras asli tidak sempurna. Pasti ada bulir-bulir beras yang sedikit patah. Hal ini berbeda dengan beras palsu dari plastik bikinan pabrik yang bentuknya seragam.

3. Lengket
Bila dengan pandangan sekilas masih meragukan, Anda bisa mengecek keaslian beras dengan cara memanaskannya sedikit. “Bila diberi api, beras sintetis akan langsung lengket dan menyambung karena terbuat dari plastik,” ujar Ngadiran.

4. Mengambang
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kota Bandung, Elly Wasliah, mengatakanpengujian beras bisa dilakukan dengan sederhana. “Kalau beras saat di masukan ke dalam air mengambang, kemungkinan itu plastik. Kalau yang asli tidak seperti itu, ” kata Elly, Kamis, 21 Mei 2015.

5. Tak Berbau
Dari pengujian tim Tempo, beras plastik setelah dimasak tidak berbau sama sekali. Ini berbeda dengan beras asli yang khas berbau beras atau nasi setelah direbus.

6. Kandungan
Hasil pengujian Sucofindo terhadap dua sampel beras di Bekasi menunjukkan adanya plasticizer (pelentur) di dalam beras. Plasticizer adalah senyawa organik yang banyak digunakan dalam pembuatan polyvinyl chloride (PVC). Senyawa tersebut mengandung protein sebesar 7,38 gram, lebih tinggi dari protein beras alami (6 gram). Pelentur dalam beras plastik antara lain Benzyl butyl phthalate (BBP) yang biasa kulit sintetik. Ada juga Bis (2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang sering ditambahkan ke dalam cairan alat-alat hidrolik, kapasitor, dan pelarut glowstick. Jika termakan dalam jumlah besar, menimbulkan gejala seperti diare. Beras plastik juga mengandung Diisononyl phthalate (DINP) yang kerap digunakan sebagai bahan pembuat kabel listrik, komponen otomotif, pelapis anti-bocor, dan pelapis lantai. Menyebabkan kanker.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, dan Energi Kota Kediri, Jawa Timur, terus memburu keberadaan beras plastik di pasar tradisional. Dengan membawa ember air, petugas mencuci beras yang dijajakan pedagang untuk mengetahui kandungan plastik di dalamnya.

Didampingi aparat Satuan Reserse Kriminal Polresta Kediri dan tim pengendali inflasi daerah (TPID) dari Bank Indonesia, petugas memeriksa sejumlah pedagang beras skala besar di pasar tradisional. Pelacakan ini merupakan lanjutan dari pemeriksaan di gudang Bulog dan produsen beras di Kediri sebelumnya.

Petugas membawa dua buah ember dan air sebagai alat bantu mendeteksi keberadaan beras plastik. Beras yang diambil secara acak di kios pedagang dimasukkan ke dalam ember berisi air. Selanjutnya beras itu diamati apakah tenggelam atau mengapung. “Beras plastik pasti akan mengapung,” kata Kepala Disperindag Yeti Sisworini di Pasar Setono Betek Kediri, Jumat, 22 Mei 2015.

Menurut Yeti, penggunaan ember air ini cukup efektif untuk mengetahui keberadaan beras plastik. Sebab mengacu pada kasus temuan di Bekasi, Jawa Barat, beras plastik itu dicampur dengan beras asli agar tidak dikenali. Dengan mencelupkan ke dalam air, beras plastik akan dengan sendirinya mengapung ke permukaan air karena memiliki massa lebih ringan. Sedangkan beras asli akan tenggelam ke dasar ember. Dari pemeriksaan di sejumlah kios beras di Pasar Setonobetek, petugas masih belum menemukan beras plastik yang menghebohkan ini. Demikian pula pemeriksaan di Pasar Pahing, pasar tradisional besar.

Kartini, pedagang beras di Pasar Setono Betek mengklaim tidak menjual beras plastik. Karena itu dia tak keberatan petugas memeriksa seluruh jenis beras dagangannya untuk dicek dalam ember air. “Memang saya jual beras bersih kok.”

Kasmuning, pedagang beras di pasar yang sama, juga mengaku selalu mengambil beras dari bos besar dan penggilingan gabah di Kediri. Dia mengakui beberapa waktu terakhir banyak konsumennya yang mengkhawatirkan beredarnya beras plastik di pasaran. Hingga kini belum pernah ditemukan beras plastik di Kediri. “Saya sendiri belum pernah tahu bentuknya,” kata Kasmuning. Untuk mengantisipasi masuknya komoditas palsu ini, Dinas meminta para pedagang berhati-hati dan selalu memeriksa beras yang dikirim pemasok dengan air.

Polisi Berhasil Tangkap Reza Muhammad Zam Pembunuh dan Pemerkosa Maya Alumnus UGM


Barang bukti dan keterangan saksi di tempat pembunuhan Eka Mayasari, alumnus Universitas Gadjah Mada yang didapat polisi minim. Namun akhirnya siapa pembunuh Maya terungkap. Bagaimana cara polisi menemukan si pembunuh? Polisi menelisik siapa saja yang berada di dekat lokasi di Karang Jambe, Banguntapan, Bantul, pada pukul 00.00-01.00, Sabtu 2 Mei 2015. Meskipun sudah banyak saksi yang ditanya polisi, hasilnya nihil. Hingga akhirnya, sopir taksi menjadi petunjuk kunci menemukan Reza Muhammad Zam, 20 tahun. Setelah membunuh sekitar pukul 01.00 waktu itu, tersangka naik taksi menuju Gamping, Sleman.

Baca : Eka Mayasari Lulusan UGM Ditemukan Tewas Dibunuh Di Jalan Janti 65 Karang Jambe Bantul

“Barang bukti dan saksi di lokasi sangat minim. Tapi ada sopir taksi yang bisa menunjukkan ada penumpang dari lokasi menuju Gamping,” kata Ajun Komisaris Besar Djuhandani Rahardjo Puro, Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis 21 Mei 2015.

Dari Gamping, tersangka kelahiran Aceh itu menuju ke Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah. Ia melarikan diri ke kos ibunya yang berada di Kutoarjo itu. Bahkan, kata dia, polisi juga mencari keterangan dari penumpang bus yang menuju ke Kutoarjo pada saat tersangka melarikan diri. Dari situlah polisi dengan data-data temuan awal mencari pelaku.

Pembunuh dan pemerkosa itu merupakan pengamen yang sering mangkal di sekitar jembatan layang Janti, lokasi dekat kos korban. Dari pengakuan tersangka, dia sudah mengenal korban. Sudah tiga kali datang ke warung angkringan milik Maya, panggilan Eka Mayasari. “Pengakuannya, pelaku sudah tiga kali datang ke warung korban,” kata dia.

Pelaku menggasak uang milik Maya sebesar Rp 757 ribu. Juga membawa telepon selular beberapa barang lainnya. Uang itu digunakan untuk membayar sewa kos ibunya di Kutoarjo. Telepon selular milik korban sudah dijual. “Kami akan menelisik kepada siapa barang korban dijual,” kata Djuhandani.

Polisi menjerat pelaku dengan pasal berlapis, yaitu pasal 365 tentang pencurian dengan kekerasan KUHP juncto pasal 338 tentang pembunuhan dan pasal 285 tentang pemerkosaan. Ancaman hukumannya di atas 10 tahun penjara. “Pelaku kami jerat dengan pasal berlapis,” kata Ajun Komisaris Besar Anny Pudjiastuti, Kepala Bidang Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.

Polisi menangkap pembunuh Eka Mayasari, alumnus Universitas Gadjah Mada. RMZ, yang berusia 20 tahun dan sehari-hari sebagai pengamen itu ditangkap di Kutoarjo, Jawa Tengah pada Rabu petang, 20 Mei 2015 Pembunuhan di warung angkringan milik Maya, 27 tahun di Karang Jambe, Bantul itu terjadi pada Sabtu 2 Mei 2015. Pukul 24.00 WIB, warung itu masih buka. RMZ bercerita, malam itu dia datang ke warung Maya. Itu kunjungannya yang ketiga kali. Dia meminjam uang kepada korban, namun ditolak. Maya sempat sempat membuatkan kopi untuknya dan membungkus minuman kopi untuk dibawa pelaku.

Tak lama kemudian, dia memukul Maya hingga lemas. Tubuh Maya lalu dibawa masuk ke kamar tidur dan diperkosa. “Dia sempat meronta, namun tak berdaya,” katanya. Pelaku yang cuma lulusan SD itu menggasak uang milik Maya sebesar Rp 757 ribu. Juga membawa telepon selular dan beberapa barang lainnya. Uang itu digunakan untuk membayar sewa kos ibunya di Kutoarjo. Telepon selular milik korban sudah dijual. Saya tidak punya uang, untuk makan sehari-hari,” kata RMZ kepada wartawan.

Polisi menjerat pelaku dengan pasal berlapis. Yaitu pasal 365 (pencurian dengan kekerasan) KUHP jo 338 (pembunuhan) KUHP dan 285 (pemerkosaan) KUHP. Ancaman hukumannya di atas 10 tahun penjara. “Pelaku kami jerat dengan pasal berlapis,” kata Ajun Komisaris Besar Anny Pudjiastuti, Kepala Bidang Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta.

Supir Taski Blue Bird B 1199 QU Junaedi Apriansyah Dibunuh Di Desa Babakan Bogor


Perusahaan taksi PT Blue Bird Group Tbk menyerahkan sepenuhnya penelusuran pembunuhan salah satu sopir mereka, Junaedi Apriansyah, 54 tahun, ke polisi. Junaedi ditemukan tewas dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat serta mulut disumpal menggunakan handuk. “Untuk masalah pengusutan atau kronologi kami serahkan ke kepolisian,” kata Humas Blue Bird Teguh Wijayanto saat dihubungi, Jumat, 22 Mei 2015.

Menurut Teguh, PT Blue Bird akan segera meningkatan pengamanan taksi dan pengendara. Selama ini, menurut Teguh, Blue Bird sudah melengkapi setiap armada dengan perangkat emergency. Sopir sudah mengetahui apa yang harus dilakukan apabila ada ancaman kejahatan mengintai mereka. Tombol emergency tersebut ada di posisi strategis dan dirahasiakan tempatnya.

Lewat perangkat yang ada, perusahaan dapat mendengar suara di kendaraan dalam kondisi darurat. “Hal itu bisa membantu untuk mengecek posisi dan kondisi yang dialami sopir,” kata Teguh. Namun peristiwa kriminal, kata Teguh, tak selamanya terjadi di dalam kendaraan. Ada kemungkinan juga sopir tak sempat memencet tombol emergency, sehingga terlambat mendapatkan bantuan. “Tapi data rute-rute yang dilalui, tujuan kendaraan ke mana saja dan berapa lamanya sudah disampaikan pada kepolisian,” kata Teguh.

Sulit bagi sopir armada untuk menolak calon pelanggan. Menurut Teguh, tidak mungkin sopir menolak orang yang ingin menggunakan jasa begitu saja. “Kami tak bisa begitu saja menilai dari penampilan luar. Kadang yang rapi bisa berbuat jahat,” kata Teguh. Jenazah Junaedi ditemukan tergeletak di semak-semak oleh warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Kamis, 21 Mei 2015, sekitar pukul 06.00 WIB. Korban pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo, saat akan berangkat ke sawah.

Saksi hanya menemukan beberapa barang korban berupa sepatu dan handuk kecil berwarna putih. Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tangerang, menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. Pada saat dilakukan pengecekan ternyata kendaraan tersebut dikemudikan oleh Junaedi Apriansyah, yang mayatnya ditemukan terikat dan mulut disumpal handuk di semak-semak.

Junaedi Apriansyah, 54 tahun, sopir taksi Blue Bird, ditemukan dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat, serta mulut disumpal menggunakan handuk. Junaedi pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo saat akan berangkat ke sawah. “Awalnya di lokasi kejadian tidak ditemukan identitas, namun kami hanya menemukan beberapa barang korban yakni sepatu dan handuk kecil berwarna putih,” kata Kepala Polisi Sektor Parungpanjang, Komisaris Nur Ichsan, saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis malam 21 Mei 2015.

Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tanggerang menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. “Kami masih melakukan penyidikan, dan kami belum bisa memastikan apakah temuan mayat ini merupakan korban perampokan atau memang korban pembunuhan karena dendam,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polisi Resor Bogor, Ajun Komisaris Achmad Faisal Pasaribu.

Penemuan jasad ini membuat warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor geger. Polisi sudah melakukan olah TKP dan proses identifikasi. Jasad Junaedi dibawa ke RSUD Tangerang untuk otopsi. Junaedi Apriansyah, 54 tahun, sopir taksi Blue Bird, ditemukan dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat, serta mulut disumpal menggunakan handuk. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polisi Resor Bogor, Ajun Komisaris Achmad Faisal Pasaribu mengatakan pihaknya sudah melakukan olah TKP dan proses identifikasi. “Jasad dibawa ke RSUD Tangerang untuk otopsi,” kata Achmad, Kamis malam 21 Mei 2015.

Warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor digegerkan dengan temuan mayat pria yang menjadi korban pembunuhan. “Korban ditemukan tergeletak di semak-semak oleh warga, Kamis 21 Mei 2015, sekitar pukul 06.00 WIB,” kata Kepala Polisi Sektor Parungpanjang, Komisaris Nur Ichsan, saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis 21 Mei 2015. Korban pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo saat akan berangkat ke sawah. “Awalnya di lokasi kejadian tidak ditemukan identitas, namun kami hanya menemukan beberapa barang korban yakni sepatu dan handuk kecil berwarna putih.”

Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tanggerang menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. “Pada saat dilakukan pengecekan ternyata kendaraan tersebut dikemudikan oleh Junaedi Apriansyah, yang mayatnya ditemukan terikat dan mulut disumpal handuk di semak-semak,” kata dia.
Warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor digegerkan dengan temuan mayat pria yang menjadi korban pembunuhan. Korban diketahui bernama Junaedi Apriansyah, 54 tahun, sopir taksi Blue Bird, ditemukan dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat, serta mulut disumpal menggunakan handuk.

“Korban ditemukan tergeletak di semak-semak oleh warga, Kamis 21 Mei 2015, sekitar pukul 06.00 WIB,” kata Kepala Polisi Sektor Parungpanjang, Komisaris Nur Ichsan, saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis 21 Mei 2015 malam. Kapolsek mengatakan, korban pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo saat akan berangkat ke sawah. “Awalnya di lokasi kejadian tidak ditemukan identitas, namun kami hanya menemukan beberapa barang korban yakni sepatu dan handuk kecil berwarna putih,” kata dia.

Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tanggerang menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. “Pada saat dilakukan pengecekan ternyata kendaraan tersebut dikemudikan oleh Junaedi Apriansyah, yang mayatnya ditemukan terikat dan mulut disumpal handuk di semak-semak,” kata dia.
Jenazah Junaedi Apriansyah, 54 tahun, sopir taksi Blue Bird yang ditemukan tewas dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat serta mulut disumpal menggunakan handuk, akan dimakamkan pagi ini.

Juru bicara PT Blue Bird Group Tbk Teguh Wijayanto mengatakan usai pemakaman perusahaan akan ikut mengurus keberlanjutan hidup anggota keluarga almarhum Junaedi. “Kami sudah bantu mengurus pemakaman. Selanjutnya sedang dipersiapkan untuk memberikan tunjangan bagi anak dan istri almarhum,” kata Teguh saat dihubungio, Jumat, 22 Mei 2015. Menurut Teguh, Junaedi meninggalkan seorang istri dan empat orang anak. Ketiga anak Junaedi masih duduk di bangku sekolah. “Kami akan coba bantu beri beasiswa khusus untuk pendidikan anak-anaknya. Juga bantuan jika istrinya akan membuka usaha,” tutur Teguh.

Anak pertama Junaedi, ujar Teguh, kini masih duduk di sekolah menengah atas. Sedangkan adik-adiknya masih ada yang duduk di sekolah menengah pertama, sekolah dasar, dan satu lagi belum sekolah. Jenazah Junaedi ditemukan tergeletak di semak-semak oleh warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Kamis, 21 Mei 2015 sekitar pukul 06.00 WIB. Korban pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo, saat akan berangkat ke sawah.

Saksi hanya menemukan beberapa barang korban berupa sepatu dan handuk kecil berwarna putih. Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tangerang, menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. “Pada saat dilakukan pengecekan ternyata kendaraan tersebut dikemudikan oleh Junaedi Apriansyah, yang mayatnya ditemukan terikat dan mulut disumpal handuk di semak-semak,” kata saksi.

Hasil Test Sucofindo Membuktikan Beras Plastik Terbuat Dari Polyvinyl Paralon


Walikota Bekasi Rahmat Effendi memastikan sampel beras yang diambil dari Pasar Mutiara Gading Timur terbukti mengandung plastik. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi di laboratorium Sucofindo, di Cibitung, Jawa Barat.

“Plastik polivinil yang digunakan untuk membuat beras itu bahan yang sama untuk membuat pipa paralon. Jadi kalau kita makan beras tersebut, sama saja kita menelan pipa paralon,” kata Rahmat di Bekasi, dikutip dari Kantor Berita Antara, Kamis (21/5).

Menurut Rahmat, laboratorium Sucofindo telah melakukan uji kandungan beras tersebut selama dua hari yaitu mulai Selasa (19/5) sampai Rabu (20/5). Hasilnya, kata dia, beras yang dijual pedagang bernama Sembiring di Pasar Mutiara Gading itu terbukti mengandung bahan baku plastik yang berbahaya bagi kesehatan.

Rahmat menjelaskan, beras yang diuji di laboratorium ada sebanyak 250 gram dan berasal dari kios milik Sembiring yang sehari-hari berjualan beras di Pasar Mutiara Gading Timur. Sedangkan Dewi Septiani (29) adalah warga Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi yang pertama kali melaporkan keganjilan yang dirasakannya saat memasak dan mencicipi beras tersebut.

Komisi IV DPR RI meminta pemerintah membentuk tim khusus untuk mengurusi masalah beras impor bercampur plastik yang ditemukan di Bekasi, Jawa Barat. Komisi yang di antaranya mengurusi pertanian itu juga akan memanggil pihak terkait yakni Kementerian Pertanian untuk membahas masalah beras palsu tersebut. Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo menyatakan pemerintah perlu membentuk tim untuk melakukan suatu evaluasi. “Apakah beras palsu yang diimpor itu merupakan selundupan,” kata Firman kepada CNN Indonesia, Rabu malam (20/5).

Politikus Partai Golkar ini mengatakan tim terdiri dari sejumlah pihak yang terkait dengan persoalan ini. “Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, kepolisian, dan pihak pabean,” ujarnya. “Komisi IV akan memanggil Menteri Pertanian,” lanjut dia.

Menurut Firman Komisi IV selama ini sudah sering menyampaikan ke pemerintah dalam hal ini Kemendag mengenai masalah produk-produk hasil pertanian yang masuk ke Indonesia. “Saya sampaikan secara langsung maupun tidak langsung untuk mengawasi pihak yang bisa memgimpor sesuai izin dan juga yang ilegal,” tutur dia. Firman meminta Kemendag segera melakukan koordinasi dengan pabean terkait validasi produk hasil pertanian. “Beras yang mengandung plastik itu sangat berbahaya bagi kesehatan, dibuat dari limbah, menimbulkan penyakit kanker dan bisa membunuh manusia,” kata Firman yang menduga kuat beras tersebut berasal dari Tiongkok.

Dia menjelaskan semua masalah tersebut sudah diatur dalam undang-undang pangan. “Pelanggarannya pidana, pemerintah harus bertanggung jawab,” ujar Firman yang sudah dua periode di DPR menduduki Komisi IV.

Kriminolog: Indonesia Hadapi Bentuk Kejahatan Baru


Kriminolog Universitas Indonesia, Arthur Josias Simon Runturambi, mengingatkan ancaman bentuk kejahatan baru dari era globalisasi. Kasus Warga Negara Asing yang memakai dokumen palsu untuk membuka rekening bank, menurut dia, adalah alarm yang harus diwaspadai. “Indonesia mesti mewaspadai jaringan internasional yang memanfaatkan celah hukum sehingga muncul kejahatan baru,” kata dia, Kamis 14 Mei 2015.

Sebelumnya diberitakan seorang WNA berkebangsaan Kongo memiliki enam paspor palsu untuk membuka empat rekening bank swasta di DKI Jakarta. Kyandomanya Vikono Ephratient, WNA tersebut, juga memalsukan KITAS untuk membuka rekening bank. “KITAS itu yang mengeluarkan imigrasi tapi dicek di sistem tidak ada namanya,” kata Bambang Satrio, Kepala Kantor Imigrasi Kelas l Jakarta Barat.

Josias tak menampik dugaan WNA tersebut terlibat jaringan atau sindikat pencucian uang atas aktivitas ilegal tertentu. “Dugaan ke sana ada tetapi ini perlu diuji dulu,” kata dia. Ia juga menyebutkan aktivitas ini sebagai salah satu aktivitas ilegal yang mesti diwaspadai oleh Indonesia.

Ephratient memiliki dua rekening dengan nama Kenneth Jack Haycock yang berpaspor Cili, Paul Adam yang berpaspor Portugal dan Yotnapla Mahahing. Saldo di buku tabungan yang tercetak hanya sebesar saldo pembukaan awal, Rp 500 ribu. Petugas imigrasi belum dapat mengetahui perputaran uang dalam rekening tersebut karena belum dapat izin dari bank bersangkutan untuk mengecek transaksi yang ada. Petugas imigrasi juga kesulitan mendapatkan password dari Ephratient yang tak terlalu fasih berbahasa Inggris.

Saat diwawancarai, Ephratient mengatakan sumber uang berasal dari ayah dan saudara-saudaranya. “Dia mengaku paspor palsu itu milik saudara kembarnya yang sedang ia cari keberadaannya,” kata Bambang. Sementara itu, Ephratient berkata, “saya janjian dengan saudara kembar saya untuk menjemputnya pulang kembali ke rumah. Saya diminta ayah untuk menjemput dia,” kata Ephratient.

Ephratient mengaku baru satu setengah bulan berada di Indonesia. Tetapi kepada petugas imigrasi ia mengaku sudah dua tahun menetap di Indonesia dan berbisnis garmen di sini. Di Kongo, ia mengaku bekerja sebagai petani biasa.

Atas tindakan ini, kata Bambang, Ephratien melanggar pasal 119 huruf b dengan ancaman hukuman pidana penjara lima tahun. Pasal tersebut mengatur soal penggunaan dokumen perjalanan palsu. “Besar kemungkinan dideportasi,” kata dia. Bambang juga mengatakan akan berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengembangkan unsur pidana terkait dengan kepemilikan rekening tersebut.

Jakarta Fashion & Food Festival Telah Dibuka


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku heran Pemerintah DKI Jakarta belum pernah menyelenggarakan acara promosi bertaraf internasional. Perhelatan tersebut selalu digelar oleh pihak swasta di pusat-pusat perbelanjaan.

“Kenapa acara-acara besar itu justru miliknya swasta?” kata Ahok, sapaan Basuki, saat menyampaikan sambutan di Jakarta Food & Fashion Festival di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis, 14 Mei 2015.

Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) digelar sebagai pembuka rangkaian acara perayaan hari ulang tahun ke-488 Kota Jakarta yang jatuh pada 22 Juni 2015. Acara ini menghadirkan 200 ragam masakan dari 117 pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pesta kuliner bertajuk Kampoeng Tempo Doeloe ini mengusung tema Pelabuhan Sunda Kelapa yang menjadi salah satu ikon wisata Ibu Kota.

Ahok menuturkan, Pemerintah DKI sebenarnya memiliki anggaran untuk mempromosikan Jakarta ke mancanegara. DKI pun sebenarnya pernah mencoba menggelar acara serupa. Hanya saja, ia berujar pelaksanaannya tak sempurna.

Menurut Ahok, pegawai negeri sipil menyalahgunakan anggaran tersebut. Alih-alih menggelar acara berkualitas, anggaran tersebut kerap digunakan untuk membiayai kunjungan kerja ke luar negeri tanpa membuahkan hasil nyata. Ia mengatakan aksi tersebut membuat tak ada lagi mata anggaran kegiatan promosi ke luar negeri pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2015.

Akibatnya, Ahok berujar banyak warga asing yang belum mengetahui Jakarta memiliki potensi wisata di Kepulauan Seribu yang bisa menjadi andalan. “Orang asing tak tahu kalau Jakarta punya pulau untuk wisata keluarga,” ucap dia.

Ahok berharap kelak Pemerintah DKI bisa menyelenggarakan acara serupa JFFF. Selain itu, ia juga meminta anak buahnya agar bekerja sama dengan pihak-pihak swasta yang berpengalaman menghelat acara promosi besar. “Lewat kerja sama juga lebih baik,” kata Ahok.