Supir Taski Blue Bird B 1199 QU Junaedi Apriansyah Dibunuh Di Desa Babakan Bogor


Perusahaan taksi PT Blue Bird Group Tbk menyerahkan sepenuhnya penelusuran pembunuhan salah satu sopir mereka, Junaedi Apriansyah, 54 tahun, ke polisi. Junaedi ditemukan tewas dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat serta mulut disumpal menggunakan handuk. “Untuk masalah pengusutan atau kronologi kami serahkan ke kepolisian,” kata Humas Blue Bird Teguh Wijayanto saat dihubungi, Jumat, 22 Mei 2015.

Menurut Teguh, PT Blue Bird akan segera meningkatan pengamanan taksi dan pengendara. Selama ini, menurut Teguh, Blue Bird sudah melengkapi setiap armada dengan perangkat emergency. Sopir sudah mengetahui apa yang harus dilakukan apabila ada ancaman kejahatan mengintai mereka. Tombol emergency tersebut ada di posisi strategis dan dirahasiakan tempatnya.

Lewat perangkat yang ada, perusahaan dapat mendengar suara di kendaraan dalam kondisi darurat. “Hal itu bisa membantu untuk mengecek posisi dan kondisi yang dialami sopir,” kata Teguh. Namun peristiwa kriminal, kata Teguh, tak selamanya terjadi di dalam kendaraan. Ada kemungkinan juga sopir tak sempat memencet tombol emergency, sehingga terlambat mendapatkan bantuan. “Tapi data rute-rute yang dilalui, tujuan kendaraan ke mana saja dan berapa lamanya sudah disampaikan pada kepolisian,” kata Teguh.

Sulit bagi sopir armada untuk menolak calon pelanggan. Menurut Teguh, tidak mungkin sopir menolak orang yang ingin menggunakan jasa begitu saja. “Kami tak bisa begitu saja menilai dari penampilan luar. Kadang yang rapi bisa berbuat jahat,” kata Teguh. Jenazah Junaedi ditemukan tergeletak di semak-semak oleh warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Kamis, 21 Mei 2015, sekitar pukul 06.00 WIB. Korban pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo, saat akan berangkat ke sawah.

Saksi hanya menemukan beberapa barang korban berupa sepatu dan handuk kecil berwarna putih. Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tangerang, menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. Pada saat dilakukan pengecekan ternyata kendaraan tersebut dikemudikan oleh Junaedi Apriansyah, yang mayatnya ditemukan terikat dan mulut disumpal handuk di semak-semak.

Junaedi Apriansyah, 54 tahun, sopir taksi Blue Bird, ditemukan dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat, serta mulut disumpal menggunakan handuk. Junaedi pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo saat akan berangkat ke sawah. “Awalnya di lokasi kejadian tidak ditemukan identitas, namun kami hanya menemukan beberapa barang korban yakni sepatu dan handuk kecil berwarna putih,” kata Kepala Polisi Sektor Parungpanjang, Komisaris Nur Ichsan, saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis malam 21 Mei 2015.

Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tanggerang menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. “Kami masih melakukan penyidikan, dan kami belum bisa memastikan apakah temuan mayat ini merupakan korban perampokan atau memang korban pembunuhan karena dendam,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polisi Resor Bogor, Ajun Komisaris Achmad Faisal Pasaribu.

Penemuan jasad ini membuat warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor geger. Polisi sudah melakukan olah TKP dan proses identifikasi. Jasad Junaedi dibawa ke RSUD Tangerang untuk otopsi. Junaedi Apriansyah, 54 tahun, sopir taksi Blue Bird, ditemukan dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat, serta mulut disumpal menggunakan handuk. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polisi Resor Bogor, Ajun Komisaris Achmad Faisal Pasaribu mengatakan pihaknya sudah melakukan olah TKP dan proses identifikasi. “Jasad dibawa ke RSUD Tangerang untuk otopsi,” kata Achmad, Kamis malam 21 Mei 2015.

Warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor digegerkan dengan temuan mayat pria yang menjadi korban pembunuhan. “Korban ditemukan tergeletak di semak-semak oleh warga, Kamis 21 Mei 2015, sekitar pukul 06.00 WIB,” kata Kepala Polisi Sektor Parungpanjang, Komisaris Nur Ichsan, saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis 21 Mei 2015. Korban pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo saat akan berangkat ke sawah. “Awalnya di lokasi kejadian tidak ditemukan identitas, namun kami hanya menemukan beberapa barang korban yakni sepatu dan handuk kecil berwarna putih.”

Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tanggerang menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. “Pada saat dilakukan pengecekan ternyata kendaraan tersebut dikemudikan oleh Junaedi Apriansyah, yang mayatnya ditemukan terikat dan mulut disumpal handuk di semak-semak,” kata dia.
Warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor digegerkan dengan temuan mayat pria yang menjadi korban pembunuhan. Korban diketahui bernama Junaedi Apriansyah, 54 tahun, sopir taksi Blue Bird, ditemukan dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat, serta mulut disumpal menggunakan handuk.

“Korban ditemukan tergeletak di semak-semak oleh warga, Kamis 21 Mei 2015, sekitar pukul 06.00 WIB,” kata Kepala Polisi Sektor Parungpanjang, Komisaris Nur Ichsan, saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Kamis 21 Mei 2015 malam. Kapolsek mengatakan, korban pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo saat akan berangkat ke sawah. “Awalnya di lokasi kejadian tidak ditemukan identitas, namun kami hanya menemukan beberapa barang korban yakni sepatu dan handuk kecil berwarna putih,” kata dia.

Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tanggerang menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. “Pada saat dilakukan pengecekan ternyata kendaraan tersebut dikemudikan oleh Junaedi Apriansyah, yang mayatnya ditemukan terikat dan mulut disumpal handuk di semak-semak,” kata dia.
Jenazah Junaedi Apriansyah, 54 tahun, sopir taksi Blue Bird yang ditemukan tewas dalam kondisi kedua tangan dan kaki terikat serta mulut disumpal menggunakan handuk, akan dimakamkan pagi ini.

Juru bicara PT Blue Bird Group Tbk Teguh Wijayanto mengatakan usai pemakaman perusahaan akan ikut mengurus keberlanjutan hidup anggota keluarga almarhum Junaedi. “Kami sudah bantu mengurus pemakaman. Selanjutnya sedang dipersiapkan untuk memberikan tunjangan bagi anak dan istri almarhum,” kata Teguh saat dihubungio, Jumat, 22 Mei 2015. Menurut Teguh, Junaedi meninggalkan seorang istri dan empat orang anak. Ketiga anak Junaedi masih duduk di bangku sekolah. “Kami akan coba bantu beri beasiswa khusus untuk pendidikan anak-anaknya. Juga bantuan jika istrinya akan membuka usaha,” tutur Teguh.

Anak pertama Junaedi, ujar Teguh, kini masih duduk di sekolah menengah atas. Sedangkan adik-adiknya masih ada yang duduk di sekolah menengah pertama, sekolah dasar, dan satu lagi belum sekolah. Jenazah Junaedi ditemukan tergeletak di semak-semak oleh warga Kampung Singabraja Lame, RT 03/02, Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Kamis, 21 Mei 2015 sekitar pukul 06.00 WIB. Korban pertama kali ditemukan oleh Samsuri, 46 tahun, petani asal Tenjo, saat akan berangkat ke sawah.

Saksi hanya menemukan beberapa barang korban berupa sepatu dan handuk kecil berwarna putih. Beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika warga Legok, Tangerang, menemukan kendaraan taksi Blue Bird dengan nomor polisi B 1199 QU. “Pada saat dilakukan pengecekan ternyata kendaraan tersebut dikemudikan oleh Junaedi Apriansyah, yang mayatnya ditemukan terikat dan mulut disumpal handuk di semak-semak,” kata saksi.

Pelaku Perampokan Menggunakan Taksi Express Curian dan Tersangkanya Mengaku Supir Blue Bird


Kepolisian telah menangkap tiga orang perampok yang beberapa waktu belakangan beraksi menggunakan taksi putih. Tiga orang itu bekerjasama untuk menggasak harta benda korban yang terjebak menaiki taksi mereka. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Heru Pranoto mengatakan, mulanya salah satu pelaku, yaitu Sutrisno, 41 tahun mengendarai taksi untuk mencari penumpang. “Di dalam bagasi, ada tersangka lain yang bisa masuk ke ruang penumpang,” kata dia di Mapolda Metro Jaya Senin 8 Desember 2014.

Tersangka yang ngumpet di bagasi adalah Edward Syah Jaya, 31 tahun. Satu tersangka lainnya, yaitu Jambi ( masih buron) dan Agus Supriyanto, 22 tahun bertugas menguras harta benda korban. Setelah penumpang masuk, Sutrisno terlebih dulu membawa penumpangnya berputar-putar. “Tersangka di bagasi akan keluar ke kursi penumpang setelah diberi kode,” kata Heru. Kode yang dimaksud adalah dengan mengerem dua kali. Tersangka kemudian akan mengancam korbannya menyerahkan harta bendanya. “Pelaku menggunakan juga pistol mainan jenis revolver untuk menakuti korban,” kata Heru. Di tengah jalan, sopir akan menjemput satu tersangka lainnya untuk ikut menggasak harta benda korban. “Rata-rata yang diincar adalah uang di ATM.”

Setelah harta benda korban diambil, kata Heru, para pelaku akan menurunkan korbannya di suatu tempat. “Mereka pun selalu memberi uang Rp 100 ribu kepada korban,” ujarnya. Setelah itu, para pelaku melarikan diri. Komplotan Sutrisno ini sudah melakukan 4 kali perampokan. Semuanya dilakukan di sekitar kawasan SCBD dan Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Selain itu, polisi pun masih belum menemukan barang bukti utama berupa taksi curian yang dimodifikasi kemudian digunakan untuk merampok. “Kami sudah minta keterangan dari tersangka. Akan segera kami temukan,” kata Heru.

Penyidik Kepolisian Sektor Setiabudi dibantu Kepolisian Daerah Metro Jaya berhasil meringkus pelaku perampokan di dalam taksi yang terjadi di kawasan Kuningan dan SCBD, Jakarta Selatan, pada akhir November 2014. Kepala Kepolisian Sektor Setiabudi Ajun Komisaris Besar Audie Latuheru mengatakan tersangka diburu dengan modal keterangan korban. Semula, penyidik akan menggunakan sketsa wajah pelaku untuk melakukan pencarian. “Sketsa wajah dipertimbangkan,” ujarnya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan pemburuan tersangka lebih menggunakan keterangan korban yang mengatakan bahwa pelaku masih berusia muda. “Masih berdasarkan keterangan saksi korban,” katanya, Jumat, 5 Desember 2014. Selain itu, menurut data Polda Metro Jaya, modus perampokan di taksi ini mirip dengan modus 16 kasus sama yang terjadi pada 2013. “Kasusnya mirip sekali, jadi kami dalami lagi file-nya, apakah pelaku yang sudah ditahan sudah bebas dan merekrut orang baru,” ujar Rikwanto.

Rikwanto menjelaskan, dari hasil penyelidikan sementara, taksi putih yang digunakan para pelaku untuk merampok bukan bagian dari armada perusahaan Express Group. “Penyidik sudah melakukan pengecekan langsung di pulnya, sopirnya ada dan taksinya juga ada. Jadi, bukan dari perusahan taksi Express,” ujarnya. Menurut dia, pada taksi Express yang asli terdapat pelat baja di bagian bagasi, sehingga orang yang berada di dalamnya tak dapat menembus jok belakang. “Korban yang mengalami kejadian di Kuningan sudah kami pertemukan dengan sopir dan taksinya. Dia bilang pelakunya muda, sedangkan ini sopirnya sudah tua,” ujarnya.

Adapun korban yang mengalami kejadian di SCBD belum dapat dipertemukan dengan sopir karena masih mengalami trauma. “Tapi dua sopir taksi sudah kami periksa, dan saat kejadian mereka tidak sedang berada di lokasi itu,” katanya. Polisi menemukan fakta baru terkait perampokan yang melibatkan armada taksi. Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jakarta, Komisaris Besar Heru Pranoto, mengatakan taksi yang digunakan para pelaku perampokan ternyata hasil curian.

Fakta ini diketahui berdasarkan pengakuan salah satu pelaku, Sutrisno (41). Sutrisno mencuri taksi tersebut pada 21 November 2014 di Karet Kuningan, Jakarta Selatan. Awalnya, Sutrisno hendak menjual taksi berlogo Express itu. “Namun ternyata sulit dijual,” kata dia di kantornya, Senin 8 Desember 2014. Taksi curian tersebut bernomor polisi B 1722 KTB dengan nomor lambung BD 6075. Pencurian tersebut, kata Heru, sempat dilaporkan oleh sopir taksi bernama Supriyadi ke Kepolisian Sektor Setiabudi pada 24 November. Taksi curian tersebut kemudian dimodifikasi oleh pelaku agar bisa digunakan untuk mencuri. “Nomor lambungnya diubah jadi DP 8015 dan bagasinya dilubangi agar bisa masuk ke kursi penumpang,” kata Heru.

Setelah merombak taksi itu, Sutrisno bersama dua tersangka lain yaitu ED (31) dan J (buronan) melakukan perampokan pertama pada 26 November. “Sehari sebelumnya mereka keliling untuk observasi,” kata Heru. Kawasan SCBD Jakarta Selatan kemudian dipilih sebagai lokasi perampokan. Komplotan ST telah melakukan perampokan sebanyak 4 kali. Semua aksinya rata-rata dilakukan di kawasan SCBD dan Mega Kuningan. Menurut Heru, kawasan ini dipilih karena jarang dilewati kendaraan umum selain taksi dan ojek. “Di sini juga kawasan perkantoran,” kata dia. Komplotan ini hanya mengincar penumpang perempuan yang terkesan lemah untuk diincar.

Polisi menangkap 3 pelaku perampokan di dalam Taksi Express hasil curian yang diotaki oleh Sutrisno alias Trisno (41), sopir Taksi Blue Bird. Selain Sutrisno, ternyata tersangka Agus juga merupakan sopir Taksi Blue Bird. “Tersangka AS dan ST adalah sopir yang menurut pengakuannya sopir Blue Bird,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Heru Pranoto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (8/12/2014). Namun, sejauh ini, polisi baru bisa menemukan bukti-bukti soal identitas sopir Taksi Blue Bird ini dari tersangka Sutrisno saja. Seperti seragam Blue Bird milik Sutrisno dan Kartu Tanda Pengemudi atas nama Sutrisno, disita dari tersangka saat penangkapan.

Tersangka Sutrisno diketahui ditangkap di Sektor 2 Bintaro, Tangerang Selatan, pada Minggu (7/11) pagi lalu, saat sedang menarik penumpang. “ST ini masih punya hubungan keluarga dengan AS,” kata dia. Sementara itu, Heru menambahkan, tersangka Sutrisno saat melakukan aksinya tidak menggunakan seragam dari perusahaan taksi. “Dia pakai baju biasa saja,” imbuhnya.

Winaryo Astaman Arsal Rampok dan Gorok Supir Taksi Pusaka Blue Bird


Kejadian mengerikan terjadi di kawasan Setiabudi, Jaksel. Seorang sopir taksi Blue Bird dirampok dan digorok lehernya dengan pisau lipat. Pelaku akhirnya bisa dibekuk setelah sejumlah sopir taksi lain memergoki peristiwa itu. “Pelaku menggorok leher korban dengan sebuah pisau lipat dan korban dijatuhkan di Jl Setiabudi Timur, Setiabudi tepatnya di depan toko material kemudian pelaku membawa kabur taksi hasil rampasan,” jelas Kasie Humas Polsek Setiabudi Ipda Suryanto saat kepada wartawan, Senin (16/6/2014).

Pelaku perampokan WA (23) sudah diamankan Polsek Setiabudi. Sedang korban perampokan yang juga sopir taksi yang menimpa Mispar (45) dirawat di RS MMC. Berikut kronologi:

Minggu (15/6)
– Pukul 21.30 WIB
Di Jl Setiabudi Timur di depan Toko Material, WA menurunkan korban. Sejumlah saksi melihat kejadian itu yakni Andri Hidayat (24) dan Muksin (35), keduanya sopir taksi Express. Solidaritas sesama sopir taksi, mereka kemudian mengejar pelaku. WA yang dipergoki kabur dan Blue Bird yang dikemudikannya sempat menabrak pagar dan sebuah mobil yang di parkir di pinggir jalan, sehingga akhirnya taksi di tinggal di Jalan Setiabudi 2 samping SMA 3.

Sopir taksi Express yang melihat kejadian itu segera meneriaki pelaku maling. WA yang kabur ditangkap warga. Sebelum menjadi bulan-bulanan, petugas patroli kepolisian datang dan mengamankan pelaku. WA diamankan di Polsek Setiabudi.

Diketahui WA yang menyamar sebagai penumpang melakukan pidana 365 KUHP yakni perampokan disertai tindak kekerasan pada korban Mispar. Pelaku menggorok leher korban dengan pisau lipat. Dalam peristiwa ini barang bukti yang disita yakni sebuah taksi Hasil rampasan Blue Bird ( pusaka ) No.Pol : B 1816 ITC. No Pintu BJ 5666 dan sebuah pisau lipat.

Perampokan terhadap sopir taksi terjadi di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan tadi malam. Pelakunya adalah seorang pria bernama Winaryo Astaman Arsal yang berpura-pura menjadi penumpang. “Pada hari Minggu 15 Juni 2014, sekitar pukul 21.30 WIB telah terjadi pencurian dengan kekerasan. TKP di Jalan Setiabudi Timur. Tepatnya di depan toko material Setiabudi Jakarta Selatan,” ujar Kasubag Humas Polres Jakarta Selatan Kompol Aswin dalam keterangannya, Senin (16/6/2014).

Pelaku menggorok leher sopir taksi dengan sebilah pisau lipat. Korban yang terluka parah kemudian dibuang di TKP. Sedangkan mobil taksi Pusaka bernopol B 1816 TTC milik korban dibawa kabur oleh pelaku. “Saat membawa kabur pelaku menabrak Honda City yang diparkir. Akhirnya kendaraan ditinggal pelaku melarikan diri dan berhasil ditangkap warga dan diserahkan ke Polsek Setiabudi,” imbuhnya.

Korban yang bernama Mispar mengalami luka parah di leher sehingga harus dirawat di RS MMC Jalan Rasuna Said. Diwawancara terpisah, Kapolsek Setiabudi AKBP Andie Latuherumengatakan bahwa luka korban sangat parah hingga memutuskan salah satu syaraf. “Sudah bisa bicara pelan-pelan. Pagi ini akan dioperasi karena lukanya memutuskan satu syaraf. Dirujuk nanti ke RS Fatmawati,” terangnya.

Grand Livina B-889-CEQ Tabrak 6 Orang dan 3 Motor Berhasil Ditangkap Karena Dibuntuti Taksi Blue Bird


Polisi menahan Ronald Utomo, 30 tahun, pengemudi Grand Livina B-889-CEQ. Dinihari tadi, Ronald ditangkap karena menabrak enam pengguna jalan di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. “Korban menderita luka-luka, termasuk anggota Bareskrim bernama Wahyu,” kata juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, Rabu, 19 September 2012.

Rikwanto menjelaskan, keenam korban ditabrak di lokasi berbeda. Mobil yang dikendarai Ronald melaju dari Duta Merlin dengan kecepatan tinggi 100 km/jam. Ia menggunakan jalur bus Transjakarta. Ketika masuk di Jalan Gajah Mada, mobilnya menabrak sepeda motor Mio B-6967-UH. Dua orang menjadi korban. “Korban mengalami kaki patah, tapi pengemudi mobil malah kabur,” kata Rikwanto.

Seorang sopir taksi yang melihat kejadian itu, membuntuti mobil Ronald. Di perempatan stasiun kota, mobil itu kembali menabrak pengendara motor. Lagi-lagi, Ronald kabur. Di depan Mangga Besar, mobil menghantam sepeda motor yang dikendarai angota Bareskrim bernama Wahyu. Saat itu, Wahyu tengah memboncengkan teman wanita. “Mereka belum diketahui kondisinya,” ujar Rikwanto.

Ronald justru semakin memacu laju kendaraannya ke arah Ancol. Mobilnya kembali menabrak pengendara motor yang berboncengan. “Di sini sopir taksi Blue Bird (Jaan Ali) menolong korban,” kata Rikwanto.

Namun, seorang sopir taksi Blue Bird lainnya, bernama Rasta, mengikuti pelaku. Sadar diikuti, Ronald justru marah. Dia tiga kali menabrak taksi yang membuntuti. Sopir taksi tidak menyerah. Sampai di Perum PIL Long Beat Blok A Nomor 23, Jakarta Utara, polisi mengepung dan menangkap Ronald. Lelaki itu ternyata tidak sendirian. Dia bersama temannya bernama Qi Hui, 28 tahun.

Menurut Rikwanto, Ronald dan Qi Hui masih menjalankan pemeriksaan tes urine di Puslabfor. Sebab, saat ditangkap, keduanya diduga dalam keadaan mabuk. “Pelaku terancam Pasal 310 Undang-Undang Lalu Lintas.”

Supir Taksi Blue Bird Gerayangi Artis Dengan Alasan Bantu Buka Aura


Nasib sopir taksi Blue Bird yang dipolisikan atas kasus pelecehan seksual, R (42), ada di tangan polisi. Sambil menunggu penyelidikan kepolisian, sopir taksi tersebut diliburkan sementara waktu. “Kita stop operasi dulu. Tapi belum (dipecat). Kita kan menunggu hasilnya dari kepolisian,” kata Humas Blue Bird Teguh Wijayanto saat dihubungi detikcom, Selasa (3/4/2012).

Teguh mengatakan pihaknya menyerahkan seluruh kasus ini kepada yang berwajib. R sendiri sudah dipanggil oleh manajemen Blue Bird. Namun Teguh enggan menjelaskan apa hasil pertemuan manajemen dengan R. “Sudah dipanggil (manajemen Blue Bird). Kita tunggu panggilan polisi untuk kroscek dengan yang bersangkutan,” ujarnya.

Menurut Teguh, selama ini pihak manajemen belum pernah menerima ada komplain dari penumpang mengenai R. Jika R pernah terlibat kasus yang sama sebelumnya, maka manajemen perusahaan berlambang burung terbang itu tidak akan bernegosiasi mengenai hal itu. “Kalau ada potensi seperti itu, sudah kita cut. Kita rekrutmen juga kan cukup ketat. Selama ini tidak ada indikasi seperti itu,” ungkapnya.

Jika pihak kepolisian menetapkan R sebagai tersangka, maka manajemen Blue Bird akan memberhentikan R secara permanen. “Artinya tidak bisa kembali lagi selamanya. Ke yang lain pasti juga begitu,” ucapnya. Seorang artis sinetron mengadukan R ke Polres Jakarta Timur karena dicabuli R. Saat itu artis belia tersebut menumpang taksi R. Dalam perjalanan, R mengaku bisa membuka aura seseorang, termasuk membukakan aura R sebagai artis yang dinilainya tertutup. Dia lantas menawarkan jasanya membuka aura artis tersebut, hingga kemudian R diduga terhipnosis dan mengalami pelecehan seksual serta malah dibuka auratnya.

Kepala Humas PT Blue Bird Group, Teguh Wijayanto, mengatakan, pihak manajemen sudah mendeteksi keberadaan taksi yang digunakan untuk membawa korban. Teguh mengakui kalau di perusahaannya ada taksi dengan nomor body DB 192 dengan nama sopir Ramli. Taksi ini berasal dari Pool Blue Bird di kawasan Hek, Kramatjati, Jakarta Timur. Bahkan pihak sopir tersebut telah dipanggil manajemen dan dimintai keterangan. Sayangnya, Teguh enggan menyebutkan hasil pemeriksaan tersebut.

“Kami lebih menyerahkan kasus ini pada pihak kepolisian. Biarlah polisi yang menyelesaikannya dan kami siap membantu tugas polisi,” kata Teguh. Prinsip kami, kata Teguh, sebelum ada keputusan hukum tetap, maka pihaknya tidak bisa menjustis apakah sopir itu bersalah atau tidak. Teguh juga mengatakan, manajemen sudah meminta pada sopir yang bersangkutan untuk memberikan keterangan pada kepolisian, jika sewaktu-waktu dibutuhkan. “Dan sang sopir berjanji serta siap untuk memberikan keterangan pada polisi,” kata Teguh.

Menurut Teguh, dari laporan korban, kejadian dugaan asusila itu terjadi tidak di dalam taksi. “Namun kita ikut selidiki, apakah kejadian ini benar-benar melibatkan sopir kami atau tidak,” kata Teguh. Menurut Teguh, seandainya laporan korban ini memang terjadi, pihaknya akan membantu kepolisian untuk mengungkap kasus ini. “Sebab ini menyangkut 27.000 pengemudi kami dan masalah kepercayaan masyarakat yang diberikan ke kami selama ini,” kata Teguh.

Artis JM yang ditelanjangi dan dicabuli oknum sopir taksi Blue Bird, Ramli, tidak dapat menolak, apapun permintaan pelaku. Di rumah itu, kata Noldy rekan korban, JM diminta melepaskan baju dan hanya mengenakan sarung. Saat itu juga, tubuh JM digerayangi, diraba-raba oleh pelaku. “Pelaku melakukan perbuatan asusila pada JM,” kata Noldy.

Noldy menjelaskan, dari pengakuan JM, sang pelaku juga hendak menyetubuhinya. Namun lantaran Jesyca tengah menstruasi, pelaku mengurungkan niatnya. Menurut Noldy, JM lalu dipulangkan Senin pagi sekitar pukul 08.00 dengan diantar oleh Ramli. “JM minta diantar ke rumah pacarnya di kawasan Kampung Dukuh, Kramatjati, Jakarta Timur,” kata Noldy.

JM lalu menceritakan apa yang dialaminya kepada kekasihnya. Dengan ditemani kekasihnya dan rekannya, JM sempat mendatangi pool taksi Blue Bird di kawasan Hek, Kramatjati. “Kepala pool taksi hek Kramatjati, mengakui Ramli adalah sopir mereka. Namun saat kami tanya dimana sang sopir tinggal, mereka mengelak memberi tahu,” kata Noldy.

Akhirnya, kata Noldy, mereka membawa kasus ini ke jalur hukum dan melaporkannya ke Mapolres Jakarta Timur. Harlan, kakak JM, di Mapolres Jakarta Timur, Senin sore menuturkan dalam pemeriksaan terhadap adiknya JM, saat ini polisi tengah mencari pasal yang tepat untuk menjerat sang pelaku. “Kita bikin laporan dugaan asusila,” kata Harlan tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Menurut Harlan, saat ini Jesyca akan dibawa ke RS Polri untuk visum. Sekitar pukul 19.15, Jesyca yang mengenakan baju hijau dan celana jeans, keluar dari ruang pemeriksaan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Mapolrestro Jakarta Timur dengan ditemani ibunya dan seorang lelaki kakaknya. Kepala Jesyca ditutupi kerudung biru. Mereka pergi meninggalkan Mapolres Jakarta Timur dengan mobil Mazda putih B 54 RAH hendak menuju ke RS Polri Sukanto, Jakarta Timur untuk divisum.

Harris Noldy (29), rekan JM yang ditelanjangi dan dicabuli oknum sopir taksi Blue Bird, Ramli, yang ikut mengantarkan korban ke Mapolrestro Jakarta Timur, Senin (2/4/2012) siang, menuturkan dari keterangan JM, peristiwa ini berawal saat JM baru saja pulang dari gereja HKBP Taman Mini Indonesia Indah, Minggu (1/4/2012) malam sekitar pukul 20.00. Dari gereja, JM hendak menuju ke rumah rekannya Ajeng, di kawasan Condet, Kramatjati, Jakarta Timur. Ia lalu menumpang taksi Blue Bird dengan nomor pintu DB 192. “JM tidak ingat nomor polisi taksinya. Hanya ingat nomor pintunya saja,” kata Noldy. JM juga ingat bahwa sopir taksi bernama Ramli dan berusia antara 40 tahun sampai 50 tahun. Oleh sang sopir, JM justru diajak berputar-putar. Bahkan saat itu, sang sopir mengaku dapat meramal dan ahli pengobatan alternatif.

Diduga saat itulah, Ramli sudah berhasil menguasai JM dan menghipnotisnya. “Saat berada dibawah pengaruh hipnotis itu, JM agak sadar. Tapi dia tidak mampu menolak permintaan Ramli,” kata Noldy. Noldy menjelaskan, JM juga ingat bahwa ia sempat dibawa oleh Ramli ke sebuah penginapan yakni Puri Caglak, di Jalan Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasarrebo, Jakarta Timur. “Namun saat itu, penginapan itu penuh. Makanya JM tidak jadi dibawa ke sana,” kata Noldy. Menurut Noldy, JM akhirnya dibawa ke rumah kost, teman sang sopir taksi di kawasan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Di rumah itulah, JM dicabuli.