Daftar Lima Artis Ibukota Jalan Tes HIV Secara Sembunyi Sembunyi


Lima artis Ibu Kota dikabarkan menjalani voluntary counseling test (VCT) di Kota Salatiga, Jawa Tengah. VCT adalah serangkaian tes untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak.

Hal itu diungkap oleh aktivis HIV/AIDS Kabupaten Semarang, Andreas Bambang Santoso (56), Kamis (27/11/2014) siang, di Ungaran. Kelima artis dari Jakarta tersebut menghubungi dirinya, yang kebetulan berdomisili di Kota Salatiga, untuk berkonsultasi mengenai seluk-beluk penyakit HIV/AIDS dan penanganannya.

Namun, Andreas yang akrab dipanggil Babe itu menolak untuk membuka indentitas kelima artis tersebut. “Mereka rela datang menemui saya untuk bertanya-tanya sekaligus tes VCT. Mungkin lebih privasi, dibandingkan seandainya berkunjung ke rumah sakit atau klinik di Jakarta,” ujar Babe.

Sebagai aktivis atau relawan HIV/AIDS yang sudah terjun ke lapangan selama berpuluh-puluh tahun, Babe sangat mengapresiasi inisiatif kelima artis tersebut. “Yang jelas privasi lebih terjaga. Guna mendukung langkah ini, saya bekerja sama dan melaporkan hasilnya ke klinik yang sudah biasa jalan bareng dengan kami,” imbuhnya.

Babe menambahkan, selama tiga bulan terakhir, dia melakukan pelayanan VCT mandiri (non-klinik). Setidaknya, ada 30 orang yang dites dan hasilnya negatif. Selain kelima artis dari Jakarta tersebut, juga terdapat seorang pramugari dari Yogyakarta dan seorang anggota TNI.

Pangdam Bukit Barisan dan Dandim 0316/Batam Dicopot Karena Baku Tembak TNI Polri


Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mencopot jabatan Pangdam I/Bukit Barisan Mayor Jenderal Winston Simanjuntak dan Dandim 0316 Batam Letkol Inf Josep Tarada Sidabutar. Keduanya dicopot karena bentrok antara TNI dan Polri di Mako Brimob Kepulauan Riau beberapa waktu lalu hingga menewaskan seorang personel TNI.

“Di posisi tentara sudah ada. Komda I, panglimanya sudah diganti. Dandim juga diganti,” ujar Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu seusai pertemuan Panglima Kodam di Istana Bogor, Jumat (28/11/2014). Ryamizard mengatakan bahwa pemecatan itu sudah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Presiden ingin agar kasus Batam tidak terulang lagi.

“Beliau tegaskan, kalau harus pindah, ya dipindahkan. Kalau harus dihukum, ya dihukum. Harus dipecat, ya dipecat. Itu tegas tadi Pak Presiden,” imbuh Ryamizard.

Agar kasus serupa tidak terulang, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu menekankan pentingnya kedekatan komandan dan prajuritnya. Dia mengaku memiliki pengalaman yang mirip dengan kasus di Batam saat ia masih bertugas di Sumatera Utara dan memecat 20 anggotanya. Untuk memecat para anggota, kata Ryamizard, komandan harus bisa menjelaskan bahwa tindakan anak buahnya salah dan harus ada konsekuensi hukum yang wajib diterima.

“Saya bilang, ‘Hei prajurit, saya pemimpin kamu, pemimpin harus cinta dan sayang pada anak buah. Kalau saya tidak sayang kamu, saya bukan pemipmin. Tapi besok ada 20 orang di antara kalian akan dipecat. Bukan saya yang pecat, melainkan hukum yang berkata begini. Saya harus terima, dan kamu harus terima.’ Selesai sudah,” ujar Ryamizard.

Presiden Joko Widodo juga mengingatkan kembali perlunya sinergi antara TNI dan Polri. Secara khusus, Jokowi menegaskan bahwa bentrok di TNI dan Polri tidak boleh terulang. Jokowi menyampaikan hal tersebut seusai pertemuan dengan panglima daerah seluruh Indonesia di Istana Bogor, Jumat.

“Saya tadi juga sampaikan, friksi seperti yang ada di Batam jangan sampai terjadi lagi. Kita harus tegas, sesuatu yang memang sulit untuk diluruskan,” kata Jokowi. Dia meminta kedua institusi secepatnya menemukan solusi. Menurut Jokowi, persoalan TNI dan Polri tidak akan terjadi apabila komandan dan prajurit di kedua lembaga itu sudah sering bertemu.

“Tak hanya komandan-komandannya, tetapi juga prajurit, anak buah, harus saling ketemu sehingga kita semua merasa satu sehingga rukun, sehingga tidak ada lagi bentrokan, damai semuanya,” kata Jokowi.

Jakarta Diprediksi Akan Terendam Banjir Pada Minggu Ketiga Januari Dan Luasnya Akan Bertambah 15 Persen Dari Tahun Lalu


Memasuki musim hujan ini, kawasan Ibu Kota dihantui bencana banjir tahunan yang kerap melanda sebagian wilayah Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi puncak banjir akan melanda kawasan Jakarta pada awal Januari 2015 nanti. “Ancaman banjir di Jakarta terjadi pada awal minggu ketiga Januari 2015, dengan prediksi penambahan 15 persen daerah terdampak,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya kepada detikcom, Senin (1711/2014).

Sutopo mengatakan, prediksi banjir itu berdasar prakiraan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) terkait puncak hujan lebat yang diperkirakan terjadi pada minggu ketiga Januari 2015 sampai dengan akhir Minggu kedua Februari 2015. “Skenario yang dikembangkan dalam Rencana Kontinjensi ini adalah kejadian banjir Tahun 2014/2015,” ungkapnya.

BNPB sendiri memperkirakan, sebaran banjir 2015 nanti akan berdampak pada 37 kecamatan, 125 Kelurahan dan 634 RW dengan jumlah penduduk yang terdampak banjir sekitar 276.999 Jiwa. “Jumlah penduduk risiko tinggi diperkirakan 24.130 Jiwa atau 25% dari total pengungsi update data oleh Dinas Kesehatan,” imbuh Sutopo.

Sementara untuk wilayah terdampak banjir tahun 2015 mendatang, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Catatan BNPB, wilayah Jakarta Timur masih menjadi wilayah yang paling rawan terdampak banjir pada tahun mendatang. Sementara berdasarkan hasil rekapitulasi data laporan Pusdalops BPBD tahun 2014, wilayah Jakarta Timur menjadi wilayah yang paling rentan terdampak banjir, di mana banjir menggenangi 10 kecamatan, 35 kelurana, 168 RW dan 607 RT di wilayah Jakarta Timur.

Selanjutnya, 10 Kecamatan, 30 Keluraan, 83 RW dan 263 RT di wilayah Jakarta Selatan terdampak banjir. Kemudian, di wilayah Jakarta Barat, 8 kecamatan, 25 kelurahan, 151 RW dan 411 RT terdampak banjir.

Di wilayah Jakarta Utara, terdapat 6 kecamatan, 25 kelurahan, 194 RW dan 288 RT terdampak banjir. Sedangkan di wilayah Jakarta Pusat, banjir menggenani 3 kecamatan, 10 kelurahan, 38 RW dan 168 RT.

“Sementara untuk perkiraan risiko penduduk wilayah terdampak banjir mencapai total 122.417 jiwa,” pungkasnya.

Tanah Longsor Pemakan Korban Jiwa Terbesar di 2014


Memasuki akhir tahun, musim hujan mulai tiba. Curah hujan yang lebat menjadi salah satu penyebab terjadinya longsor. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama 2014 ini telah terjadi 337 musibah longsor yang memakan korban jiwa sebanyak 267 orang. Sehingga, hal ini harus mendapat perhatian lebih serius lagi dari seluruh pihak.

“Longsor menjadi bencana yang menimbulkan korban jiwa terbesar selama 2014. Daerah yang terlanda longsor umumnya tidak luas dan menyebar luas di seluruh wilayah Indonesia yang bertopografi curam,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, melalui pesan singkatnya, Minggu (23/11/2014) dini hari.

Dia mengungkapkan, mustahil bila pemerintah membangun talud di seluruh daerah rawan longsor untuk meminimalisir kejadian tersebut. Pasalnya, ada 274 kabupaten/kota tercatat ada di kategori daerah bahaya sedang-tinggi terhadap longsor di Indonesia.

“Ada 124 juta jiwa penduduk yang terpapar dari bahaya sedang-tinggi dari longsor. Umumnya korban longsor adalah masyarakat yang kelas ekonominya rendah yang menempati daerah-daerah rawan longsor. Terbatasnya kemampuan untuk memproteksi diri dan lingkungannya, menyebabkan masyarakat selalu terancam dari longsor,” tutupnya.

Relokasi Masyarakat Di Daerah Rawan Bencana Alam Terkendala Perizinan Pemerintah


Pasca kehadiran Presiden Joko Widodo ke kawasan Gunung Sinabung, berbagai kementerian dan lembaga langsung bersinergi melakukan relokasi bagi warga. Proses relokasi ini sempat terhambat cukup lama karena masalah perizinan. Menurut Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, kendala relokasi tak hanya soal perizinan. Namun juga erat kaitannya dengan budaya dan kemauan masyarakat.

“Kesuksesan relokasi tergantung masyarakatnya,” kata Sutopo dalam jumpa pers di Kantor BNPB, Jl Juanda, Jakarta Pusat, Jumat (31/10/2014). Sutopo mencontohkan proses relokasi pasca erupsi Gunung Kelud di Jawa Timur. Proses relokasi yang melibatkan lebih dari 50 ribu warga ini berlangsung cukup efektif.

Menurut Sutopo, para korban erupsi Gunung Kelud tersebut dengan suka rela kembali ke rumahnya setelah mengungsi selama seminggu. Mereka bahkan tak memanfaatkan kendaraan yang disediakan pemerintah dan memilih menyewa kendaraan sendiri. “Waktu mereka lihat rumah hancur, mereka cuma minta genteng. Lalu kami siapkan 2 ribu lebih genteng, dan mereka bekerjasama dengan TNI membangun rumahnya,” ucap Sutopo.

Menurut Sutopo, para korban erupsi Gunung Kelud memiliki ‘willingnes’ atau kemauan yang kuat untuk memperbaiki nasibnya. Mereka juga menyadari bahwa bencana tersebut suatu saat akan menjadi berkah yang menyuburkan lahan-lahan pertanian mereka. “Dana yang kami habiskan hanya Rp 42 miliar untuk proses relokasi bencana sebesar itu. Hemat sekali,” katanya.

Sementara itu, yang terjadi dengan korban erupsi Gunung Sinabung cukup berbeda. Menurutnya, pemerintah telah menyiapkan seng kualitas terbaik untuk membangun rumah, namun proses relokasi belum juga selesai.

“Menurut salah satu survei di Universitas Gajah Mada, semakin banyak pemerintah memberi bantuan untuk warga pasca bencana, willingnes mereka semakin rendah. Tapi masak kita mau menunda-nunda bantuan,” tuturnya.

Infografis Antisipasi Bencana Alam Per Provinsi Di Indonesia Versi BNPB


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) meluncurkan buku Infografis Provinsi Wilayah. Buku panduan ini dibuat sebagai bentuk antisipasi dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dan respon kemanusiaan.

“Data dasar sangat penting dalam setiap tahapan dalam penanggulangan bencana. Dengan publikasi buku ini diharapkan bisa berkontribusi untuk pemerintah, pelaku kemanusiaan, dan masyarakat umum lain,” kata Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Wisnu Wijaya di sela-sela seminar dan launching buku infografis bencana dan antisipasi bencana di Hotel Four Seasons, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (27/11/2014).

Wisnu menjelaskan sudah seharusnya Indonesia punya buku panduan terkait data infografis provinsi wilayah. Sebagai negara yang statusnya rawan gempa, masyarakat punya pegangan dalam mengantisipasi bencana. Menurutnya, peristiwa bencana Tsunami di Aceh dan sekitarnya pada 2004 lalu telah membuka kesadaran masyarakat akan bahaya bencana. Sejak bencana itu, mental masyarakat Indonesia dinilai lebih tangguh dalam menghadapi bencana.

“Kejadian bencana tsunami 10 tahun lalu itu membuat kita mengalami revolusi mental. Kita benar-benar menghayati korban kita yang paling banyak. Tidak dibayangkan korban sebanyak itu. Luar biasa bagaimana bencana ini,” sebutnya.

Buku infografis ini bersumber dari hasil sensus penduduk dan survei skala besar seperti Sendus Penduduk 2010 dan Potensi Desa 2011. Data ini kemudian diolah dan disajikan dengan tujuan untuk membantu penyusunan rencana dan analisis yang lebih tepat dalam menentukan jumlah populasi, termasuk kelompok rentan dan prasarana umum yang terdampak bahaya.

Dalam buku ini selain data wilayah provinsi, terdapat juga data ketahanan pangan hingga kejadian bencana alam pada 2008-2012. Selain BNPB dan BPS, buka panduan ini juga merupakan hasil dukungan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) antar lain seperti United Nations Population Fund (UNFPA), United Nations Development Programmme (UNDP), dan OCHA Indonesia.

Daftar Daerah Di Jawa dan Sumatera Yang Rawan Banjir dan Longsor


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat selain Jakarta, terdapat sejumlah daerah yang rawan banjir di awal tahun 2015. Beberapa daerah itu ada di Sumatera dan Jawa. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan daerah yang rawan banjir berdekatan dengan sungai. Wilayah Sumatera, daerah rawan banjir terdapat di Kota Medan, Riau, dan Bengkulu.

“Pertama kota Medan, kedua wilayah Riau itu sepanjang Sungai Siak, Kampar, Rokan. Wilayah Jambi di Sungai Batanghari,” kata Sutopo di Hotel Four Season, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (27/11/2014). Adapun untuk wilayah Jawa daerah yang menjadi rawan banjir adalah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Menurut Sutopo, kalau BNPB memprediksi puncak banjir di daerah Jawa dan Sumatera ini terjadi pada Januari 2015.

“Jakarta itu Sungai Ciliwung dan Pesangrahan, dan Angke. Di Banten itu sekitar Sungai Ciujung, Ciliman, Cidurian, dan Cisadane. Jawa barat sungai Citarum, Cimanuk. Sedangkan Jawa Tengah itu sungai Comal, Pamalih, Jeragung, Serayu, Bogowonto, dan Bengawan Solo. Kalau Jawa ada di Sungai Bengawan Solo dan Duduk Sampeyan,” katanya.

Selain banjir, potensi bencana longsor kemungkinan besar terjadi pada awal tahun ini. Sekedar informasi, BNPB mencatat mulai 1 Januari 2014 hingga hari ini telah terjadi 1136 bencana puting beliung, longsor, dan banjir. “Di mana dampaknya 355 orang tewas, lebih 1,7 juta jiwa menderita dan lebih dari 25 ribu rumah rusak. Longsor menjadi bencana yang paling mematikan pada periode 2014 ini,” katanya.

“Bencana longsor itu skalanya kecil tapi mematikan. Banyak kejadian di periode 2014 ini. Daerah yang terancam itu di Bukit Barisan dari Aceh, Sumatera Utara, Barat, Bengkulu. Ada Jawa bagian tengah, dan Selatan yang merupakan bagian perbukitan. NTT juga berpotensi,” ujar Sutopo menambahkan.

Sementara, terdapat beberapa daerah yang perlu mendapat perhatian khusus terkait ancaman bencana lahar dingin. Sejumlah daerah itu antara lain masyarakat yang tinggal berdekatan dengan Gunung Sinabung di Sumatara Utara, Gunung Merapi di Yogyakarta, Gunung Semeru dan Gunung Kelud di Jawa Timur.

“Ada juga Gunung Rokatenda di NTT, Gunung Lokon di Sulut, Gunung Gamalama di Maluku Utara. Karena terdapat material-material hasil erupsi yang ada di atas gunung, ketika terjadi curah hujan berpotensi meluncur jadi lahar dingin. Apalagi yang di Sinabung yang terus masih mengeluarkan erupsi,” tuturnya.

Daftar Titik Operasi Zebra Jaya Yang Digelar Serentak Di Jakarta


Kepolisian Daerah Metro Jaya akan melaksanakan Operasi Zebra Jaya 2014 pada 26 November sampai 9 Desember mendatang. Target operasi itu adalah menekan angka jumlah pelanggar lalu lintas, seperti kendaraan yang melawan arus dan angkutan umum yang menaikkan/menurunkan penumpang sembarangan. Kepala Bagian Operasional Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Budiyanto mengatakan sebanyak 2.800 personel kepolisian akan diturunkan dalam operasi itu. “Mereka akan diturunkan di titik-titik yang rawan pelanggaran,” katanya, Selasa, 25 November 2014.

Selain dua pelanggaran itu, kata Budiyanto, kepolisian juga akan menindak pengendara yang melangggar aturan lain. Misalnya, pengguna sepeda motor yang tidak menggunakan helm dan tidak menyalakan lampu serta pengguna kendaraan yang tidak melengkapi diri dengan surat kendaraan dan izin mengemudi. “Kami imbau masyarakat mematuhi aturan berkendara dan melengkapi surat-suratnya,” ujarnya. Termasuk juga pengguna kendaraan roda empat yang berjalan tidak pada garis marka jalan.

Berikut adalah titik-titik rawan pelanggaran yang disasar Operasi Zebra Raya 2014.
1. Pelanggaran melawan arus dan parkir sembarang.
– Jakarta Pusat: Jalan Garuda, Jalan Kepu Raya, dan Jalan Industri
– Jakarta Barat: Jalan S. Parman dan kolong Slipi Jaya
– Jakarta Utara: Jalan Raya Cakung Cilincing dekat KBN Cakung
– Jakarta Selatan: Jalan Lenteng Agung dan Pondok Pinang Center
– Jakarta Timur: Jalan Dewi Sartika
– Kota Bekasi: Jalan Jenderal Sudirman
– Kabupaten Bekasi: Jalan Cikarang
– Depok: Jalan Margonda dan Jalan Raya Bogor
– Kabupaten Tangerang: Jalan Raya Serpong dan Jalan Syeh Nawawi
– Kota Tangerang: Jalan Benteng Betawi dan Jalan M.H. Thamrin
– Pelabuhan: Jalan Banda.

2. Pelanggaran angkutan umum menaikkan/menurunkan penumpang.
– Jakarta Pusat: Sekitar Terminal Senen dan Jalan Letnan Jenderal Suparapto
– Jakarta Barat: Grogol
– Jakarta Utara: Persimpangan Plumpang
– Jakarta Selatan: Pasar Jumat dan Robinson Pasar Minggu
– Jakarta Timur: Jalan Jatinegara Barat
– Depok: Jalan Margonda Raya
– Kota Bekasi: Jalan Joyo Martono
– Kabupaten Tangerang: Perempatan Jalan Gading Serpong
– Kota Tangerang: Jalan Jenderal Sudirman
– Bandara Soekarno-Hatta: Terminal 1 dan 2

Kepolisian Republik Indonesia mulai Kamis, 26 November 2014, melakukan Operasi Zebra Jaya secara serentak di semua daerah. Di Ibu Kota, operasi penertiban lalu lintas ini akan dilakukan di banyak titik yang dianggap rawan pelanggaran. Berbagai tindak pelanggaran yang akan dikenai tilang, seperti pengendara sepeda motor yang tidak memakai helm, tidak menyalakan lampu, dan melawan arus. Sanksi tilang juga diterapkan pada kendaraan umum atau pribadi yang berhenti di sembarang tempat, atau kendaraan roda empat yang parkir di tempat terlarang.

“Setiap pelanggar lalu lintas pasti akan ditilang,” ujar Kepala Bagian Operasional Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Budiyanto, Selasa, 25 November 2014. Budiyanto mengimbau warga melengkapi surat-surat kendaraannya dan surat izin mengemudi.

Budiyanto menjelaskan sekitar 2.800 personel dan ribuan surat tilang telah disiapkan untuk operasi yang biasa digelar setiap akhir tahun itu. Operasi Zebra Jaya ini berfokus pada pelanggaran lalu lintas kasat mata. Tidak hanya melakukan penindakan terhadap pelanggaran kasat mata, polisi juga akan melakukan razia di sejumlah titik.

Mulai hari ini, Rabu, 26 November, hingga 9 Desember 2014, Kepolisian Daerah Metro Jakarta akan melakukan Operasi Zebra Jaya. Dalam operasi ini, ada 2.800 polisi yang dibekali surat tilang (bukti pelanggaran) untuk menindak para pelanggar aturan lalu lintas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sanksi bagi pengendara adalah denda. Jumlah denda bagi pengendara yang kena tilang bervariasi, dari Rp 250 ribu sampai Rp 1 juta, bergantung pada bobot kesalahan.

Berikut ini daftar sanksi tilang lalu lintas.

  1. Pengendara yang tidak memiliki surat izin mengemudi (SIM) terancam pidana kurungan paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp 1 juta.
  2. Pengendara yang memiliki SIM tapi tak dapat menunjukkannya saat razia dikurung paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu.
  3. Pengendara yang tidak memasang tanda nomor kendaraan bermotor alias pelat nomor terancam kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu.
  4. Pelanggaran syarat teknis laik jalan, seperti spion, lampu utama, lampu rem, lampu mundur, pengelap kaca, bumper, klakson, pengukur kecepatan, dan knalpot, dipidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu untuk sepeda motor dan Rp 500 ribu untuk mobil.
  5. Pengendara mobil yang tidak membawa ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan dipidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu.
  6. Melanggar rambu lalu lintas terancam kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu.
  7. Melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah atau tidak berjalan pada markanya dipidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu.
  8. Pengendara yang tidak membawa surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK) atau surat tanda coba kendaraan bermotor dipidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu.
  9. Tidak memakai sabuk keselamatan dipidana dengan kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu.
  10. Pengendara atau penumpang sepeda motor yang tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia (SNI) dipidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda Rp 250 ribu.
  11. Pengemudi yang tidak menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu dipidana dengan kurungan 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu.
  12. Mengendarai sepeda motor tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari dipenjara paling lama 15 hari atau denda paling banyak Rp 100 ribu.
  13. Berbelok atau balik arah tanpa memberi isyarat lampu dipidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu.

Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar Haris Hadis mengatakan 200 mobil dan motor terjaring dalam Operasi Zebra Jaya 2014 yang digelar di sisi barat Terminal Kampung Melayu. “Pengendara kebanyakan melanggar aturan kelengkapan berkendara dan rambu lalu lintas,” katanya di Terminal Kampung Melayu, Rabu, 26 November 2014.

Operasi Zebra Jaya 2014 digelar oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya pada 26 November sampai 9 Desember 2014. Target operasi itu ialah menekan jumlah pelanggar lalu lintas, seperti kendaraan yang melawan arus dan atau angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat.

Haris mengatakan, di sekitar Terminal Kampung Melayu, banyak pengendara yang tidak mengenakan helm, melawan arus, berboncengan lebih dari satu orang, dan yang membawa muatan berlebihan. Untuk pelanggaran ringan, seperti lupa mengunci helm, polisi hanya memberi teguran lisan.

Menurut Haris, operasi ini diselenggarakan untuk mengantisipasi kecelakaan yang dipicu aksi pelanggaran lalu lintas. Di samping itu, dia menambahkan, operasi diadakan untuk mengurai titik-titik kemacetan di setiap wilayah. Di Jakarta Timur, Operasi Zebra digelar di Pasar Rebo, Klender, Dewi Sartika, Matraman, dan Jalan Perintis Kemerdekaan.

Indahnya Trekking Di Tetebatu Di Kaki Gunung Rinjani


Panorama alam di kawasan yang dijuluki Ubud-nya Lombok di Tetebatu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok TimurDETIK waktu seakan berhenti di Tetebatu di kaki Gunung Rinjani, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pemandangan alam hijau, tenang, dan sejuk. Air terjun gemericik, segar membasuh tubuh. Terletak di Kecamatan Sikur, Tetebatu adalah sisi lain ”surga” di Lombok. Berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, Tetebatu menawarkan panorama indah sawah, kebun, hutan, dan air terjun. Posisinya yang berada di kaki Rinjani memungkinkan wisatawan menyaksikan detik-detik matahari terbit dan tenggelam.

Wisatawan asing blusukan di Tetebatu sejak akhir tahun 1980, dibawa oleh para agen perjalanan. Sebagian besar berasal dari Belanda, Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman, dan Italia. Wisatawan dari Singapura belakangan mulai berdatangan ke Tetebatu.

Mereka menikmati Tetebatu dengan berjalan kaki (trekking) dari Dusun Orong Grisak menempuh jarak hingga 7 kilometer. Perjalanan bisa menghabiskan waktu 2-5 jam tergantung permintaan rute tempuh. Perjalanan biasanya melewati permukiman warga, pematang sawah dengan latar belakang pemandangan Gunung Rinjani yang silih berganti dengan kebun pala, vanili, atau tembakau, dilanjutkan mengunjungi beberapa lokasi air terjun.

Salah satunya adalah air terjun Tibutopat yang dapat ditempuh dalam waktu 15 menit berjalan kaki dari tengah desa. Air terjun ini tidak terlalu tinggi sehingga air yang mengalir ke bawah pun tidak terlalu deras. Suasana gemericik air terjun yang berirama menjadi teman di tengah alam yang tenang.

Panorama alam di kawasan yang dijuluki Ubud-nya Lombok di Tetebatu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur1Di bagian bawah air terjun terdapat kolam sedalam sekitar 4 meter. Airnya yang kehijauan terasa dingin menembus kulit, tetapi terasa menyegarkan. Kolam ini terbentuk setelah warga meletakkan karung-karung pasir di sekeliling tempat jatuhnya air.

”Biar bisa dipakai untuk berenang,” ujar Fadli, mantan kepala dusun yang kini menjadi penggerak Desa Tetebatu. Vegetasi di sekitarnya masih cukup rapat dengan beberapa jenis tanaman yang sulurnya menjuntai hingga ke bawah, menambah adem suasana. Berjalan menuju Tibutopat kita akan melewati pohon-pohon bambu dan kebun-kebun milik warga. Kontur tanah yang landai, curam, dan terjal cukup menguras tenaga.

Selain Tibutopat, ada air terjun yang lebih tinggi, yaitu air terjun Jeruk Manis atau Jukut, yang ditempuh dengan 1,5 jam berjalan kaki dari Tetebatu. Letaknya di sebelah selatan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Warga sekitar memercayai, air di lokasi ini berkhasiat menyuburkan rambut.

Lokasi ini juga sering dijadikan titik awal pendakian puncak Gunung Rinjani setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut. Namun, menurut Fadli, belakangan jarang pemandu mengajak wisatawan mengunjungi air terjun ini karena tiket masuknya yang cukup tinggi, mencapai Rp 150.000 per orang. Alasannya karena berada di dalam kawasan taman nasional. Air terjun lainnya adalah Joben di barat laut Tetebatu.

Masih ada satu lokasi yang wajib dikunjungi wisatawan, yaitu monkey forest yang juga berada di dalam kawasan taman nasional. Jika beruntung, kita bisa bertemu dengan sekawanan monyet hitam dan melihat aktivitas mereka dari dekat.

Matahari terbit

Matahari terbit atau terbenam bisa disaksikan di Prempungan yang jika ditempuh dengan kendaraan butuh waktu 15 menit dari Tetebatu. Pada pagi hari, matahari muncul setelah melampaui horizon dengan warna kuning tembaganya. Sinarnya membuat pohon-pohon kelapa menjadi siluet memantul di sawah-sawah yang belum lama ditanami. Khas pemandangan alam pedesaan.

Seorang warga melintas dengan dua keranjang penuh pisang yang baru saja dipanen. Sementara para petani mulai berangkat ke sawah. Aktivitas petani, seperti menanam atau memanen padi, menjadi pemandangan yang menarik bagi wisatawan.

Warga setempat ramah menyapa karena terbiasa melihat wisatawan melintasi kampung mereka. Sambil main gasing atau egrang, anak-anak kecil akan tersenyum dan melambaikan tangan ketika melihat wisatawan melewati kampung mereka. Di Tetebatu, setahun sekali diselenggarakan lomba gasing yang diikuti peserta dewasa dengan gasing hias berukuran besar.

Setelah lebih banyak dikuasai agen perjalanan dan hotel-hotel bermodal besar, warga setempat juga ingin ikut mengelola potensi alam desa mereka. Warga mulai bersiap membenahi rumah-rumah mereka agar bisa dimanfaatkan sebagai rumah inap atau home stay. Jika swakelola ini berhasil, diharapkan dapat menahan laju keberangkatan orang setempat sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI).

”Selama ini, sebagian besar warga laki-laki di desa itu menjadi TKI, terutama ke Malaysia. Mereka banyak bekerja di perkebunan sawit agar bisa membangun rumah di kampung,” ujar Fadli.

Tetebatu yang permai menanti sentuhan tangan-tangan putra daerah untuk bekerja pada investor asing dan menyulap wajah Tetebatu menjadi lebih gemerlap, memiliki lapangan golf, apartemen, komplek real estate perumahan mewah, mall agar keindahan Tetebatu dapat segera menjadi uang dan laba.

Ahok Oh Ahok … Ini Daerah Jakarta Yang Masih Kebanjiran Akibat Hujan Sebentar


Hujan yang mengguyur daerah Jakarta membuat beberapa wilayah di Jakarta Selatan terendam banjir. Salah satunya di daerah Pondok Labu yang terendam banjir hingga setinggi 1 meter. Menurut Petugas Damkar Jakarta Selatan, Muhajir, banjir di deket Kelurahan Pondok Labu tepatnya di RW 3 mencapai 1 meter. “Tadi sempat kita evakuasi karena air meningkat dan membuat kendaraan tidak bisa melewati. Namun, saat ini sudah mulai surut,” ujarnya saat di konfirmasi, Selasa (25/11/2014).

Selain di Pondok Labu, Muhajir mengatakan di Jalan Petogokan juga terendam. Namun, air juga sudah mulai surut di daerah tersebut. “Untuk daerah Mampang ketinggian airnya juga sudah surut,” tambah Muhajir. Banjir melanda Jalan Bango RT14 RW3, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Ketinggian air yang meredam daerah tersebut hingga 90 centimeter.

“Saat ini semakin tinggi, sudah sampai lutut orang dewasa,” ujar Indra saat dihubungi, Selasa (25/11/2014). Menurut salah satu warga, Indra rumahnya mulai terendam sejak Senin (24/11/2014) pukul 20.30 WIB. sampai saat ini, banjir masih merendam wilayah tersebut. Indra menuturkan, akibat tingginya air, kendaraan tidak bisa melewati jalan tersebut. Petugas juga tidak terlihat untuk memberi bantuan.

“Sampai saat ini belum ada bantuan apa-apa,” tutupnya. Hujan yang mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya sejak sore menimbulkan genangan air di beberapa tempat, termasuk di Jalan Margasatwa Raya, Cilandak, Jaksel. Air yang menggenang membuat pemotor kewalahan untuk melintasi jalan.

Menurut keterangan salah satu warga, Timo, air naik sekitar pukul 20.00 WIB. Air yang menggenang setinggi 20 cm tersebut membuat pemotor kewalahan. Sebabnya, tak sedikit yang mengalami mogok di tengah genangan air ketika melintas. “Naik tadi kira-kira jam delapan lah. Nih sampe masuk bengkel saya,” tutur Timo, pemilik bengkel di Jl Margasatwa Raya RT 03/07, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (24/11/2014).

Timo mengatakan bahwa hujan deras yang mengguyur sejak sore hari membuat air kali Jagakarsa ini naik. Karena posisi jalan yang lebih rendah daripada aliran air, air kali itu pun mengalir ke jalan raya. Pantauan di lokasi, beberapa pengendara motor memang terjebak di tengah jalan karena mogok. Warga sekitar pun beramai-ramai membantu mendorong agar motor tersebut tak menghalangi jalur kendaraan lain yang melintas.

Tak sedikit pula pemotor yang akhirnya putar balik setelah melihat genangan air tersebut. Salah seorang pemotor, Yudi, mengaku lebih baik memutar lewat jalur Ciganjur untuk pulang ke rumahnya di daerah Gandul, Cinere. “Muter aja mas. Tinggi itu, malas kalau mogok harus dorong,” ungkapnya. Hujan deras mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya. Akibatnya, beberapa wilayah di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur mulai terendam banjir.

Menurut Ketua RW 2, Kampung Pulo, Kamaludin air hampir setinggi mulai merendam beberapa rumah di pinggiran kali, tepatnya di RW 2 dan RW 3. “Yang dipinggiran memang sudah tergenang. Tapi belum menyebar, karena di tempat saya belum tergenang,” ujarnya. Kamaludin mengatakan, banjir yang menggenang rumah warga di pinggiran dikarenakan air kiriman dari Depok. “Soalnya dari Katulampa belum ada laporan,” terangnya.

Selain di Kampung Pulo, banjir juga sempat merendam Jalan Glatik, Citayem, Depok pada sore hari. Namun, sejak pukul 21.45 WIB tadi banjir sudah mulai surut. “Sekarang sudah surut. Tadi sore sama sekali tidak bisa dilewati kendaraan karena ketinggian air hingga sepinggang,” tutup Misro salah satu saksi di lapangan.