Lagi-lagi ikan jenis hiu paus terdampar di pantai selatan Bantul. Kali ini ikan berukuran raksasa itu terdampar dalam kondisi hidup di Pantai Parangkusumo desa Parangtritis kecamatan Kretek kabupaten Bantul DIY. Hiu paus yang terdampar sekitar pukul 20.10 WIB itu kini tergolek dengan posisi kepala menghadap ke timur dan sesekali terombang-ambing gelombang yang sedang pasang.
Komandan SAR Ali Sutanta yang ada di lokasi mengatakan hiu paus itu diketahui oleh salah satu warga sekitar 5 meter dari bibir pantai. “Kita mendapat informasi dan langsung melakukan koordinasi dengan aparat kepolisian, koramil dan warga. Tapi saat ini belum dapat memastikan bagaimana menanganinya,” kata Ali. Ali menambahkan yang bisa dilakukan tim SAR saat ini baru sekedar mengamankan agar warga tidak mengambil tindakan sendiri. “Kalau tidak diamankan khawatirnya nanti dijarah,” katanya. Saat ini ikan hiu paus masih terombang ambing dihantam gelombang. Puluhan warga berkerumun menyaksikan ikan yang terlihat mengkilap di terpa sinar rembulan.
Warga berniat mengawetkan ikan hiu paus yang terdampar di Pantai Pandansimo Baru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Untuk mengawetkan ikan ini ternyata bukan perkara mudah. Paling tidak dibutuhkan waktu minimal sepekan untuk membuat ikan itu mengering.
Kepala Museum Biologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta (UGM) Donan Satria yang ikut turun ke lapangan mengatakan ikan yang memiliki nama binomial Rhincodon typus ini memiliki kulit cukup tebal sehingga susah dikeringkan.
“Isi perutnya harus dikeluarkan dulu. Proses pengeringan paling cepat enam hari jika diperlakukan dengan benar. Itupun jika cuaca mendukung,” kata Donan saat rapat koordinasi dengan warga Pandansimo, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta, Animal Friends Jogja (AFJ), dan Direktorat Polisi Perairan Polda DI Yogyakarta, Kamis (2/8/2012).
Agar kering, ikan ini harus disuntik dan direndam sehari semalam pada larutan Formaldehid 37 persen yang diencerkan menjadi 4 persen. “Setelah disuntik lalu di rendam sehari semalam dan dijemur. Paling tidak dilakukan 3 kali. Nah, repotnya jika tidak ada kolam perendaman. Apalagi ukuran ikannya kan cukup besar,” terang Donan.
Menurut pria 32 tahun ini proses pengeringan sebenarnya juga bisa dilakukan dengan menyiram cairan Formaldehid. Hanya saja waktu yang dibutuhkan lebih lama. “Kalau disiram kan tidak bisa merata ke seluruh tubuhnya. Nanti akan muncul bakteri dan menimbulkan bau tak sedap,” katanya. Sementara itu, aktivis Animal Friends Jogja (AFJ) yang semula menuntut agar hiu paus dikubur akhirnya mengalah. Meski begitu AFJ akan mengawal niat warga agar benar-benar terealisasi dan tidak disalahgunakan.
“Ya daripada dipotong-potong dan menjadi rebutan, lebih baik diawetkan. Tapi AFJ akan mengawal proses ini,” kata salah satu relawan AFJ, Dessy Zahara. Rencananya ikan hiu paus yang sempat menjadi obyek tontonan warga malam ini akan dikeluarkan isi perutnya oleh warga. Proses pengawetan akan dibimbing BKSD Yogyakarta dan Fakultas Biologi UGM. Hius paus tersebut terdampar pada Rabu (1/8/2012) malam. Diperkirakan, hiu ini naik ke permukaan untuk mencari mangsa. Saat ditemukan, di sekitar lokasi terdapat banyak ikan teri. Ikan-ikan kecil itu akhirnya jadi rebutan warga setempat.
Ikan hiu paus terdampar dan akhirnya mati di bibir pantai di Pantai Pandansimo Baru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Diduga, ia nekat ke perairan dangkal karena mengejar mangsa. Dugaan tersebut disampaikan anggota Animal Friends Jogja (AFJ), Widi, yang ditemui detikcom di lokasi, Kamis (2/8/2012). Hawa dingin di perairan dalam membuat hiu paus naik ke permukaan.
“Hiu paus ini kan habitatnya di samudra tropis perairan hangat. Jadi mungkin karena saat ini air di kedalaman sangat dingin, paus itu mencari mangsa di permukaan,” kata Widi. Dugaan AFJ ini juga didasarkan adanya ikan-ikan berukuran kecil yang terdampar di pantai. “Tadi malam (Rabu) kan banyak warga yang memunguti ikan kayak teri. Malah ada yang dapat hampir setengah plastik,” terang Widi.
AFJ meyakini ikan bernama latin Rhincodon typus itu awalnya sehat. Kematiannya semata-mata karena terdampar. Apalagi, ikan ini bukan mamalia, sehingga bernafas dengan insang. “Semalam kepalanya hampir mencapai daratan, jadi tak bisa bernafas. Ada luka memar di tubuh ikan karena hantaman ombak,” ujarnya. Hingga saat ini, bangkai hiu paus masih di tempat semula. Tubuhnya diikat dengan tali baja sepanjang 200 meter yang dikaitkan di pepohonan. Puluhan warga tetap nekat menerobos garis polisi demi melihat dari dekat.
Personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD dari Markas Grup II Kartasura turut menangani hiu paus yang terdampar di Pantai Pandansimo Baru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul DIY. Mereka mem-back up pemindahan hingga pengawetan ikan tersebut. Sebanyak 34 personel Kopassus ikut terjun dalam penanganan hiu paus sejak Kamis (2/8/2012) malam. Mereka datang menggunakan dua truk dan dipimpin oleh Kapten Moch Aziz dan Kapten Samosir. “Tadi malam kita bersama warga dan aparat setempat ikut evakuasi ikan ini dari tepi pantai. Kita menggunakan dua traktor untuk menariknya dan baru berakhir pukul 4 pagi,” kata Moch Aziz.
Keikutsertaan Kopassus dalam proses pengawetan ini, menurut Moch Aziz, karena diminta warga dan LSM lingkungan. Selain itu, langkah tersebut diambil sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia wisata dan pendidikan. “Rencananya kan mau dijadikan aset wisata pendidikan. Makanya kita siap membantu dan sudah membawa perbekalan,” kata Aziz. Aziz yang merupakan perwira bagian intelijen ini mengatakan siap membantu hingga proses pengawetan berakhir. “Kita siap mem-back up selama tenaga kita masih dibutuhkan,” tutupnya.
Sebelumnya, warga setempat, BKSDA, kepolisian, LSM, dan UGM sepakat mengawetkan ikan yang terdampar, Rabu (2/8) lalu. Ikan yang semula berada di bibir pantai sudah ditarik dan diletakkan di antara pepohonan cemara udang. Proses pengeluaran isi perut, pengeringan, dan pengawetan diperkirakan akan selesai dalam waktu seminggu.
Hiu paus yang terdampar di Pantai Pandansimo Baru, Bantul, disepakati akan diawetkan untuk kepentingan wisata. Tahap awal pengawetan ikan dimulai hari ini, yakni pengeluaran isi perut. Ikan hiu paus yang semula berada di bibir pantai sudah ditarik dan diletakkan di antara pepohonan cemara udang, Jumat (3/8/2012). Ikan yang juga disebut hiu totol ini diletakkan menghadap ke timur. Di bawah bagian perut dibikin lobang dan diberi penopang batang kayu dan bambu. Saat ini, isi perut ikan sudah dikeluarkan dan diletakkan di lobang yang digali di belakang sirip sebelah kiri.
Drh Sri Imawati, salah satu tim medis mangatakan, proses pengawetan dilakukan dengan menyuntikkan cairan kimia ke beberapa titik di tubuh ikan. “Agak susah juga. Menancapkan suntik harus pakai tenaga ekstra karena kulitnya cukup tebal,” terang Imawati. Saat ini, proses pengeluaran isi perut ikan masih berlangsung. Puluhan warga berkerumun di sekeliling bangkai ikan yang dilingkari garis polisi.
Sebelumnya, warga setempat, BKSDA, kepolisian, Animal Friends Jogja (AFJ), dan UGM berencana mengawetkan ikan yang terdampar pada Rabu (2/8) malam dan memajangnya sebagai salah satu daya pikat pengunjung pantai. Proses pengeringan dan pengawetan diperkirakan memakan waktu seminggu. Ikan itu panjang 13 meter dan lebar 3,83 meter.