PSK Waria Paling Ramai Dikunjungi Di Kawasan Cipinang Untuk Short Service Di Mobil

EH, jangan pandang remeh pekerja seks komersial (PSK) waria, ya! Pelanggan mereka bukan cuma orang-orang yang berduit pas-pasan, lho.

Menjelang malam atau tepatnya pukul 23.30, lokasi mangkal waria itu juga dihampiri pria bermobil. Tanpa negosiasi panjang, si waria langsung dibawa pergi oleh si pria hidung belang.

“Di sini ‘barang’ bisa dibawa juga, Mas, kalo harganya cocok,” ujar Asep, pedagang di lokasi PSK waria, Jalan Stasiun Kereta Api Jatinegara, Jakarta Timur, kepada Berita Kota pekan lalu.

Namun, berselang satu jam, ternyata si waria sudah kembali mejeng di pinggir jalan bersama belasan kawannya. Servis yang diberikan waria itu rupanya bertempo singkat atau short-time service. Tempatnya pun cukup di dalam mobil.

Sebenarnya Asep, warga Cipinang Besar Utara, pun merasa risih dengan praktik prostitusi yang marak di sepanjang jalan dekat rumahnya itu. Namun, apa boleh buat, aktivitas prostitusi itu memberi keuntungan tersendiri baginya.

“Sebenarnya sih saya risih, Mas. Tapi, keberadaan mereka pun membantu penambahan keuangan kami yang berjualan di sekitar sini,” ungkap Asep.

Praktik PSK di kawasan Cipinang tidak berhenti sampai di kelompok PSK Waria. Sekitar 20 meter dari tempat mangkal waria itu terdapat gerombolan PSK lain. Kali ini PSK yang mangkal di pinggir jalan tersebut kebanyakan wanita yang berusia 25-30-an tahun.

Jumlah kelompok itu hanya mencapai lima orang, tidak seramai gerombolan waria. Meski demikian, pria hidung belang pun tetap saja ada yang terlihat sedang tawar-menawar. Namun, pangsa pasarnya kebanyakan pria paruh baya atau tukang bajaj yang ingin melampiaskan nafsunya.

ABG punya germo

Setelah melewati kelompok PSK wanita dewasa, atau tepat di depan Rumah Tahanan Cipinang, terdapat PSK remaja atau lebih dikenal anak baru gede (ABG). Kelompok ABG ini merupakan tempat favorit atau paling ramai dikunjungi pria hidung belang.

Rentang usia mereka rata-rata 15-20 tahun. Vivi, misalnya. ABG berusia 17 tahun ini mengaku berbanderol Rp 200.000. Namun, ketika ditawar, Vivi pun sepakat membanting harganya menjadi hanya Rp 100.000.

Meski parasnya terlihat masih sangat muda, tapi rayuan yang keluar dari mulutnya dipastikan bisa menggoda iman para pria yang ingin melampiaskan birahinya. “Jangan dilihat dari umurnya, tapi pengalaman saya boleh dicoba,” bujuk Vivi kepada seorang pria yang menghampirinya malam itu.

PSK ABG lain, Dea, lebih berani. Meski mengaku telah menginjak usia 20 tahun, tapi parasnya seperti remaja berusia 15 tahun. Cara merayu konsumennya juga tak kalah dahsyat dengan rekannya. Dea bahkan berani langsung menarik pria yang menghampiri sambil memeluknya.

Begitu terjadi kesepakatan harga, ternyata masing-masing ABG itu mengajak konsumennya ke lokasi yang berbeda. Keduanya mengaku tak mau melakukan hubungan seks di pinggir rel atau di semak-semak belakang tembok Jalan Stasiun Kereta Api Jatinegara layaknya PSK lain.

Mereka mengaku memiliki induk semang (germo) dan sebuah tempat kontrakan yang nyaman untuk “bermain” di kawasan Jatinegara. “Saya tidak boleh ‘main’ di sini, kalo mau ayo ke tempat kami. Lengkap dengan kamar dan tempat jualan minuman,” ucapnya berpromosi kepada calon konsumen.

Namun, sang konsumen bersikukuh untuk melampiaskan nafsunya di lokasi pinggir rel atau di belakang tempat ABG mangkal. Setelah tak terjadi kesepakatan, dua pria hidung belang itu meninggalkan Vivi dan Dea untuk beralih ke PSK lain.

Tak lama kemudian, tiga pria, yang masing-masing bersepeda motor, pun menghampiri Vivi dan Dea untuk bernegosiasi. Begitulah, pelanggan silih-berganti datang dan menawar PSK itu