Aktivitas Gunung Bromo Meningkat Drastis dan Semburkan Asap Beracun


Aktifitas Gunung Bromo meningkat tajam. Pusat Vulkanolagi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen ESDM menetapkan status gunung api yang menjadi pusat obyek wisata bertaraf internasional ini menjadi Awas (level IV), sejak pukul 16.30 WIB, Selasa (23/11).

Sebelumnya, status gunung yang tinggi puncaknya mencapai 2.329 meter di atas permukaan laut dan mempunyai kawah selebar 600 x 800 meter ini baru ditingkatkan dari Waspada menjadi Siaga (level III) pada Selasa pagi pukul 08.00 WIB.

“Bromo kemungkinan juga sudah menyemburkan abu dan pasir, namun jangkauannya masih di sekitar kawah,” kata Ketua PVMBG Dr Surono dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi nasional.

Doktor vulkanologi lulusan Prancis itu menegaskan, pemerintah setempat sudah diminta menutup kawasan wisata Gunung Bromo sejak status gunung itu naik jadi Siaga. Dengan naiknya status gunung itu, Surono yang populer dipanggil Mbah Rono ketika meletusnya Gunung Merapi, meminta warga tidak menginjakkan kaki di lautan pasir (Segoro Wedi) kawasan puncak Gunung Bromo, apalagi naik ke puncak gunung itu.

Surono mengatakan, dari peristiwa letusan sebelumnya, letusan Bromo biasanya berupa letusan abu bukan semburan awan panas (wedhus gembel) seperti halnya letusan Gunung Merapi. Berdasarkan itu, jelas Surono, rekomendasi penutupan kawasan wisata itu hanya di areal lautan pasir.

Surono menjelaskan, status Bromo dinaikkan menyusul terpantaunya peningkatan amplitudo gempa terus menerus pada alat pemantau gunung. Sejak awal November, peningkatan aktivitas kegempaan sudah terjadi.

Antara 15-21 November saja tercatat 354 kali gempa vulkanik dangkal, 10 kali gempa vulkanik dalam, serta enam kali gempa tektonik jauh. Gempa tremor terus menerus terpantau dengan amplitudo 1,5-3 milimeter.

Tanggal 22 November, gempa tremor menerus dengan amplitudo maksimum 2 – 3 mm, pukul 16:00 WIB gempa tremor dengan amplitudo maksimum 5 – 7 mm.

Tanggal 23 November, pukul 03.00 WIB, gempa tremor menerus dengan amplitudo maksimum 10-15 mm dan dominasi 11 mm. Pukul 06.51 WIB, gempa tremor menerus terjadi dengan amplitudo maksimum 15 mm. Sejak pukul 15.40, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo maksimum 30 mm.

Pantauan pandangan mata, tanggal 22 – 23 November terlihat hembusan asap berwarna putih tebal kehitam-hitaman, tekanan kuat setinggi 250 meter di atas bibir kawah, condong ke arah utara (Pasuruan). Karakteristik hembusan asap Bromo adalah mengandung gas belerang menyengat dan beracun.

Dengan kondisi ini, masyarakat dan pengunjung/wisatawan/pendaki tidak diperbolehkan mendekati dalam radius 3 km dari kawah. Area kaldera (lautan pasir) dalam radius 2,5 km dari kawah aktif harus steril dan tertutup dari aktifitas masyarakat dan wisata.

Pos Pengamat Gunung Bromo di bawah naungan PVMBG meminta masyarakat tidak panik dengan status Awas pada gunung itu. Karena, jika meletus Gunung Bromo hanya akan melontarkan bom batu pijar dengan radius tidak lebih dari 2 kilometer.

“Kalau meletus Bromo hanya melontarkan bom batu pijar. Tidak seperti gunung berapi lainnya,” kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Bromo, M Syafi’i, Selasa (23/11).

Menurut Syafi’i, lontaran batu atau bom batu pijar itu akan sama seperti yang terjadi saat Gunung Bromo meletus pada tahun 2004 lalu. Sedangkan material lainnya seperti abu vulkanik yang keluar, tergantung ke arah mana angin saat itu.

“Saat meletus tahun 2004, lontaran bom batu pijar hanya sejauh sekitar 1 km. Kalau saat ini arah angin ke barat, jadi abu vulkanik akan mengarah ke barat (Malang),” jelas Syafi’i dilansir detiksurabaya.

Dari pengamatan visual yang dilakukan pos pantau, saat ini tambah Syafi’i, dari kawah Gunung Bromo mengeluarkan asap putih tebal keabu-abuan setinggi sekitar 250 meter.

Meski tidak berbahaya seperti gunung berapi lainnya, namun Syafi’i tetap mengimbau kepada wisatawan dan warga yang tinggal di sekitar Gunung Bromo untuk tidak memasuki kawasan kaldera (lautan pasir). Karena lokasi itu saat ini harus steril dari aktivitas apapun. “Jarak 2,5 hingga 3 kilometer dari kawah Bromo harus steril,” tegas Syafi’i.

Pos Pemantauan Gunung Bromo kini gencar mensosialisasikan kondisi terakhir Bromo dengan mengumpulkan pihak-pihak terkait. Seperti Camat Sukapura, Koramil, Kapolsek, pelaku usaha seperti hotel, biro perjalanan dan pihak taman nasional. Hal ini dilakukan untuk mensosialisasikan status Awas Gunung Bromo.

“Kita sudah melakukan sosialisasi kepada warga dan wisatawan sejak status Gunung Bromo dinyatakan Awas,” kata salah satu petugas Pos Pemantauan Gunung Bromo, Mulyono, Selasa (23/11).

Selain itu, kata Mulyono, pihaknya sudah memasang rambu-rambu peringatan di lautan pasir dari jarak 3 Km dan diimbau agar tidak mendekati Gunung Bromo. “Sosialisasi juga sudah dilakukan di pintu masuk Desa Cemoro Lawang, lokasi desa yang menuju ke Gunung Bromo,” jelasnya.

Hingga pukul 19.40 WIB, sosialisasi terus dilakukan, meski begitu ratusan warga di Kecamatan Sukapura masih melakukan aktivitas secara normal.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo juga memastikan kawasan larangan untuk dikunjungi diperluas menjadi radius 3 km dari kawah Bromo.

Tutug mengatakan, 3 km dari kawah itu tepat berada di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Tidak hanya akses menuju lautan pasir dari Kabupaten Probolinggo saja yang ditutup. Akses menuju lautan pasir dari Lumajang, Malang dan Pasuruan juga ditutup.

Tutug mengatakan, bagi wisatawan yang ingin menyaksikan matahari terbit masih bisa dari Pos Penanjakan 2 yang berada di Desa Ngadisari. Dia juga mengatakan, saat ini Pemerintah Kabupaten Probolinggo bersama Pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berupaya untuk memastikan tidak ada wisatawan yang turun ke lautan pasir atau bahkan mendekati kawah Gunung Bromo.

Kendati status Gunung Bromo sudah ditingkatkan ke level Awas, Pemkab Probolinggo belum menyiapkan lokasi evakuasi. “Berdasarkan pengalaman sebelumnya, lontaran material hanya sejauh 300 meter dari bibir kawah,” katanya.

Hal ini terjadi pada 2004 lalu. Tutug mengatakan, letusan saat itu menimbulkan korban dua jiwa wisatawan asing yang tidak mengindahkan larangan mendekati kawah Gunung Bromo.

Mengungsi

Sebaliknya Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur H Saifullah Yusuf mengimbau agar masyarakat di sekitar kawasan Gunung Bromo untuk turun dan mengungsi sehubungan dengan perubahan status dari Siaga pada Selasa pukul 08.00 WIB menjadi Awas pada pukul 16.30 WIB.

“Saya minta masyarakat Bromo untuk belajar dari Merapi, karena itu jangan menyepelekan prosedur. Warga harus taat aturan,” katanya setelah menyambut kedatangan jamaah haji kloter 4 di Asrama Haji Debarkasi Surabaya, Selasa petang.

Gus Ipul, panggilan Saifullah Yusuf, mengaku pihaknya sudah mengantisipasi Gunung Semeru, namun ternyata Gunung Bromo yang statusnya naik dari Siaga menjadi Awas. “Kami sudah melakukan antisipasi teknis di Semeru, ternyata Bromo yang statusnya Awas (Level IV), sedangkan Semeru masih Waspada (Level III),” katanya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim sudah menyiapkan dana on call untuk bencana letusan gunung di Jatim sebesar Rp 2,5 miliar dan dana cadangan Rp 50 miliar. BPBD Jawa Timur juga sudah menyiagakan 500 relawan untuk mengantisipasi hal yang terburuk. “Kita sudah siapkan 500 relawan termasuk masyarakat di sana untuk mewaspadai bencana,” kata Kepala BPBD Jatim, Siswanto, Selasa (23/11).

Siswanto mengungkapkan, pihaknya juga sudah menggeser posko bantuan bagi korban bencana letusan Gunung Merapi di Jogjakarta ke Probolinggo. “Setelah mendengar peningkatan status Bromo, posko kita geser ke sana dari Jogjakarta dan sekarang dalam perjalanan,” ungkapnya.

Sementara itu, meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Bromo tidak memengaruhi aktivitas vulkanik di gunung tertinggi di Pulau Jawa, Semeru. “Meski aktivitas Bromo meningkat, aktivitas Semeru tidak terpengaruh,” kata Liswanto, petugas Pos Pengawasan Gunung Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Selasa (23/11).

Menurut dia, sejauh ini dari data seismik, aktivitas kegempaan Semeru masih normal. Letusan hembusan di puncak 73 kali, gempa tremor delapan kali dan guguran lava pijar tujuh kali

Leave a comment