Mentawai Kembali Diguncang Gempa 5,1 Ritcher dan Gunung Merapi Meletus Sesudahnya


Gempa 5,1 skala Richter kembali menggoyang Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera Barat, Sabtu (30/10) dini hari. Menurut situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Pusat gempa terletak di 108 kilometer sebelah barat daya Pagai Selatan, Mentawai, dengan kedalaman 27 kilometer. Gempa terjadi pukul 01.05.25 WIB.

Titik gempa terletak di 3,45 Lintang Selatan-99,42 Bujur Timur. Pusat gempa juga berada di 109 kilometer sebelah barat daya Pagai UTara, Mentawai, Sumatera Barat; 140 kilometer sebelah barat daya Sipura, Mentawai, Sumatera Barat; 212 kilometer sebelah barat daya Muko-muko, Bengkulu; dan 877 kilometer sebelah barat laut Jakarta.

Pada Senin (25/10) lalu, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter menggoyang Pagai Selatan, Mentawai. Gempa tersebut memicu tsunami dan menewaskan lebih dari 400 orang.

Staf Khusus Presiden untuk Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, mengatakan gunung Merapi kembali meletus, Sabtu (30/10) dini hari.

“Baru saja ada ledakan di Merapi,” tulis Andi Arief di akun Twitternya, Sabtu (30/10) dini hari. “Arah muntahan Merapi ke barat (Magelang dan sekitar).”

Letusan terjadi sekitar pukul 01.00 WIB. Menurut Andi Arief, abu letusan tersebut sampai ke kilometer 19 Jalan Kaliurang, Yogyakarta.

Letusan tersebut merupakan yang ketiga kalinya sejak Merapi memuntahkan awan panas pada Selasa (26/10) lalu. Akibat letusan pada Selasa lalu, sekitar 30 orang tewas.

Daftar Lokasi Banjir dan Genangan Air DI Jakarta Selatan Bertambah Banyak


Pegawai harian lepas Kementerian Pekerjaan Umum membenahi talut Kali Baru di Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (29/10). Perbaikan talut ini mulai berjalan setelah terjadi longsor pada Selasa (26/10) dan diikuti longsor susulan Kamis (28/10). Namun, warga yang menempati bantaran kali ini tetap bertahan meskipun Pemkot Depok mengedarkan perintah mengosongkannya.

Pelaksana Harian Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Selatan Yayat Hidayat, Jumat (29/10), mengatakan, curah hujan yang tinggi dan kondisi drainase yang buruk menyebabkan lokasi genangan air di Jakarta Selatan bertambah. Semula ada 15 lokasi genangan, tetapi kini ada 22 lokasi. Sementara lokasi banjir cenderung tetap, yaitu 14.

Sebanyak 22 lokasi genangan air itu ada di Jalan Hasanuddin (pintu masuk Blok M), Jalan Wijaya I, Jalan Aditya Warman, Jalan Antasari (depan Pasar Impres), Jalan Kompleks Kejaksaan (Pasar Minggu), Jalan TB Simatupang (depan SPBU), Jalan Sungai Sambas I dan IV, Jalan Pulo Mawar, Jalan Kemandoran (depan Al-Azhar), Jalan Kapten Tendean (depan Kantor Pos), Jalan Kapten Tendean (depan Trans TV), dan Jalan Kapten Tendean (jalan layang Gatot Subroto).

Selain itu, genangan juga sering muncul, antara lain, di Jalan Saharjo, Jalan Abdul Safei, Jalan SMPN 115, Jalan Asem Baris, Jalan MT Haryono, Jalan Tebet Raya, Jalan Tebet Timur Dalam II, Jalan Raya Pasar Minggu (depan Pospol Pancoran), dan terowongan Bungur.

Sementara kawasan banjir terpantau sering terjadi di Gang Perintis Tebet, Bukit Duri, Kampung Melayu Kecil, Jalan Wijaya Timur, Tendean (kompleks Tarakanita), Tebet Timur Dalam, Jalan Supomo di Kecamatan Tebet, Jalan Supomo di depan Kampus Universitas Sahid, Kemandoran VIII, Jalan Pulo Raya (Villa Pejaten Indah), Jalan Bank, Jalan Darmawangsa X, Kemang (depan LPPI), dan Jalan Kemang Raya (depan KFC).

Menurut Yayat, lokasi genangan air terparah di Kecamatan Tebet dan Kebayoran Baru.

”Pengerukan saluran terus berlangsung dan sampai kini masih berjalan. Namun, saluran yang ada tetap tidak dapat menampung debit air karena curah hujan cukup tinggi,” kata Yayat.

Tetap bertahan

Warga yang menempati bantaran Kali Baru di Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat, tetap bertahan. Mereka tidak mau pindah sampai diusir aparat Pemkot Depok. Para pemilik lapak nekat bertahan karena tidak punya pilihan lain.

Longsor susulan sempat terjadi setelah longsor Selasa (26/10) lalu yang membuat tujuh lapak hancur dan tiga warga terperosok ke dasar kali. Longsor talut Kali Baru kini memakan badan Jalan Raya Bogor. Tidak ada pembatas jalan di sisi talut sehingga membahayakan lalu lintas kendaraan.

”Saya nekat saja. Saya akan terus di sini sampai benar-benar dibongkar (lapaknya). Angsuran lapak saya belum lunas, jangankan mikir pindah dari sini, mikir membayar angsuran ke bank saja saya pusing,” tutur Kartim (49), pemilik lapak warung kopi di lokasi longsor, Jumat (29/10) di Depok, Jawa Barat.

Cipto (43), penjual mi ayam, mengaku sudah menerima perintah pengosongan tempat itu pada awal Oktober. Dalam surat yang dikeluarkan Dinas Bina Marga, Kota Depok, itu disertai rencana pembongkaran paksa. ”Saya sudah terima suratnya (pengosongan), biarlah.”

Kepala Dinas Bina Marga Kota Depok Yayan Arianto mengatakan, banyak bangunan yang melanggar garis sempadan sungai (GSS) di Kali Baru. Pelanggaran GSS mulai dari ruas perbatasan Cibinong (Kabupaten Bogor) sampai mengarah ke Kramatjati (Jakarta Timur).

Dua Orang Pingsan Ketakutan Di Wahana Rumah Hantu di La Piazza Kelapa Gading


Dalam budaya Barat, Oktober adalah bulan di mana para hantu berkeliaran. Warga lalu berpesta untuk berdamai dengan para makhluk halus agar tidak diganggu. Kini budaya itu mulai merambah ke masyarakat Indonesia. Tetapi tidak dirayakan dengan pesta trick or tread, tetapi dengan memunculkan setan-setan produk asli Indonesia.

Tzipi Tshabalala (45), warga negara Afrika Selatan, terlihat terengah-engah setelah berlari dari sebuah bangunan bertirai merah. Wajahnya terlihat pucat. Tzipi lalu terbatuk-batuk sampai terbungkuk-bungkuk, tetapi tidak lama kemudian, dia tertawa sekeras-kerasnya.

Setelah mengatur napasnya, barulah Tzipi bisa bersuara dan berkata-kata. Rupanya dia ketakutan setengah mati karena masuk ke Wahana Rumah Hantu di La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, dia bertutur, ”Di negara saya juga banyak setannya. Tetapi setan di Indonesia ternyata jauh lebih menyeramkan,” kata Tzipi yang masih belum pulih benar dari ketakutannya.

Begitu juga dengan Sisilia (38), warga Pulo Asem, Jakarta Timur. Setelah keluar dari Rumah Hantu, bibirnya memang menyiratkan tawa, tetapi di matanya tersirat ada sedikit ketakutan.

”Tadi kaki saya dipegang sama suster ngesot… haduuuh… sampai sekarang bekas pegangannya masih terasa,” kata Sisilia yang masuk ke rumah hantu itu bersama suaminya, Jani (40), dan anaknya, Emil (11).

Walau masuk bersama suami dan menyadari setan-setan yang ada itu adalah manusia, Sisilia mengaku tetap takut. ”Suasana dan triknya mencekam. Siapa yang mengira tahu-tahu dari bawah ada tangan terus memegang kaki kita. Saya, kan, jadi panik,” kata Sisilia.

Dhika (12), seorang remaja, terlihat biasa saja ketika keluar dari rumah hantu. Tetapi ketika temannya mengajak dengan sedikit memaksa untuk masuk lagi, Dhika menolak mati-matian hingga menangis. ”Enggak mau, seram banget,” kata dia sambil berlari menjauh.

Wahana Rumah Hantu yang digelar sejak 10 Oktober hingga 10 November 2010 ini memang tempat uji nyali. Berani tidak berhadapan langsung dengan karakter-karakter hantu berdasarkan budaya Indonesia yang menyeramkan. Ada pocong, suster ngesot, kuntilanak, buto ijo, dan sebagainya.

”Paling tidak, ada dua orang yang pingsan dalam sehari karena melihat hantu di dalam rumah tua itu,” ungkap koordinator acara, Andre, ketika ditemui di lokasi pertunjukan.

Menurut Andre, acara ini diinspirasi dari perayaan Halloween alias pesta hantu yang biasa diselenggarakan di negara seperti Amerika Serikat maupun Irlandia. Oleh Bejo Production, penyelenggara acara ini, konsep Halloween digabungkan dengan nuansa horor khas Indonesia sehingga memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat Indonesia.

Layaknya sebuah uji nyali, Wahana Rumah Hantu ini mengambil konsep sebuah rumah tua usang yang lama tidak berpenghuni. Suasana mencekam akan sangat terasa dengan adanya tata suara yang menimbulkan bunyi deruan angin, lengkingan, dan jerit-jeritan. Pengunjung seperti menjadi tokoh utama dalam film horor yang terjebak di dalam rumah tua itu.

Yang membuat panik, selain pengunjung harus mencari jalan keluar, di mana alurnya dibuat seperti labirin, pengunjung juga harus menghindari para hantu yang terus-menerus bermunculan, seperti ingin mengejar dan berusaha menangkap pengunjung. ”Jalan masuk sulit ditemukan karena suasananya remang-remang. Salah jalan, bisa menginjak kuburan yang ada di dalam rumah,” kata Dhika.

Museum hantu

Wahana yang sebagian besar pengunjungnya adalah anak muda ini sudah digelar sejak dua tahun terakhir.

Perbedaannya pada tahun ini, selain Wahana Rumah Hantu, juga dihadirkan Museum Hantu yang menghadirkan foto, jimat, benda-benda, dan karakter hantu yang ada di Indonesia. Bahkan, di museum itu juga dipamerkan jenglot, yang bentuknya seperti manusia mini dengan ukuran satu jari orang dewasa. Jenglot memiliki taring dan seluruh tubuhnya ditutupi rambut panjang.

Wahana Museum Hantu ini cocok bagi pengunjung yang merasa tidak kuat masuk ke dalam rumah hantu. Di sini pengunjung bisa mendapatkan pengetahuan tentang hantu-hantu lokal di Indonesia. Ada juga permainan jelangkung, simulasi kuntilanak melahirkan, dan sebagainya.

Untuk menikmati Wahana Rumah Hantu dan Museum Hantu ini, pengunjung dikenai tiket seharga Rp 20.000 per wahana yang berlaku untuk dua orang. Namun wanita hamil, orang dengan penyakit jantung, dan anak-anak dilarang masuk.

Pengendara Motor Yang Berteduh Dibawah Jembatan Saat Hujan Akan Ditilang Karena Menyebabkan Kemacetan


Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengimbau semua pengendara sepeda motor tidak berteduh di bawah jembatan layang atau terowongan saat hujan. Saat para pengendara sepeda motor berteduh, arus lalu lintas terganggu dan kemacetan dapat mencapai beberapa kilometer.

”Saat para pengendaranya berteduh, puluhan sepeda motor menutup satu sampai dua jalur jalan. Jika terjadi saat jam pulang kerja, kemacetan tidak hanya terjadi di sekitar jembatan layang atau terowongan, tetapi mengular sampai jauh,” kata Fauzi Bowo, Jumat (29/10) di Balaikota DKI.

Untuk mengatasi kondisi itu, Fauzi meminta Dinas Perhubungan DKI Jakarta turut mengatur arus lalu lintas di bawah jembatan layang dan terowongan saat hujan. Dishub juga diminta bekerja sama dengan Polda Metro Jaya untuk menindak para pengendara sepeda motor yang berhenti sembarangan dan menyebabkan kemacetan panjang.

Saat hujan selalu terjadi hambatan lalu lintas di bawah jembatan layang dan terowongan karena banyak pengendara sepeda motor di situ. Sebagian dari mereka berteduh sebentar untuk memakai jas hujan, tetapi banyak yang berhenti lama untuk menunggu hujan reda.

Banyaknya pengendara sepeda motor berteduh, membuat badan jalan hanya tersisa satu jalur untuk kendaraan lain yang ingin lewat. Situasi leher botol semacam itu membuat kemacetan saat hujan deras kian menjadi.

Di Jakarta, ada 72 jembatan layang dan terowongan. Hampir semuanya penuh pengendara sepeda motor yang berteduh kala hujan. Kondisi itu turut memicu kemacetan parah setiap hujan.

Wahyu Jati, pengendara sepeda motor, mengakui dia selalu berteduh di bawah jembatan layang jika hujan deras.

”Air hujan sering menyakiti mata jika sepeda motor tetap melaju. Kaca helm sering harus dibuka karena terlalu gelap saat hujan,” kata Wahyu.

Menindak

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua mengatakan, para pengendara sepeda motor yang berteduh itu membahayakan diri mereka sendiri. Di terowongan, misalnya, banyak kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi dan susah mengerem karena hujan membasahi badan jalan sehingga dapat menabrak pengendara sepeda motor yang tengah berteduh.

”Petugas Dishub perlu turun tangan untuk mencegah pengendara yang berteduh di bawah jembatan layang,” kata Inggard.

Di sisi lain, berhenti di tengah jalan dalam waktu lama berarti melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas. Tindakan itu dapat dianggap sebagai pelanggaran dan dapat dikenai sanksi polisi.

Oleh karena itu, Polda Metro Jaya diminta mengatur para pengendara sepeda motor yang berteduh di bawah jembatan layang dan di terowongan. Jika mereka tetap ngotot berteduh, polisi harus memberi surat tilang.

”Jika ingin berteduh, mereka dapat memilih tepian toko atau tepi bangunan lain, yang penting tidak di badan jalan. Para pengendara sepeda motor diimbau membawa jas hujan agar tidak perlu berteduh di tengah jalan,” kata Inggard.

70 Ibu Rumah Tangga Di Surabaya Terjangkit HIV AIDS Meski Tak Lakukan Seks Bebas


Sebanyak 70 ibu rumah tangga di Surabaya tercatat positif menderita HIV/AIDS selama sembilan bulan terakhir pada tahun 2010 ini. Kasi Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Surabaya, Ponco Nugroho, Rabu mengatakan, banyaknya ibu rumah tangga yang terjangkit virus ini, memang sempat mengejutkan karena banyak yang mengaku tidak pernah melakukan hubungan seks bebas dengan penderita HIV/AIDS.

“Awalnya memang sulit dipercaya, tapi setelah dilakukan pemeriksaan, hasilnya seperti itu. Sebab penularan virus ini tidak hanya dari hubungan seks bebas saja, namun bisa juga karena didapat dari sang suami yang homoseksual. Justru itulah yang kita khawatirkan,” ujarnya.

Ia menceritakan, pernah ada pasien seorang ibu rumah tangga yang tidak percaya mengidap positif HIV/AIDS. Koordinator Unit Perawatan Intermediet dan Penyakit Infeksi (UPIPI) RSU dr Soetomo, dr Erwin Astha Trijono, SpPD mengungkapkan, banyaknya ibu rumah tangga yang terjangkit HIV/AIDS karena sosialisasi terhadap mereka yang sangat minim.

“Tidak adanya sosialisasi kepada para ibu rumah tangga tentang penularan HIV/AIDS menjadi salah satu faktor rentannya terjangkit virus. Jadi, inilah tugas kita para dokter maupun instansi terkait untuk menindaklanjuti dan selalu menyosialisasikannya,” terang dia.

Karena itulah, pihaknya berharap adanya edukasi atau pendidikan sosialisasi kepada siapa saja, termasuk ibu rumah tangga. Kata dia, selama ini pendidikan penanggulangan HIV/AIDS mayoritas dilakukan terhadap remaja dan instansi tertentu. “Padahal siapa saja bisa tertular. Ini yang harus difahami dan dimengerti semuanya. Kami harap yang tertular bisa diminimalisasi lagi,” tukas ahli penyakit dalam tersebut.

Data di Dinas Kesehatan, kelompok yang rentan terkena virus HIV/AIDS ini adalah orang dengan mobilitas tinggi (sipil maupun militer), perempuan, remaja, anak jalanan, pengungsi, ibu hamil, penerima transfusi darah, maupun petugas kesehatan sendiri.

Erwin juga mengatakan, saat ini sudah ada obat bagi penderita HIV/AIDS. Untuk dewasa dalam bentuk tablet, sedangkan anak-anak dalam bentuk sirup. “Syaratnya, harus diminum sesuai aturan dan tidak boleh terlambat. Tapi, virus ini bisa disembuhkan kok, sama seperti penyakit lainnya,” tuturnya menjelaskan

Jalan Tol BSD Serpong Bintaro Putus Lagi Karena Banjir Setinggi 50 cm dan Menjadi Tontonan


Jalan Tol Lingkar Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, di Kilometer 8 digenangi air setinggi sekitar 50 sentimeter sepanjang sekitar 200 meter. Akibatnya, tol ini tidak bisa dilalui.

Pukul 21.00, kemacetan arus lalu lintas di tol ini mulai reda meski genangan air belum surut. ”Posisi banjir sekitar 1,5 kilometer sebelum pintu keluar BSD Pamulang,” tutur Kepala Satuan Patroli Jalan Raya Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Ipung Purnomo saat dihubungi, Kamis (28/10) malam.

Karena banjir, sebagian kendaraan dari Jakarta menuju BSD berputar balik melawan arus ke gerbang tol Pondok Ranji kembali. Polisi lalu mengarahkan pengemudi membawa kendaraan mereka ke jalan Pondok Aren. Akibatnya, jalan Pondok Aren-Bintaro macet.

Menurut Ipung, puncak banjir terjadi pada pukul 19.00-20.00.

”Panjang antrean kendaraan mencapai 5 kilometer,” tuturnya. Ia menjelaskan, menjelang tiba di genangan air, pengemudi memilih mengarahkan kendaraan mereka ke tengah.

Hal ini membuat jalan tol yang biasa dilintasi tiga lajur kendaraan, saat itu hanya dilintasi satu lajur kendaraan. ”Pengemudi memilih ke tengah ketimbang kendaraannya kepeleset dan terguling ke tepi jalan tol. Saat banjir, kan, mereka tidak bisa melihat batas aspal dan jalur darurat yang sebagian rumput dan tanah,” papar Ipung.

Jadi tontonan

Lalu lintas macet karena laju kendaraan di seberang tol yang banjir bergerak lamban.

”Biasa, jadi tontonan pengemudi kendaraan yang berada di seberang. Lalu lintas di jalur seberang jalan tol yang tadinya lancar pun tersendat karena pengemudi mengurangi laju kendaraannya sambil menonton banjir,” jelas Ipung.

Di Jakarta Timur, genangan air karena guyuran hujan selama dua setengah jam kemarin menyebabkan arus lalu lintas di Kampung Melayu arah ke Pondok Bambu juga macet.

Senin lalu, Jalan Tol Lingkar BSD juga banjir. Kondisinya lebih buruk hingga pintu tol ditutup. Akibatnya, arus lalu lintas tumpah ke beberapa jalan utama di perumahan Bintaro Jaya, khususnya di sektor sembilan.

Kemacetan di beberapa jalan utama tersebut berlangsung hingga Selasa dini hari. Pengemudi yang kelelahan memarkir mobilnya di tepian jalan dan pulang dengan ojek motor atau dijemput dengan sepeda motor dari rumahnya.

Tampak puluhan mobil parkir berjejer dari sekitar sekolah Jepang hingga ke cluster Taman Permata Bintaro Jaya.

Sistem Pengelolaan Air Bersih Di Jakarta Harus Segera Dibenahi


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu mencari terobosan agar layanan air bersih di Jakarta dapat diperbaiki dalam waktu tidak terlalu lama. Sistem layanan air bersih yang ada di Jakarta saat ini tidak dapat diandalkan dan tidak berkelanjutan untuk masa depan.

”Layanan air bersih yang buruk membuat penyedotan air tanah dalam akan terus berlangsung dan penurunan permukaan tanah tidak dapat diperlambat. Di sisi lain, warga miskin dipaksa membeli air dengan harga terlalu mahal karena tidak terlayani jaringan pipa air bersih,” kata Firdaus Ali, anggota Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM), Jakarta, Kamis (28/10).

Menurut Firdaus Ali, berdasarkan data PAM Jaya, jaringan pipa sudah melayani 60 persen warga Jakarta. Namun, berdasarkan penelusuran BRPAM, hanya 44 persen yang terlayani. Jika ditambah para pelanggan yang tidak pernah mendapat pasokan air, cakupan layanan itu turun hingga 38 persen.

Tingkat kehilangan air mencapai 48 persen atau hampir separuh air bersih terbuang percuma. Sebanyak 98 persen air baku juga harus dipasok dari luar Jakarta. Di Jakarta Utara, lima kelurahan tidak terlayani jaringan pipa sama sekali dan hanya dua kelurahan yang terlayani dengan baik. Sisanya terlayani jaringan pipa tetapi pasokannya buruk.

Warga miskin di kelurahan yang tidak terlayani jaringan pipa harus membeli air bersih yang dijual eceran Rp 125.000 per meter kubik. Padahal harga rata-rata air bersih dari PAM Jaya hanya Rp 7.500 per meter kubik.

”Pemprov DKI perlu membantu PAM Jaya untuk menurunkan tingkat kehilangan air. Di sisi lain, jaringan sanitasi dan pengolahan limbah domestik harus dibangun,” kata Firdaus.

Jaringan air bersih adalah satu-satunya infrastruktur yang tidak dibiayai pemerintah. Semuanya dibebankan kepada warga sebagai pelanggan.

Di sisi lain, limbah domestik harus diolah agar dapat dijadikan sumber air baku. Pengolahan limbah domestik juga harus dilakukan agar tidak mencemari sungai-sungai yang ada. Sungai-sungai yang ada seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku agar layanan air bersih dapat berkesinambungan.

Asisten Sekda DKI bidang Perekonomian Hasan Basri mengatakan, Pemprov DKI sedang mendesak pemerintah pusat untuk membangun pabrik air bersih di Waduk Jatiluhur. Pemprov DKI juga siap berkontribusi membangun instalasi yang mampu menghasilkan air minum 4.000-9.000 meter kubik.

Dalam RTRW DKI 2010-2030, Pemprov DKI juga merencanakan pembangunan jaringan sanitasi dan pengolahan limbah domestik. Namun, untuk memanfaatkan air sungai, pemerintah pusat juga harus turun tangan untuk mencegah pencemaran sejak dari hulu sungai.

Sementara itu, untuk mengurangi tingkat kehilangan air, mitra PAM Jaya, PT Aetra Air Jakarta, memutus 400 sambungan ilegal di Kampung Pulo Ngandang, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara. Sekretaris Perusahaan PT Aetra Yosua L Tobing mengatakan, sambungan ilegal mengakibatkan Aetra kehilangan 2.800 meter kubik air per bulan.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga, PT Aetra akan menyediakan suplai air alternatif, seperti kios air bagi warga di permukiman ilegal. Menurut aturan, jaringan pipa tidak boleh dibangun di lingkungan permukiman ilegal. Di sisi lain, para pencuri air akan diserahkan pada polisi untuk ditangani. Proses hukum diperlukan untuk menciptakan efek jera.

Beberapa Kawasan Jakarta dan Tangerang Masih Tergenang Air Seperti Perumahan Ciledug Indah


Menaiki perahu karet, petugas pemadam kebakaran membantu warga melintasi banjir setinggi lutut yang menggenangi Kompleks Perumahan Ciledug Indah, Pedurenan, Tangerang, Banten, Rabu (27/10). Walaupun belum sepenuhnya surut, banyak warga bersiap membersihkan rumah mereka dari sisa banjir.

Hingga Rabu (27/10), beberapa kawasan di Jakarta dan Tangerang masih tergenang walau air mulai surut. Di Perumahan Ikatan Keluarga Besar Pegawai Negeri Bintaro, Jakarta Selatan, warga mulai membersihkan rumah mereka dari endapan lumpur.

”Kalau mendung, saya khawatir. Soalnya kalau hujan lagi, kemungkinan air bisa menembus tanggul sementara dan banjir lagi,” ujar Naswan, warga Perumahan Ikatan Keluarga Besar Pegawai Negeri (IKPN).

Warga pun meminta pembangunan tanggul permanen setelah tanggul yang lama ambrol, pertengahan Agustus lalu.

Kemacetan luar biasa yang terjadi di Jakarta pada Senin (25/10) lalu tak hanya karena hujan yang sangat deras dan saluran drainase yang tidak berfungsi maksimal. Aparat di lapangan juga kurang siap membantu masyarakat.

Demikian kesimpulan yang muncul dalam rapat mendadak yang digelar Wali Kota Jakarta Utara Bambang Sugiyono dengan semua kepala dinas, camat, dan lurah di wilayahnya.

”Hujan yang turun itu mencapai 119 milimeter dalam ukuran BMKG. Padahal, jumlah itu biasanya terpenuhi setelah dua minggu. Senin lalu, hanya tiga jam, curah air hujan mencapai setinggi itu,” kata Bambang.

Walau hujan turun deras, jika aparat siap di lapangan, minimal bisa membantu masyarakat yang mengalami kesulitan di jalan.

Contoh yang terjadi, seharusnya ada kerja sama antara satuan polisi pamong praja dengan suku dinas perhubungan, polisi lalu lintas, camat, dan lurah setempat. ”Jangan begitu hujan, semua hilang,” ujar Bambang.

Hal yang harus dilakukan pada saat kritis seperti Senin lalu adalah menertibkan kendaraan umum yang mengetem dan mengatur sepeda motor yang berteduh di kolong jembatan.

Kini, di Jakarta Utara ada 72 lokasi rawan genangan dan 19 lokasi rawan kemacetan. Jumlah pompa 54 unit di 17 lokasi. Bambang mengakui ada beberapa pompa yang saat ini dalam perbaikan.

Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta saat ini sedang membersihkan dan memperbaiki saluran drainase di 34 lokasi yang rawan genangan. Masih terdapat 72 lokasi yang saluran drainasenya belum dibersihkan karena keterbatasan dana. Di Jalan MH Thamrin, Jalan Sabang, sampai Kali Cideng, pembesaran saluran drainase hampir selesai.

Di Kecamatan Anyar, Banten, korban banjir di Desa Sindang Mandi dan Sindang Karya menerima bantuan pangan dan pakaian dari Pemerintah Kabupaten Serang.

Gunung Merapi Meletus Hari Ini dan Lebih Besar Dibanding Tahun 2006


Erupsi Gunung Merapi lebih besar dibanding tahun 2006. Energi yang keluar lebih besar dan alur guguran material Gunung Merapi terus meluas. Material vulkanik menyebar dengan arah guguran ke Magelang, Jawa Tengah, terutama ke Kali Senowo dan Kali Lamat.

Menurut anggota Staf Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Dewi Sri, tanda- tanda erupsi Gunung Merapi tahun ini sangat berbeda dibanding erupsi sebelumnya. ”Perbedaan terutama dari data kegempaan dan deformasi yang terus meningkat,” katanya, Selasa (26/10).

Dewi menambahkan, peluang terjadinya letusan memang terbuka. Magma sudah naik ke permukaan dan guguran telah berwarna coklat, dengan membawa beragam material vulkanik. ”Sekali luncuran guguran bisa berjarak tiga kilometer dari letusan yang biasanya berlangsung secara bertahap,” kata Dewi.

Sampai berita diturunkan pukul 21.00, Posko Utama di Pakem, Sleman, mengevakuasi tujuh orang yang terjebak awan panas di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman. ”Awalnya mereka tidak mau diungsikan, kami masih terus mengevakuasi dan belum tahu kondisi mereka,” kata petugas Posko Pakem, Wartono.

Dengan perluasan alur guguran, wilayah desa yang harus diungsikan bertambah. Akibat perluasan alur guguran, tiga desa di alur Kali Senowo dan tiga desa di alur Kali Lamat harus diungsikan. Desa-desa itu adalah Desa Kerinjing, Mangunsoka, Sumber, Keningar, Ngargomulyo, dan Kali Bening.

Saat ini, guguran material vulkanik mengarah ke barat dan selatan ke Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Lamat, dan Kali Senowo. Alur guguran biasanya akan diikuti dengan alur awan panas. Awan panas berupa guguran ataupun letusan normalnya akan dialirkan ke sungai-sungai di Lereng Merapi.

Menurut Dewi, pembangunan dam sabo (bentangan tanggul di sungai yang berfungsi menahan laju lahar) yang terlalu dekat dengan puncak gunung justru berbahaya karena membelokkan awan panas seperti yang pernah terjadi di Kali Gendol pada erupsi 2006. Saat ini, mayoritas dari sekitar 200 dam sabo di lereng Merapi dalam kondisi rusak sehingga tak bisa diharapkan untuk menahan laju sedimen lahar.

”Dam sabo seharusnya tidak dibangun di alur jangkauan awan panas. Normalnya, jangkauan awan panas Merapi adalah 4-7 kilometer. Jadi, lahar tidak mungkin mengalir kurang dari 7 kilometer,” kata Dewi.

Perlengkapan kurang

Dari pemantauan, barak-barak pengungsian di lereng Merapi masih kekurangan perlengkapan, seperti alas tidur, selimut, toilet, kekurangan air bersih, serta tidak ada perlengkapan untuk bayi dan anak balita.

Di barak Hargobinangun, Sleman, sejumlah pengungsi mengeluh karena tidak tersedia tempat tidur untuk bayi dan kelambu. ”Mestinya ada ruangan khusus untuk bayi,” kata Winda (31), warga Dusun Jambu, Kepuharjo, sembari mengendong anaknya, Dafa (3,5), yang rewel karena tidak bisa tidur.

Di barak Desa Hargobinangun yang juga kantor desa, seluruh toilet berjumlah tiga macet. Ngadimin dan istrinya, Ngadiyem (83), harus diantar pulang-pergi ke rumahnya oleh anak-anaknya dengan naik motor saat hendak mandi. Rumah pasangan suami istri lanjut usia ini berjarak tiga km di utara barak, yakni Dusun Kaliurang Barat, Hargobinangun.

Sementara itu, di barak Desa Glagaharjo, Cangkringan, yang berada di lapangan desa, salah satu masalahnya adalah kurangnya penerangan. Selain itu, barak yang ada tidak bisa menampung seluruh pengungsi. Akibatnya, sebagian penduduk lanjut usia dan para perempuan ditempatkan di tenda peleton di dekat barak.

Sejauh ini yang masih aman adalah persediaan makanan dan minuman, serta stok obat-obatan. Di tiga barak pengungsian, stok bahan makanan cukup untuk tiga hari ke depan. Bupati Sleman Sri Purnomo menjanjikan untuk segera melengkapi kebutuhan yang diperlukan di barak.

Kunjungan Menkes

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih saat mengecek kesiapan barak Hargobinangun, Selasa, menyatakan, Pemkab Sleman harus memerhatikan kepentingan pengungsi bayi, anak balita, dan anak-anak.

Koordinator P3K Puskesmas Pakem yang bertugas di barak Hargobinangun, Agus Margana, mengatakan, selama dua hari ini sudah 60 orang lansia yang sakit. Umumnya mereka mengeluhkan batuk, pilek, dan pusing.

Daftar 10 Kecamatan dan Perumahan Di Bekasi Yang Rawan Banjir


Hujan yang terjadi beberapa hari terakhir menyita perhatian pemerintah kota (Pemkot) Bekasi untuk meningkatkan kewaspadaan. Pergantian musim kali ini, pemerintah menyatakan 10 kecamatan merupakan daerah rawan banjir. Karena itu seluruh aparat pemerintah dinstruksikan memantau daerah masing-masing.

Peningkatan status menjadi waspada banjir itu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkot Bekasi, Tjandra Oetama kepada wartawan, Rabu (24/11). Permintaan pemerintah kepada seluruh jajaran pemerintah untuk waspada dengan tindakan nyata itu dimaksudkan agar musibah banjir pada 2002 silam tidak terulang lagi.

Tahun ini, kata Tjandra, dari 10 kecamatan waspada satu diantaranya terdapat 58 titik lokasi yang rawan. Dari jumlah itu ada 27 titik lagi yang merupakan daerah langganan banjir setiap tahun. “Di tiap titik sekarang ini kami siapkan tim khusus untuk memantau perkembangan apakah akan terjadi banjir,” katanya.

Dari catatan di Dinas Fisik dan Prasarana Kota Bekasi, kesepuluh kecamatan yang dinyatakan rawan banjir itu antara lain, Bekasi Barat, Bekasi Timur, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Pondok Gede, Jatiasih. Pemkot Bekasi sudah sendiri mengakui daerah merupakan daerah langganan banjir.

Secara teknis, Dinas Fisik dan Prasanana mencatat bahwa genangan air dan banjir di Kota Bekasi terjadi karena hambatan saluran air dari arah selatan kearah utara. Terjadinya penggerusan dan terbawanya material saluran oleh aliran air sehingga terjadi pendangkalan dan sedimentasi yang mengakibtkan terjadinya penyempitan drainase.

Faktor lain karena pengembangan wilayah kota yang mengubah tata guna lahan yang mengakibatkan bertambahnya debit air di saluran. Luapan dan genangan terjadi karena pertambahan debit itu tidak disertai dengan perencanaan ulang saluran drainase.
Banjir terakhir terjadi pada 2002 lalu, tercatat di Kecamatan Pondok Gede dilaporkan, terdapat delapan perumahan terendam banjir. Yakni Perumahan Housing Molek (40 cm), Raflesia (70-80 cm), Bukit Kencana (60 cm), Wira (60 cm), Angkatan Laut (40-50 cm), Jatiwarna (40-50 cm), Pondok Cemara (50 cm), Pondok Melati (40 cm).

Di Kecamatan Bekasi Selatan, meliputi Perumahan Galaksi (10-15 cm), Pondok Timur Mas (40 cm), Vila Jakasetia (40 cm), Cikunir (40 cm), kantor kelurahan Margajaya (20 cm). Kecamatan Medan Satria meliputi Perumahan Harapan Mulya (50-150 cm), Kali Baru (100 cm), Kelurahan pejuang (25-40 m).

Di Kecamatan Bekasi Timur, banjir merendam Perumahan Margahayu (50-80 cm), Jalan Kartini (50 cm), Rawa Semut (50 cm), Unisma (80 cm), Bekasi Jaya (50 cm), Duren Jaya (80-100 cm), Cerewet (50 cm), dan Aren jaya (50-100 cm). Curah hujan yang di atas rata-rata tersebut, membuat debit air di Bendung Kali Bekasi mencapai 400 meter kubik.

Menurut Tjandra, musibah banjir dua tahun silam itu sudah merendam sekitar 526 hektare. Selain itu juga telah meninggalkan rusaknya sarana dan prasarana pembangunan infrastruktur yang ada. Meski tidak menyebutkan jumlah kerugian, namun pemerintah sudah menanggung kerugian jutaan rupiah.

Bekas kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bekasi ini juga mengatakan, terus berulangnya musibah banjir itu disebabkan karena Kota Bekasi di sebagian lingkungan, seperti sungai-sungai mengalami kerusakan. Selain itu juga karena berkurangnya daerah-daerah resapan air.

Dari sisi geografisnya, sungai, terutama Sungai Kali Bekasi merupakan kepanjangan dari sungai Cikeas dari Bogor Jawa Barat. Selain karena lingkungan di Kota Bekasi, penyebabnya juga datangnya air kiriman bertubi-tubi dari atas atau Bogor itu sehingga debit air Sungai Kali Bekasi tidak mampu menampung hantaman air dari Bogor.

Dari pemantauan Tempo saat ini kondisi sungai-sungai di Bekasi sudah berkurang fungsinya. Di sungai Kali Bekasi sendiri di bagian-bagian tertentu sudah mengalami pendangkalan atau penyempitan. Penyebabnya, antara lain meningkatnya kegiatan masyarakat di sekitar sungai.

Aktivitas masyarakat di sekitar bantaran sungai yang cenderung merusak ekosistem sungai itu, misalnya, banyak warga pendatang dari luar Bekasi yang mencari hidup di Bekasi. Mereka mendirikan pemukiman berupa gubuk-gubuk liar di wilayah sempadan sungai sehingga selain merusak pemandangan juga menimbulkan sampah dan sumbatan.
Adapun antisipasi yang dilakukan pemerintah saat ini adalah membentuk satuan koordinator pelaksanaan penanggulanagan bencana alam, mendirikan posko-posko di titik-titik yang dinyatakan rawan tadi, selain itu juga tengah mempersiapkan logistik, antara lain menyeriakan tenda dan perahu karet.

Secara diplomatis Tjandra juga menghimbau kepada warga supaya mulai saat ini juga ikut menggalakan kebersihan lingkungan sungai. Misalnya dengan mengangkat sampah-sampah yang tergonggok di bantaran sungai. “Satuan yang kita bentuk ikut bekerjasama untuk memantau dan berkerja di daerah yang rawan itu,” katanya.

Pemerintah juga mengakui bahwa persoalan banjir ini sulit sulit dihentikan. Karena itu, kata Tjandra selalu berulang setiap kali musim penghujan tiba. Namun, tahun ini dengan antisipasi dari saat ini dan kerjasama dari masyarakat diharapkan bencana musiman itu tidak sampai menghancurkan perekonomian Kota Bekasi.

Sayangnya Tjandra tidak menyebutkan berapa alokasi anggaran untuk program penanggulangan bencana banjir ini. Tjandra hanya mengatakan saat ini pemerintah masih kekurangan anggaran sebab dana tersedot ke kantong anggaran lainnya.